Friday, August 15, 2025
HomeDaratStasiun Tangerang, Saksi Bisu Sejarah Transportasi yang Tak Terhapuskan

Stasiun Tangerang, Saksi Bisu Sejarah Transportasi yang Tak Terhapuskan

Stasiun Tangerang berdiri megah sebagai saksi bisu perjalanan waktu. Terletak di Sukarasa dan menjulang sekitar 15 meter di atas permukaan laut, stasiun ini bukan hanya sekadar tempat transit, namun jendela menuju sejarah dan simbol kemajuan transportasi di Indonesia. Sebagai stasiun tipe C yang melayani KRL Commuter Line, Stasiun Tangerang dikenal sebagai titik paling barat di jalur kereta api Tangerang-Duri.

Bersamaan pembukaan lintas Duri-Tangerang, Staatsspoorwegen (SS) juga meresmikan Stasiun Tangerang pada 2 Januari 1898. Stasiun ini merupakan tempat pemberhentian akhir pada lintas Duri-Tangerang. Stasiun Tangerang juga menjadi saksi bisu pembangunan Kota Tangerang. Selain menjadi pusat transportasi penumpang pada era kolonial, juga sebagai pusat transportasi perdagangan.

Dikutip dari laman Heritage KAI, Stasiun Tangerang bertugas mengangkut hasil-hasil pertanian, seperti kacang tanah, ketela, nila, kelapa, dan berbagai jenis sayuran. Selain itu, diangkut pula hasil kerajinan rumah tangga atau industri kecil dari Tangerang. Kerajinan yang paling banyak dikerjakan adalah topi anyaman dari bambu.

Tercatat ada 12 kali operasional kereta api dari Duri ke Tangerang, dan begitu pula sebaliknya. Adapun pada zaman dahulu, waktu tempuh dari Stasiun Duri ke Stasiun Tangerang adalah sekitar 50 menit. Kerata api Duri-Tangerang tersedia dalam dua rangkaian yakni rangkaian khusus kelas 3 dan rangkaian campuran antara kelas 2 dan 3. Kelas 2 diperuntukan bagi orang China atau Timur Asing dan pengusaha pribumi, sedangkan kelas 3 untuk orang pribumi.

Jalur kereta Duri-Tangerang sempat rusak akibat peperangan yang terjadi di Tanah Air. Selama perang mempertahankan kemerdekaan, ini menjadi saksi bisu pertempuran antara pasukan Indonesia dengan pasukan sekutu dan Nedherland Indies Civil Administration (NICA) yang mengakibatkan sarana dan prasarana kereta api rusak. Pada lintas Tangerang misalnya, rel, wesel dan alat-alat sinyal di Stasiun Pesing dirusak oleh serdadu NICA yang bermarkas di depan stasiun.

Setelah Indonesia meraih kemerdekaan, Stasiun Tangerang mengalami rehabilitasi besar-besaran. Djawatan Kereta Api (DKA), yang kini dikenal sebagai PT KAI, melakukan perbaikan infrastruktur yang rusak akibat pertempuran. Stasiun ini kini melayani lebih dari 38.000 penumpang setiap harinya, menjadikannya salah satu stasiun tersibuk di Indonesia.

Stasiun Palmerah, Dulu Bernama Paal Merah yang Berarti Patok Merah

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru