Mesin pesawat Boeing 777-200 United Airlines terbakar dan meledak saat di udara. Tak hanya itu, puing-puing mesin tersebut juga jatuh ke pemukiman warga. Beruntung tak sampai ada korban jiwa dalam insiden ini, entah itu akibat kecelakaan pesawat sebagai buntut dari kerusakan mesin maupun akibat puing-puing itu sendiri.
Baca juga: Inilah Perbedaan Airlines dan Airways di Dunia Penerbangan
Sebelum mulai beroperasi dan mengangkut penumpang, pesawat terlebih dahulu harus melalui serangkaian tes rumit untuk mendapatkan sertifikasi laik terbang. Di antaranya ialah sertifikasi Extended-range Twin-engine Operational Performance Standards (ETOPS).
Di sini, pesawat disimulasikan dalam keadaan darurat, dimana salah satu dari dua mesinnya rusak. Dalam keadaan seperti itu, pesawat dituntut untuk tetap bisa terbang. Adapun durasi terbangnya cukup beragam, bergantung pada kemampuan pesawat itu sendiri.
Pada Februari dua tahun lalu, misalnya, pesawat A330-900 berhasil lulus tes sertifikasi ETOPS 285 menit oleh European Aviation Safety Agency (EASA). Itu berarti, pesawat sudah teruji mampu terbang selama empat jam 45 menit (285 menit) hanya dengan menggunakan satu mesin saja. Dengan begitu, pesawat bisa mencari bandara terdekat untuk melakukan pendaratan.
Dikarenakan pesawat Boeing 777-200 United Airlines -yang belum lama ini mesin sebelah kanannya terbakar- juga pernah melewati uji sertifikasi ETOPS, tentu pesawat ini masih dimungkinkan untuk mendarat dengan selamat. Itulah jawaban mengapa insiden yang kemarin terjadi tidak berujung pada hilangnya 231 penumpang dan 10 awak yang menumpangi pesawat tersebut.
Dilihat dari jenisnya, kebakaran mesin atau biasa juga disebut kegagalan mesin (engine failure) ada dua; terkendali dan tidak terkendali.
Dikutip dari Simple Flying, menurut Skybrary, kegagalan mesin terkendali bisa dibilang tidak sampai menyebabkan komponen-komponen mesin lepas dan puing-puingnya jatuh tanpa terkendali sehingga membahayakan orang-orang di darat.
Terbayang bukan, bila puing-puing mesin membentur badan atau bagian lain pesawat, yang notabene kabinnya bertekanan, bisa saja membuat lubang, terjadi dekompresi eksplosif, serta membuat pesawat kehilangan ketinggian.
Poinnya, kegalalan mesin terkendali tidak membahayakan penerbangan dan orang-orang yang berada di darat karena komponen mesin tidak lepas secara sporadis.
Berbeda dengan kegagalan mesin terkendali, kegagalan mesin tidak terkendali kondisinya jauh lebih rumit. Komponen-komponen mesin lepas dan jatuh ke daratan. Selain itu, komponen yang lepas secara sporadis juga masih dimungkinkan untuk membentur badan pesawat sehingga membayakan penerbangan.
Baca juga: 7 Persamaan dan Perbedaan First Class dengan Business Class
Pada kegagalan mesin tidak terkendali, biasanya disebabkan oleh banyak komponen sehingga kondisinya tidak terkendali.
“Kegagalan mesin yang tidak terkendali kemungkinan besar akan menjadi berbahaya, dan bisa jauh lebih serius karena puing-puing mesin bertebaran dengan kecepatan tinggi ke arah lain, menimbulkan potensi bahaya pada struktur pesawat bertekanan, mesin yang berdekatan, sistem kontrol, dan mungkin (menimbulkan bahaya) langsung ke penumpang pesawat,” tulis Skybrary.