Tuesday, November 11, 2025
HomeAnalisa AngkutanRevolusi Langit: Starlink Bawa WiFi Berkecepatan Tinggi ke Pesawat Komersial

Revolusi Langit: Starlink Bawa WiFi Berkecepatan Tinggi ke Pesawat Komersial

Koneksi internet yang lambat, mahal, dan sering terputus di pesawat kini terancam menjadi masa lalu. Layanan internet satelit Low Earth Orbit (LEO) dari SpaceX, Starlink, telah resmi merambah sektor penerbangan komersial, menjanjikan kecepatan yang setara dengan koneksi di rumah bahkan saat pesawat berada di ketinggian jelajah puluhan ribu kaki.

Maskapai-maskapai global, termasuk Qatar Airways, United Airlines, Hawaiian Airlines, dan Air France, berlomba-lomba memasang terminal Starlink di seluruh armada mereka, menjadikannya standar baru dalam pengalaman penumpang.

Dibandingkan dengan sistem WiFi pesawat tradisional yang menggunakan satelit Geostationary Orbit (GEO) yang jauh (sekitar 35.000 km), Starlink menawarkan beberapa keunggulan signifikan, di antaranya seperti kecepatan dan latensi rendah. Satelit LEO Starlink mengorbit hanya sekitar 550 km dari Bumi. Jarak yang sangat dekat ini mengurangi waktu perjalanan data (latency).

Kemudian kapasitas tinggi, jaringan mesh dengan ribuan satelit Starlink yang saling terhubung (termasuk menggunakan laser) mampu mengalokasikan bandwidth yang besar, memungkinkan setiap penumpang melakukan streaming video 4K, video call, atau bermain game online.Kapasitas mencukupi untuk streaming bagi setiap penumpang di pesawat.

Karena Starlink memiliki ribuan satelit LEO di berbagai orbit, koneksi dapat dipertahankan di hampir seluruh rute penerbangan global, termasuk rute laut dan kutub yang sering menjadi “titik buta” bagi satelit GEO. Pemasangan terminal Starlink Aviation diklaim membutuhkan waktu hanya sekitar 4 hari per pesawat, jauh lebih cepat dan sederhana dibandingkan perangkat keras IFC (In-Flight Connectivity) konvensional.

Meskipun keunggulannya luar biasa, adopsi Starlink di pesawat komersial menghadapi beberapa tantangan serius, pemasangan terminal Starlink (disebut Aero Terminal) pada setiap jenis pesawat memerlukan sertifikasi ketat dari regulator penerbangan, seperti FAA (Federal Aviation Administration) di AS atau EASA di Eropa. Proses sertifikasi ini membutuhkan waktu.

Meskipun biaya bulanannya kompetitif (untuk maskapai), biaya hardware awal untuk terminal aviasi Starlink sangat tinggi, berkisar antara $20.000 hingga lebih dari $100.000 per pesawat. Terminal Starlink (termasuk radome di atas pesawat) harus seringan mungkin agar tidak menambah bobot pesawat secara signifikan dan memengaruhi efisiensi bahan bakar.

Layanan Starlink memerlukan izin operasional dari setiap negara yang dilintasi atau diterbangi. Tantangan regulasi dan geopolitik dapat menciptakan celah layanan di rute-rute tertentu.

Dipelopori Lufthansa, Layanan In-Flight WiFi Kini Telah Berusia 20 Tahun

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru