Meski bangunannya terlihat tidak begitu kecil, namun tak semua stasiun-stasiun khususnya di jalur kereta api bagian timur yang tidak layani penumpang. Bisa jadi faktor beberapa alasan, salah satunya adalah faktor okupansi penumpang yang membuat pemasukan stasiun tersebut tidak begitu besar dibanding stasiun yang berada di kabupaten kota. Memang sangat baik jika stasiun tersebut dijadikan sebagai alternatif agar tidak jauh ke stasiun yang mendekati kota.
Seperti stasiun-stasiun kereta api yang berada di wilayah Daerah Operasi (Daop) 7 Madiun tepatnya di kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Beberapa stasiun ini tengah menjadi sorotan karena seharusnya bisa menjadi alternatif masyarakat khususnya pedesaan yang bisa menggunakan kereta api tanpa harus ke kawasan kota. Stasiun yang berada di kabupaten Nganjuk ini hanya memiliki 2 stasiun besar dengan volume penumpang yang cukup banyak, yakni Stasiun Nganjuk dan Kertosono.
Ya, kedua stasiun tersebut berada dekat dengan pusat keramaian kota dan menjadi stasiun andalan penumpang untuk naik dan turun kereta api dari dan ke berbagai kota besar di Pulau Jawa. Untuk Stasiun Nganjuk merupakan stasiun kelas I yang berlokasi sekitar 700 m dari Alun-Alun Nganjuk. Stasiun ini juga merupakan salah satu stasiun kereta api utama di Kabupaten Nganjuk.
Selanjutnya adalah Stasiun Kertosono yang masih berada di Kabupaten Nganjuk dan merupakan stasiun ramai dengan penumpang kereta api. Meski posisinya jauh dari pusat Kota Nganjuk, namun Stasiun Kertosono memiliki jadwal perhentian kereta api lokal yakni Commuter Line Dhoho/Penataran yang terhubung ke Surabaya maupun Malang. Tak heran stasiun ini dijuluki stasiun ujung di ‘jalur kantong’ dengan dari Surabaya melewati Sidorajo, Bangil, Malang, Kediri, Kertosono, Mojokerto, dan berakhir kembali di Surabaya.
Lantas,kira-kira stasiun apa ya, sudah tak layani penumpang padahal seharusnya menjadi alternatif masyarakat untuk naik dan turun kereta api? Ya, stasiun yang dimaksud ini adalah Stasiun Baron, Sukomoro, Bagor, dan Wilangan. Jika menggunakan kereta api melewati Stasiun Baron, Bagor, dan Wilangan terlihat bangunannya sudah modern nan megah. Memiliki peron di setiap jalur kereta api, serta memiliki fasilitas untuk penumpang seperti ruang tunggu, toilet, dan lahan parkir yang luas.

Namun, tidak untuk Stasiun Wilangan. Semenjak selesai pembangun jalur ganda kereta api, stasiun ini sudah di nkn aktifkan. Selain sepi dengan penumpang, saat Stasiun Wilangan aktif pun hanya dipergunakan untuk persilangan kereta api. Ya, selama masih menggunakan jalur tunggal saat itu, kereta api banyak yang singgah untuk menunggu pergantian jalur. Kini, Stasiun Wilangan sudah tidak aktif, namun begitu bangunan stasiun terlihat jelas meski di dalam perjalanan kereta api.
Meski sudah tidak beroperasi sepenuhnya, PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) tidak menutup kemungkinan stasiun yang ada di Baron, Sukomoro, dan Bagor bisa dibuka kembali secara normal. Namun dengan catatan ada kereta yang berhenti di lokasi-lokasi tersebut. Namun jika melihat kondisi saat ini, besar kemungkinan kereta yang lewat di stasiun-stasiun tersebut adalah kereta lokal. Dengan jarak tempuh yang pendek.
Lebih lanjut, meski tidak beroperasi penuh, stasiun-stasiun tersebut juga masih terus dirawat. Kecuali Stasiun Wilangan yang memang sudah ditutup lokal. Karena memang, ada kemungkinan stasiun tersebut bisa digunakan di kemudian hari. Uniknya ada dua dari empat stasiun yang disebutkan, memiliki fungsi tambahan lainnya bagi masyarakat sekitar yaitu bisa dijadikan untuk berswafoto seperti pada Stasiun Baron dan Sukomoro.
Stasiun Barat Menjadi Magetan – Hilangnya Bangunan Ikonik Bersejarah, Kini Berubah Modern nan Megah