Monday, April 29, 2024
HomeAnalisa Angkutan19 Oktober 2004, Pilot 'Salah Lihat' Bikin Corporate Airlines Flight 5966 Berakhir...

19 Oktober 2004, Pilot ‘Salah Lihat’ Bikin Corporate Airlines Flight 5966 Berakhir Nahas

Hari ini 19 tahun yang lalu, atau bertepatan dengan 19 Oktober 2004, pesawat British Aerospace 3201 Jetstream 32EP Corporate Airlines dengan nomor penerbangan 5966, jatuh dan menabrak pepohonan. Hasil investigasi pihak berwenang menemukan pilot lalai dalam mengikuti prosedur pendaratan dan mengambil keputusan tanpa referensi visual.

Baca juga: Mengenal Istilah Pilot Error, Gagalnya Keputusan Pilot yang Berujung Kecelakaan

Corporate Airlines sendiri merupakan bagian dari jaringan American Connection, afiliasi American Airlines yang menyediakan penerbangan feeder untuk maskapai terbesar di dunia.

Adapun Corporate Airlines flight 5966 adalah penerbangan domestik berjadwal reguler dari Bandara Internasional Saint Louis-Lambert ke Bandara Regional Kirksville di Missouri, Amerika Serikat (AS).

Dilansir Simple Flying, kedua pilot pada penerbangan tersebut sama-sama memiliki pengalaman terbang bersama British Aerospace 3201 Jetstream 32EP. Kapten pilot, William Sasse, 48 tahun (ketika itu) memiliki jam terbang total 4.234 jam dimana 2.510 di antaranya bersama Jetstream 32. Mantap instruktur penerbangan itu telah tiga tahun lamanya bekerja di Corporate Airlines.

Kopilot Jonathan Palmer, 29 tahun, yang sama-sama sudah tiga tahun bergabung dengan Corporate Airlines, hanya mencatat 2.856 jam terbang, dimana 107 di antaranya bersama Jetstream 32.

Pada pukul 18.42 waktu setempat, pesawat lepas landas dari St. Louis untuk penerbangan singkat sejauh 149 mil ke barat laut ke Kirksville. Di awal-awal, penerbangan lancar dan tak ada tanda-tanda apapun. Sampai ketika 23 menit menuju Kirksville, jarak pandang turun menjadi sekitar empat mil akibat cuaca buruk dan banyak pertumbuhan awan rendah.

Sebagai bandara kecil (bandara regional), Kirksville tidak memiliki nstrument Landing System (ILS). Meskipun demikian, pilot memutuskan untuk melanjutkan daripada mengalihkan ke bandara lain. Air Traffic Control (ATC) mengizinkan pesawat untuk turun dari 12.000 ke 8.000 untuk persiapan pendekatan Distance Measuring Equipment (DME) ke runway 36.

Pada jam 19.20, pilot diberitahu bahwa jarak pandang memburuk dan turun menjadi tiga mil. Ketika pesawat mendatar di 8.000 kaki, ATC membersihkannya untuk turun ke 3.000 kaki. Setelah menerima vektor untuk landasan 36, kapten mendatar pada ketinggian 3.100 kaki.

10 menit setelahnya, pesawat berada 11 mil dari runway dan diizinkan ATC mendarat. Pilot pun merespon dengan menurunkan flap dan landing gear. Pukul 19.36, saat pesawat turun ke ketinggian 1.450 kaki, Sistem Peringatan Jarak Dekat (GPWS) di kokpit berbunyi “minimum, minimum” dan kapten berkata “saya tidak bisa melihat ground”. Kopilot pun berkata hal serupa. Namun, pesawat terus kehilangan ketinggian.

Beberapa detik kemudian, kapten melihat ada lampu landasan di depan mata dan memutuskan untuk lanjut mendarat. Pesawat akhirnya menabrak pohon dan jatuh.

Baca juga: Smartsealz, Headset Berteknologi Augmented Reality, Sanggup Bantu Tugas Pilot!

Dari hasil penyelidikan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) AS, didapatkan dua kesimpulan. Pertama, pilot gagal mengikuti prosedur pendaratan instrumen non-presisi di malam hari.

Kedua, lalai dengan menurunkan ketinggian pesawat tanpa memiliki referensi visual atau tanpa melihat ground dengan jelas. Ini fatal karena pilot dan kopilot menjadi tidak sadar seberapa tinggi/rendah mereka.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru