Monday, April 29, 2024
HomeAnalisa AngkutanAeroflot Airlines, Maskapai Terbesar Rusia dan Dunia Gabungan dari Maskapai Ukraina

Aeroflot Airlines, Maskapai Terbesar Rusia dan Dunia Gabungan dari Maskapai Ukraina

Seluruh maskapai penerbangan Rusia dilarang melintas apalagi mendarat di 36 negara, dimana 27 di antaranya Uni Eropa. Ini merupakan sanksi atas invasi Rusia ke Ukraina. Sebagai balasan, Rusia juga sudah melarang semua maskapai dari negara tersebut melintasi ruang udaranya.

Baca juga: Aeroflot Registrasi Pesawat Airbus A350 Baru di Bermuda, Gegara Lari dari Pajak?

Terlepas dari besar kecil dampaknya, sudah pasti seluruh maskapai dari negara-negara yang men-sanksi dan disanksi Rusia pasti dirugikan. Di Rusia sendiri, salah satu maskapai yang pasti dirugikan adalah Aeroflot Airlines.

Maskapai nasional Rusia tersebut diketahui terbang ke 55 negara dengan ratusan rute ke seluruh dunia, termasuk ke negara-negara yang memberlakukan sanksi terhadap mereka dan maskapai Rusia lainnya. Beruntung, Aeroflot Airlines, yang tergabung dalam Aeroflot Group bersama maskapai Pobeda Airlines dan Rossiya Airlines, masih mempunyai pasar penerbangan domestik yang besar.

Mereka sudah pasti akan kembali ke-khittah-nya sejak awal didirikan, yaitu sebagai maskapai yang fokus melayani penerbangan domestik mengingat wilayah Uni Soviet (ketika itu Soviet masih eksis) sangat besar.

Dilansir Britannica, Aeroflot didirikan pada tahun 1928 dengan nama Dobroflot. Pada tahun 1932, barulah manajemen melakukan reorganisasi dan mengukuhkan nama Aeroflot Airlines.

Aeroflot didirikan berkat gabungan dari dua maskapai besar saat itu, Dobrolyot (didirikan pada tahun 1923) dan Ukvozdukhput atau Ukraina Airways (didirikan pada tahun 1925). Keduanya bahu-membahu menghubungkan kota-kota seperti Moskow, Gorky (Nizhny Novgorod), Kiev, Kharkov (Kharkiv), dan Odessa.

Usai direorganisasi, Aeroflot mengalami kemajuan cukup pesat dari Leningrad (St. Petersburg) di Barat Uni Sovet sampai ke Vladivostok di Timur Jauh, termasuk pengembangan jaringan internasional sampai ke Laut Hitam, Kaukasus, dan Asia Tengah. Misi utama Aeroflot adalah menyediakan penerbangan sipil ke seantero Uni Soviet serta menghubungka wilayah Uni Soviet dengan dunia internasional.

Selain itu, Aeroflot juga ditugaskan untuk berbagai operasi, seperti penyemprotan tanaman, survei udara, pekerjaan penyelamatan udara, dan layanan ambulans terbang. Meski banyak pesawat buatan asing, ketika itu Aeroflot hanya mengoperasikan pesawat buatan dalam negeri.

Saat era jet muncul usai perang dunia II, Aeroflot juga turut menerbangkan pesawat jet dimulai pada tahun 1956, menggunakan pesawat Soviet Tu-104. Aeroflot juga turut membantu pengembangan pesawat supersonik pertama pesaing Concorde, Tupolev Tu-144  yang berhasil melakukan penerbangan perdana pada tahun 1968.

Di akhir tahun 1980-an atau menjelang Uni Soviet runtuh, Aeroflot diketahui memiliki 1.300 pesawat narrowbody dan widebody, serta beberapa ribu pesawat kecil atau perintis, melayani sekitar 3.600 kota besar dan kota kecil di Uni Soviet, serta menerbangi rute internasional ke lebih dari 100 negara.

Pada tahun 1990, Aeroflot mengangkut total 138 juta penumpang atau 15 persen dari semua lalu lintas udara sipil di muka bumi, menjadikannya sebagai maskapai penerbangan terbesar di dunia. Maskapai tersebut terbang ke semua benua, termasuk Antartika.

Setelah Uni Soviet runtuh pada 26 Desember 1991, Aeroflot berganti nama menjadi Aeroflot – Russian International Airlines dan setahun setelahnya resmi menjadi maskapai nasional Rusia.

Baca juga: Gegara Seekor Merpati di Kabin, Penerbangan Aeroflot Tertunda di Moskow

Tak seperti di era Uni Soviet, di era Rusia, Aeroflot mulai menerbangkan pesawat asing, yaitu Boeing dan Airbus, termasuk pesawat dalam negeri Sukhoi SSJ100 atau Sukhoi Superjet 100.

Pada tahun 2020, di tengah pandemi virus Corona, Aeroflot Group, yang terdiri dari Aeroflot Airlines (segmen premium), Pobeda Airlines (segmen LCC), Rossiya Airlines (segmen regional), dan Aurora Airlines (segmen regional), mengoperasikan 283 rute terjadwal ke 56 negara di seluruh dunia dengan total 30,2 juta penumpang menggunakan 342 pesawat.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru