Maskapai penerbangan sejatinya harus melayani penumpang, apapun latar belakangnya. Namun, bagi sebagian maskapai, itu dikecualikan untuk alkohol. Bersandar pada hukum negara mereka, maskapai-maskapai tersebut melarang secara halus ataupun terang-terangan penumpang domestik ataupun internasional minum-minuman beralkohol.
Baca juga: Daftar Maskapai Terdepan yang Gunakan Bahan Bakar Berkelanjutan, Tak Satupun dari Asia
Bagi sebagian orang, mungkin tidak minum-minuman beralkohol dalam penerbangan tidak jadi masalah. Tapi, bagi sebagian lainnya, itu akan menjadi masalah dan bukan tidak mungkin menjadi alasan untuk memilih maskapai lain.
Belum lama ini, beberapa maskapai di Amerika Serikat (AS) dilaporkan mulai melarang penumpang minum-minuman beralkohol atau minuman keras dalam penerbangan. Pemicunya adalah keonaran demi keonaran dari penumpang yang mengonsumsi minuman keras.
Ini tentu menjadi masalah tersendiri bagi maskapai dan penumpang di negara tersebut mengingat minum-minuman beralkohol sudah menjadi tradisi atau dengan kata lain bak minum air putih atau air mineral.
Dalam penerbangan domestik di bawah tiga jam, tidak mengonsumsi minuman beralkohol mungkin masih bisa ditolelir, tetapi pada penerbangan internasional, beberapa penumpang sangat merasa kesulitan sekalipun dalam beberapa riset menunjukkan mengonsumsi alkohol dalam penerbangan membuat tubuh dehidrasi dan jetlag.
Akan tetapi, prinsip tetaplah prinsip. Itu di atas segalanya, bahkan terhadap penumpang sekalipun yang dalam sebuah pepatah dianggap sebagai ‘raja’. Umumnya, maskapai yang melarang penumpang minum-minuman keras dalam penerbangan datang dari maskapai-maskapai di negara Islam.
Sebut saja Afriqiyah Airways, Air Arabia, Ariana Afghan, Biman Bangladesh, Iran Air, Jazeera Airways, Kuwait Airways, Mahan Air, Pakistan International Airlines, Saudi Arabian Airlines, dan Tunisair.
Kesemuanya melarang penumpang minum-minuman beralkohol dalam penerbangan, baik membawa sendiri ataupun beli di pesawat, baik dalam penerbangan domestik maupun penerbangan internasional.
Namun, ada juga maskapai dari negara Islam lainnya yang lebih moderat. Tengok saja Emirates, Qatar Airways, dan Etihad Airways. Tiga maskapai terbesar di Timur Tengah itu sudah kondang dikenal sebagai maskapai dengan jaringan internasional terbesar dan terus membakar uang untuk mencapai layanan terbaik.
Tak ayal, tiga maskapai tersebut membarenginya dengan memperbolehkan penumpang minum-minuman beralkohol dalam penerbangan internasional. Tetapi tidak dengan penerbangan domestik, tidak spesifik pada lama penerbangannya. Intinya penerbangan domestik. Begitu juga dengan Turkish Airlines, yang dicap negatif di dalam negeri akibat mengizinkan penumpang minum-minuman keras.
Lain cerita dengan Malaysia Airlines. Maskapai nasional Malaysia, yang notabene sebagai berpenduduk mayoritas Islam, tersebut melarang penumpang mengonsumsi minuman beralkohol dalam penerbangan di bawah tiga jam untuk setiap keberangkatan dari Kuala Lumpur.
Baca juga: Emirates Hilangkan Pajangan Botol Sampanye Mewah di Bar Pesawat Kelas Satu
Beberapa maskapai lainnya dari negara Islam, seperti Royal Brunei Airlines dan Egyptair punya kebijakan tersendiri terkait minuman beralkohol bagi penumpang. Disebutkan, maskapai tersebut mengizinkan penumpang minum-minuman beralkohol dalam penerbangan dari yang mereka bawa sendiri atau bring your own (BYO).
Jadi maskapai tidak menyediakan minuman keras dan tidak melarang mereka minum, baik dalam penerbangan domestik maupun internasional. Tetapi, sebagaimana dikutip dari Simple Flying, mereka bisa membawanya sendiri dan meminumnya dalam penerbangan.