Bagi sebagian orang, N250 mungkin sebatas pesawat turboprop berteknologi fly-by-wire pertama di dunia yang terjegal International Monetary Fund (IMF). Namun, bagi sebagian yang lain, N250 lebih dari sekedar itu, apalagi bila menengok kisah pesawat canggih besutan BJ Habibie ini melahap penerbangan ferry flight jarak jauh Bandung-Paris pada tahun 1997.
Baca juga: N-250, Pesawat Komuter Fly By Wire “Asli” Indonesia yang Kandas Tersapu Krisis Moneter
Sebelum membahas sepak terjang N250 menuju Paris lebih jauh, ada baiknya kita membahas mengenai ferry flight terlebih dahulu. Penerbangan ferry flight sendiri bisa dikatakan sebagai penerbangan terbatas atau penerbangan tanpa penumpang umum ke dan dari luar negeri.
Penerbangan ferry flight juga kerap diberlakukan bagi suatu maskapai penerbangan saat membuka rute baru, dimana pesawat saat terbang tidak membawa penumpang atau dalam keadaan kosong.
Kembali ke N250, kala itu, sekalipun ferry flight jarak jauh N250 untuk pamer teknologi ke Paris AirShow 1997 merupakan yang pertama kalinya, melintas Asia-Afrika-Eropa sejauh lebih dari 13.500 km, namun, bukan berarti Sang Gatotkoco -julukan pesawat komuter asli Indonesia ini- canggung. Satu-satunya modal N250 Gatotkoco dengan nomer registrasi PK-XNG hanyalah jam terbang yang sudah mencapai 400 jam kala itu.
Terbukti, pesawat yang digadang-gadang lebih canggih dari ATR atau pesawat sejenis lainnya di zaman itu -dilihat dari teknologi fly-by-wire serta flight control- berhasil terbang dengan mulus tanpa adanya laporan terkait kendala apapun selama di perjalanan.
Dihimpun KabarPenumpang.com dari berbagai sumber, penerbangan ferry flight pesawat Asia jarak jauh pertama sekaligus penerbangan jarak jauh perdana N250 lintas benua dipimpin langsung oleh pilot uji senior IPTN, Kolonel Pnb Chris Sukardjono, bersama lima orang lainnya, terdiri dari tiga teknisi dan dua penerbangan. Lima orang itu, Letkol Pnb Sumarwoto, Capt. Adi Budi Setiawan Atmoko, dan pilot uji asing, Capt. John Bolton, Hindawan Hariowibowo dan Nurcholis flight test engineer (FTE) serta Yuares Riady flight test instrumentation (FTI).
Baca juga: Lanjutkan Asa N250 yang Tenggelam, Ini Dia R80 Besutan B.J. Habibie
Dari hasil penelusuran redaksi, tak ada rincian apapun di sumber manapun terkait lamanya waktu terbang. Namun, yang pasti, pesawat dengan bentang sayap 28 meter dan panjang 26,3 meter serta memiliki kapasitas 50-70 penumpang ini sampai melakukan penerbangan malam hari untuk berpacu dengan waktu, mengingat N250 Gatotkoco harus mengejar validasi formasi terbang yang akan didemontrasikan di pameran.
Meskipun sukses melakoni penerbangan ferry flight jarak jauh dan unjuk gigi di ajang Paris AirShow, perjalanan N250 kemudian dilanjutkan dengan tur ke sejumlah negara Eropa, Afrika, dan Asia. Sambutan pun diberitakan cukup luar biasa dari berbagai negara yang dikunjungi. Namun, sayang, hal itu tak cukup mampu untuk mendorong pemerintah Indonesia meneruskan perjuangan memproduksi pesawat sendiri ataupun menjegal IMF agar tak menghalang-halangi cita-cita luhur BJ Habibie.