Di tengah hiruk pikuk pelabuhan dan padatnya arus kendaraan kontainer, Terminal Tanjung Priok menyimpan sejarah panjang sebagai salah satu simpul transportasi darat paling penting di ibu kota. Bagi banyak orang, nama Tanjung Priok mungkin langsung terasosiasi dengan pelabuhan terbesar di Indonesia.
Namun tak banyak yang tahu bahwa terminal bus antarkota di kawasan ini pernah menjadi denyut nadi mobilitas warga dari dan menuju Jakarta. Terminal Tanjung Priok berdiri sejak era 1980-an sebagai bagian dari pengembangan kawasan pelabuhan.
Pada masa kejayaannya, terminal ini melayani ratusan keberangkatan bus setiap harinya, terutama menuju wilayah barat dan utara Pulau Jawa, seperti Banten, Cirebon, Indramayu, hingga Semarang. Terminal ini juga menjadi titik penting bagi buruh pelabuhan, nelayan, dan warga sekitar yang menggantungkan hidup dari aktivitas ekonomi maritim.
Lokasinya yang strategis, berdampingan dengan Stasiun Tanjung Priok dan Pelabuhan Tanjung Priok, membuat terminal ini memiliki peran unik yakni menghubungkan moda laut dan darat secara langsung. Banyak penumpang kapal yang melanjutkan perjalanan dengan bus antarkota dari terminal ini.
Tak jarang juga, barang bawaan dari kapal laut ikut diboyong ke daerah-daerah lewat bagasi bus. Namun, memasuki era 2000-an, geliat Terminal Tanjung Priok mulai meredup. Perubahan rute transportasi, pembangunan jalan tol, dan pemindahan fungsi ke terminal-terminal lain seperti Terminal Pulo Gebang dan Kalideres menyebabkan arus penumpang berkurang.
Ditambah lagi dengan pembangunan infrastruktur pelabuhan yang semakin modern, terminal ini perlahan tak lagi menjadi pilihan utama. Kini, Terminal Tanjung Priok lebih dikenal sebagai terminal angkutan dalam kota dan area bagi sebagian armada bus yang tersisa serta beroperasi dari sana.
Beberapa bangunan tua masih berdiri, menjadi saksi bisu masa keemasan terminal yang pernah begitu hidup. Di sudut-sudutnya, tersisa cerita tentang pedagang kaki lima yang dulu ramai, porter yang bersahut-sahutan, dan deru mesin bus yang silih berganti.
Meski tak sepadat dulu, Terminal Tanjung Priok tetap memiliki tempat tersendiri dalam ingatan banyak warga Jakarta. Ia bukan sekadar tempat naik-turun penumpang, melainkan bagian dari sejarah mobilitas masyarakat kota pelabuhan ini.
Kini, seiring waktu, terminal ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga dan merawat simpul-simpul sejarah transportasi. Sebab, dari tempat seperti inilah wajah kota dan dinamika warganya terbentuk.
Setiap 17 Juni Diperingati Sebagai Hari Dermaga di Indonesia, Ternyata Berlatar Sejarah
