Bandara Changi dikenal dengan inovasi dan adaptasinya terhadap demand pasar. Salah satunya saat menyesuaikan dengan spesifikasi Airbus A380. Terlebih, Singapore Airlines juga menjadi salah satu operator pesawat komersial terbesar itu. Tak heran, bandara yang terletak di Singapura tersebut menjadi bandara pertama di luar Eropa yang dapat melayani penerbangan komersial Airbus A380.
Baca juga: Hari Ini, 15 Tahun Lalu, Singapore Airlines Jadi Maskapai Pertama Operasikan Airbus A380
Sebagai pesawat komersial terbesar di dunia, Airbus A380 memiliki dimensi yang bikin geleng-geleng kepala. Pesawat itu memiliki bentang sayap sampai 80 meter (ICAO Code F), gear span selebar 14.31 meter (Code F), lebar badan pesawat 7.14 meter (RFF CAT 10), panjang 72.73 meter, dan tinggi 24.1 meter.
Celakanya, tak semua bandara memiliki spesifikasi seperti atau melebihi di atas. Hal ini tentu wajar mengingat belum pernah ada pesawat komersial sebesar itu di zamannya, sehingga wajar bila aerodrome tak ada yang memenuhi spek tersebut. Karenanya, bandara-bandara sibuk di dunia pun menyesuaikan diri menyambut kehadiran A380. Salah satunya Bandara Changi Singapura.
Dilansir airport-technology.com, sejak masih dikembangkan pada tahun 1990an, Airbus mendapat banyak masukan terkait dampak operasional bandara terhadap pesawat A380 yang dimensinya sangat besar dan belum pernah ada sebelumnya.
Demikian juga dengan ICAO, mendapat banyak masukan dari para insinyur dunia terkait metode paling efisien untuk bandara agar bisa melayani A380 tanpa mengeluarkan banyak uang untuk mengikut berbagai aturan sesuai Annex 14.
Berbekal dari penelitian para insinyur, informasi dari Airbus, dan rekomendasi ICAO, Bandara Changi pun berbenah. Pada November tahun 2005, pesawat double-decker A380 tiba di Changi untuk uji verifikasi kesesuaian bandara. Dua tahun setelahnya atau pada 25 Oktober 2007, Bandara Changi menjadi bandara pertama di luar Eropa yang melayani penerbangan A380.
Otoritas Penerbangan Sipil Singapura (CAAS), diketahui melakukan sejumlah penyesuaian bandara. Di antaranya, passenger loading bridge (PLB) ketiga atau sering juga disebut garbarata tingkat dua yang memungkinkan penumpang mengaksesnya langsung dari dek atas. Jadi, tidak perlu turun ke dek bawah untuk menjangkau garbarata.
CAAS juga memodifikasi seluruh gate dan terminal di Bandara Changi, pelebaran dan perkerasan runway, pelebaran bahu runway, taxiway, interseksi runway-taxiway dan taxiway-taxiway, perluasan ruang tunggu di setiap terminal mengingat Airbus A380 mampu menampung sampai 500 penumpang dalam tiga kelas, penambahan gangway, dan memperpanjang conveyor belt di seluruh terminal.
Selain itu, Bandara Changi juga dilengkapi jet blast deflector tambahan untuk mengurangi dampak jet blast A380 di banyak titik, sampai penambahan dua stand parkir pesawat kargo A380 dan penerbangan jarak jauh A380.
Baca juga: Akhirnya, Pesawat Airbus A380 Mendarat dalam Penerbangan Berjadwal di Indonesia
Berbagai perubahan itu pada akhirnya berhasil menjadikan Bandara Changi sebagai bandara pertama di luar Eropa yang melayani penerbangan A380, meskipun ada puluhan juta dolar yang harus dikeluarkan.
Belum lagi CAAS harus mempersiapkan bandara lain sebagai pengganti andai Bandara Changi mengalami gangguan dalam melayani A380.