Era otomatisasi kini mulai merambah salah satu moda darat yang kerap kali menjadi favorit para penggunanya, yaitu bus. Seperti yang KabarPenumpang.com lansir dari laman newatlas.com, Jumat (5/5/2017) kemarin, sebuah perusahaan bus asal negeri Paman Sam, Proterra mengeluarkan sebuah terobosan dimana bus elektrik tersebut bisa menempuh jarak kurang lebih sejauh 600 mil atau setara dengan 966 km hanya dengan satu kali pengisian baterai (charge) saja. Adapun tujuan dari uji coba yang dilakukan oleh pihak Proterra di daerah Reno, Nevada, yaitu untuk mengetes kemampuan dari bus autonomous tersebut dalam menjajal perjalanan jauh dan nantinya bus tersebut akan digunakan sebagai salah satu angkutan massal.
Baca Juga: Navya Arma, Bus Tanpa Awak Gambaran Transportasi Masa Depan
Konsep yang diterapkan oleh Proterra bisa dibilang hampir mirip dengan NAVYA, sebuah shuttle autonomous yang pertama kali dipamerkan di pagelaran Passenger Terminal Expo yang dihelat di Amterdam pada 14-16 Maret 2017 kemarin. Hanya saja, ada beberapa fitur yang lebih ditonjolkan oleh Catalyst E2, nama dari bus ini, salah satunya adalah kapasitas baterai yang lebih besar daripada NAVYA yang memungkinkan bus tersebut melaju lebih jauh daripada shuttle autonomous tersebut.
Dalam mengerjakan salah satu proyek kendaraan masa depan ini, Proterra tidak berdiri sendiri. Ia menggaet University of Nevada, Reno (UNR), Living Lab Coalition yang didalamnya juga termasuk Regional Transportation Commission of Washoe County (RTC), Nevada Department of Motor Vehicles, Nevada Governor’s Office for Economic Development, dan juga Fraunhofer Institute for Transportation and Infrastructure Systems IVI. Adapun, tujuan dibalik pembuatan bus ini adalah menciptakan sarana transportasi umum masa depan yang sepenuhnya dikendalikan oleh program, seluruh sistem yang otomatis, dan juga bebas emisi.
Baca juga: Berteknologi Radar, Inilah Bus Masa Depan dari Mercedes-Benz
Dalam pengerjaannya, pihak Proterra mengatakan ada beberapa poin yang menjadi fokus dalam pengembangan kendaraan ini, seperti bus yang akan lebih tanggap dengan kondisi jalan, kepadatan di jalan, lingkungan yang dinamis, dan tindakan cepat tanggap dalam kondisi darurat. Sementara itu, KabarPenumpang.com melansir dari laman ibtimes.com pada Selasa (2/5/2017) kemarin, CEO Proterra Ryan Popple mengatakan dewasa ini, persaingan di dunia transportasi untuk mengintergasikan kendaraan otonom semakin ketat, dan Proterra berusaha untuk menerapkan standar keselamatan tertinggi di pasar. “Kami akan terus memajukan solusi mobilitas yang sesuai dengan kebutuhan yang berkembang,” tuturnya.

Baca juga: Olli, Bus Otonom yang Bisa Diajak Bicara
Tim pengembang akan menempatkan sistem persepsi algoritma pada robot baru untuk diuji, dengan tidak mengesampingkan pantauan mengenai bus otonom tersebut dapat memprediksi arus lalu lintas dan memilih cara terbaik untuk meningkatkan keselamatan. Demi mewujudkan harapan terhadap bus ini, pihak Proterra mencoba untuk “bermain” dalam tiga fase, yaitu tahap pengumpulan data dan menerapkannya pada Catalyst E2, lalu pengembangan alogaritma dan sistem komunikasi, dan yang terakhir adalah pengesahan lisensi dan komersialisasi.
Menurut Proterra melalui laman ibtimes, fase pertama direncanakan selesai pada tahun ini. Sementara tahap kedua akan dimulai pada tahun 2018 mendatang, yang sebetulnya waktu untuk merealisasikan tahap kedua ini amatlah fleksibel. Lalu tahap ketiga akan mulai bergulir setelah tahap kedua rampung.