Pada tahun 1988, dunia menyaksikan kelahiran konsep pariwisata yang revolusioner, hotel terapung permanen pertama di dunia. Dibangun dengan biaya jutaan dolar dan diposisikan di salah satu lokasi paling indah di planet ini, The John Brewer Reef Floating Hotel (atau dikenal sebagai Four Seasons Barrier Reef Resort) seharusnya menjadi masa depan liburan mewah.
Namun, hanya dalam waktu satu tahun, hotel mewah ini memulai pelayaran aneh yang membawanya dari surga kapitalis Australia, menuju Vietnam, dan berakhir di kawasan resor Gunung Kumgang, Korea Utara, di bawah kendali rezim Kim Jong Un.
Hotel terapung ini dibangun di Singapura dan Manila oleh pengembang properti Australia, Doug Tarca. Strukturnya sepanjang 90 meter, memiliki 200 kamar mewah, diskotek, bar, bioskop, helipad, dan bahkan lapangan tenis terapung.
Lokasi awal John Brewer Reef berada di lepas pantai Townsville, Queensland, Australia. Hotel ini dibuka pada tahun 1988 dan dikelola oleh jaringan hotel mewah global, Four Seasons.
Terlepas dari konsepnya yang menarik, hotel ini menghadapi bencana finansial dan logistik. Biaya operasional di lokasi terpencil sangat mahal. Selain itu, sensitivitas lingkungan di Great Barrier Reef, ditambah kerusakan akibat badai topan yang mengancam struktur hotel, membuat pengunjung enggan datang.

Setelah hanya 12 bulan beroperasi, pemiliknya menyatakan kebangkrutan, dan hotel terapung tersebut ditarik untuk dilelang.
Pada tahun 1989, hotel apung ini dibeli oleh investor Jepang dan dipindahkan ribuan kilometer ke Asia Tenggara. Hotel itu ditambatkan di Sungai Saigon, Kota Ho Chi Minh, Vietnam.
Di Vietnam, hotel ini dengan nama barunya, Saigon Floating Hotel (atau populer disebut “The Float”), menemukan kesuksesan yang gagal ia raih di Australia. Berada di lokasi yang mudah diakses dan strategis di pusat kota, The Float menjadi landmark yang populer, pusat hiburan mewah bagi ekspatriat dan kelas atas Vietnam selama hampir satu dekade.
Kapal Penumpang Tertua di Dunia ‘Berlabuh’ di Bintan, Disulap Jadi Hotel oleh Pengusaha Singapura
Namun, seiring pembangunan hotel-hotel darat modern di Ho Chi Minh City, daya tarik The Float mulai memudar, dan kapal tersebut dijual lagi pada tahun 1997.
Pelayaran terakhir kapal ini membawanya ke tujuan paling aneh, yaitu Gunung Kumgang (Gunung Berlian), Korea Utara. Perusahaan Hyundai Asan dari Korea Selatan, yang beroperasi di Korea Utara, membeli hotel tersebut sebagai bagian dari proyek pariwisata ambisius di Gunung Kumgang, sebuah kawasan wisata yang dirancang untuk menarik wisatawan Korea Selatan.
Hotel ini berfungsi sebagai akomodasi bagi ribuan wisatawan Korea Selatan yang mengunjungi Korut melalui darat.
Pada tahun 2008, proyek pariwisata Gunung Kumgang dihentikan total setelah seorang tentara Korea Utara menembak mati seorang turis Korea Selatan. Hotel Haegumgang pun ditutup dan ditinggalkan.
Pada tahun 2019, nasib hotel itu menemui titik akhir yang ironis. Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, mengunjungi resor tersebut dan secara terbuka mengecam desain Hotel Haegumgang. Ia menyebutnya “lusuh” dan “berbau kapitalis Selatan” yang harus dihancurkan dan diganti dengan struktur yang sesuai dengan “sentimen estetika nasional” Korut.
Meskipun Kim Jong Un memerintahkan pembongkaran, sanksi internasional dan kesulitan logistik, serta pandemi Covid-19, menunda proses penghancuran tersebut. Saat ini, Hotel Haegumgang masih berdiri, menjadi monumen bisu dari ambisi pariwisata yang gagal, terdampar jauh dari pantai tropis tempat ia seharusnya menjadi simbol kemewahan.
Korea Utara Berencana Buka Resor Wisata untuk Pelancong Asing yang Bernyali
