Masih hangat dikabarkan mengenai polemik tentang para pekerja yang rela menginap di Stasiun Cikarang hingga mendapat perjalanan Kereta Rel Listrik (KRL) yang pertama atau saat menjelang subuh. Ya, ramai di media sosial mengenai para pekerja yang tertinggal perjalanan KRL terakhir kemudian harus rela menginap di Stasiun Cikarang.
Bak “hotel darurat” masyarakat yang pulang bekerja hingga larut malam tak mencukupi waktu untuk menggunakan KRL meskipun jam terakhir sudah selesai beroperasi. Lain halnya pekerja lembur di kawasan Cikarang, ada pula masyarakat yang tetap menginap karena mereka tak mau ketinggalan jadwal KRL pertama untuk bekerja di Jakarta.
Bagi pejuang rupiah, dengan cara seperti mereka rela menginap di stasiun dengan alasan lebih irit ongkos. Sedangkan untuk menggunakan moda transportasi lain, tentu saja harus merogoh kantong lebih dalam. Dalam keterbatasan di malam yang semakin larut, para pekerja ini tidak punya pilihan.
Antusias Masyarakat Pengguna KRL Sangat Tinggi, Perlukah Beroperasi 24 Jam?
Kursi-kursi di ruang tunggu, lantai Stasiun Cikarang yang dingin pada akhirnya jadi persinggahan sementara. Semua dilakukan demi bertahan hidup dan juga dapur bisa tetap ngebul. Fenomena ini bahkan mendapat perhatian dari Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi. Menhub berjanji akan mempertimbangkan kereta KRL Jabodetabek bisa beroperasi selama 24 jam sebagai solusinya.
Dudy akan berkoordinasi dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI terkait kemungkinan layanan KRL 24 jam tersebut. Ia menjelaskan koordinasi dengan KAI juga untuk mempertimbangkan biaya operasional perusahaan seandainya layanan KRL berlangsung 24 jam.

Menurut para penumpang, ruang tunggu stasiun tidak boleh digunakan setelah jam operasional berakhir. Para petugas meminta penumpang keluar, membuat mereka harus bertahan di area terbuka hingga pukul 4 pagi.
Banyak yang menilai kondisi ini tidak ideal, terlebih bagi pekerja yang berpenghasilan pas-pasan dan harus pulang tengah malam karena sistem shift. Para pekerja yang rutin bermalam di stasiun punya harapan adanya akses untuk mereka beristirahat.
Seiring berjalannya waktu, jumlah penumpang Stasiun Cikarang juga turut meningkat. Dari total 5,07 juta penumpang pada tahun kemarin naik menjadi 5,25 juta penumpang di 2025. Namun kenaikan jumlah penumpang ini ternyata tidak diiringi dengan penambahan rangkaian kereta serta jumlah keberangkatan.
