Boeing akhirnya buka suara terkait antusiasme perusahaan teknologi dan produsen pesawat di dunia terhadap konsep pesawat bertenaga hidrogen belakangan ini. Pihaknya mengaku tak yakin bahwa hidrogen akan menjadi bahan bakar pesawat di masa depan. Agar tetap berkontribusi terhadap program keberlanjutan atau sustainability goals, sebagai gantinya, Boeing akan mencari cara lain.
Baca juga: Inilah Tiga Konsep Pesawat Bertenaga Hidrogen Airbus, Beroperasi Penuh Mulai 2035
Sejak pertengahan tahun lalu, raksasa dirgantara asal Eropa, Airbus, dikabarkan tengah menimbang-nimbang penggunaan hidrogen di masa mendatang. Maklum, perusahaan gabungan beberapa negara Eropa itu sudah sejak beberapa tahun lalu menyatakan komitmennya untuk membuat pesawat lebih hijau atau tanpa emisi pada 2035 mendatang.
Setelah lama menunggu, publik akhirnya disajikan tiga konsep pesawat hidrogen Airbus pada akhir September 2020. Ketiga konsep – semua diberi kode nama ZEROe – tersebut antara lain, pertama, desain turboprop (kapasitas hingga 100 penumpang) menggunakan mesin turboprop sebagai pengganti turbofan.
Konsep kedua pesawat hidrogen Airbus ialah turbofan (kapasitas 120-200 penumpang) dengan jangkauan 3.704 km lebih dan konsep pesawat Airbus bertenaga hidrogen yang terakhir yakni desain sayap-lebur atau blended-wing body (kapasitas hingga 100 penumpang). Semuanya ditargetkan bakal beroperasi mulai 2035.
Sadar reputasinya tercancam karena tak turut mengembangkan pesawat bertenaga hidrogen, CEO Boeing, David David Calhoun, mengungkapkan bahwa para pelaku bisnis dirgantara merasa bahwa industri masih jauh dari kata siap untuk mengembangkan teknologi ini.
“Saya memiliki cukup banyak pengalaman dengan hidrogen, perusahaan kami memiliki pengalaman yang luar biasa dengan hidrogen. Setidaknya dalam ukuran badan pesawat yang kita semua bicarakan. Kami bereksperimen pada harga rendah, tapi itu tidak akan menjadi pasar yang berarti di sini,” katanya kepada Simple Flying.
“Dan dengan munculnya sustainable fuels (bahan bakar berkelanjutan), kita sudah mampu hidup dengan bahan bakar berkelanjutan itu. Saya percaya itu akan menjadi jawaban 15 tahun untuk pedoman dan pendekatan 2050 karena kita semua telah bekerja dengannya, bereksperimen dengannya, kita tahu itu berhasil, dan sekarang kita mengembangkan jalur pasokan untuk itu. Tapi saya yakin itu satu-satunya jawaban antara sekarang dan 2050,” tambahnya.
Boeing sendiri terbukti memang sudah sejak lama ikut mengembangkan pesawat berbahan bakar ramah lingkungan. Awal tahun 2020, tepatnya pada 11 hingga 18 Januari, Boeing 787 Greenliner, pesawat ramah lingkungan besutan Boeing dan Etihad, melakukan penerbangan eco flight dalam helatan Abu Dhabi Sustainable Week.
Pekan lalu, perusahaan kembali menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen untuk membuat pesawat komersial 100 persen menggunakan berbahan bakar ramah lingkungan pada 2030 mendatang. Hanya saja, tak disebutkan dengan jelas, apa bahan bakar ramah lingkuangan yang dimaksud. Apakah itu listrik atau bahan bakar ramah lingkungan lainnya, Boeing tak menjelaskan secara detail.