Thai Airways terus berinovasi untuk tetap bisa mencetak pendapatan. Setelah membuka restoran dengan menghidangkan menu-menu khas penerbangan (in flight meals) dan bisnis flight simulator melalui program THAI FlyEx, kini maskapai tersebut dikabarkan tengah memulai program unik khusus untuk para flight attendant (FA) wannabe dengan harga miring sebesar US$91 atau sekitar Rp1,3 jutaan (kurs Rp14.834).
Baca juga: Dear Pilot, Usai Bangkrut Thai Airways Jajaki Bisnis Flight Simulator! Segini Harganya
Dilansir dari sea.mashable.com, kocek sebesar itu nantinya akan digunakan maskapai untuk membantu mewujudkan mimpi siapapun menjadi pramugari selama sehari di pusat pelatihan dan penerbangan Thai Airways di Bangkok.
Dalam tempo empat jam, FA wannabe akan diberi berbagai materi tentang kepramugarian, seperti dijelaskan soal prosedur keselamatan, mengenakan seragam resmi pramugari Thai Airways, standar make up pramugari, hingga pelatihan etiket.
Di samping itu, para FA wannabe program Thai Flight Training Academy juga diberikan kesempatan untuk mengabadikan momen menjadi pramugari dadakan selama empat jam tersebut.
Adapun posenya disesuaikan dengan keinginan peserta program. Tentu tetap dalam koridor di seputaran kabin, entah itu saat sedang memasukkan bagasi di kabin, mengantar hidangan on board ke para penumpang kelas bisnis, hingga momen menjelaskan safety induction di mockup kabin pesawat superjumbo Airbus A380. Berbagai dokumentasi selama proses tersebut nantinya bakal diberikan ke peserta program sebagai kenang-kenangan ataupun untuk diposting di media sosial.
Selain program tersebut, Thai Airways juga masih mempunyai tiga program lainnya di Thai Flight Training Academy, mulai dari kursus pilot training simulator, kursus emergency simulator training, dan pelatihan selama satu hari menjadi koki Thai Aiways.
https://www.facebook.com/thaiflighttrainingacademy/posts/3567171460008770
Awal Juni lalu, Thai Airways tengah berjuang menghindari kebangkrutan melalui prosedur ‘anti bangkrut’ di Pengadilan Kepailitan Pusat Thailand. Sampai saat ini, prosesnya masih terus berjalan. Diperkirakan bakal menghabiskan 3-5 bulan ke depan.
Sebetulnya, prosedur kebangkrutan lewat pengadilan di Thailand memungkinkan perusahaan terus beroperasi, di bawah pengawasan pengadilan atau orang yang ditugaskan pengadilan. Namun, perusahaan memilih untuk menunda operasi sampai seluruh proses selesai.
Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha mengatakan kabinetnya menimbang beberapa opsi untuk maskapai Thai Airways yang terdampak covid-19, termasuk melakukan likuidasi. Namun, Prayut mengungkapkan pilihan itu tidak jadi diambil karena lebih dari 20 ribu pegawai akan kehilangan pekerjaan. Mengacu data akhir tahun lalu, maskapai Thai Airways memiliki 21 ribu karyawan.
Baca juga: Usai Bangkrut, Thai Airways Kini Bisnis Restoran Khas Hidangan Pesawat! Pelayannya ‘Pramugari’
“Thailand dan seluruh dunia sedang menghadapi krisis. Penghasilan setiap orang menurun karena efek covid-19. Kita harus memprioritaskan anggaran untuk membantu orang-orang di masa depan,” kata Prayut.
Sebenarnya, keuangan Thai Airways sudah berantakan sebelum pandemi virus Corona muncul pertama kali di Cina pada akhir 2019. Mengacu laporan tahun lalu, maskapai pelat merah ini mengalami kesulitan karena ekonomi global yang melambat, fluktuasi harga minyak, dan persaingan maskapai penerbangan berbiaya rendah yang kian ketat.