Taliban menguasai Afghanistan sejak 15 Agustus lalu. Bagi mereka yang netral, itu sama saja. Pun bagi mereka yang pro, itu kemenangan. Tetapi, bagi mereka yang kontra dan bersekutu dengan Amerika Serikat (AS) sejak 20 tahun terakhir, itu sama saja kiamat. Tak ada pilihan lain kecuali menyelamatkan diri, keluar dari Afghanistan.
Baca juga: Miris, Warga Afghanistan Tewas di Bandara Kabul Gegara Kepanasan dan Kelaparan Saat Tunggu Evakuasi
Di antara berbagai cerita atau kisah menarik tentang pelarian warga Afghanistan dari kejaran Taliban, Khan dan Hakim adalah salah duanya. Masing-masing melewati rintangan tersendiri. Salah melangkah, sudah pasti ajal menjemputnya dengan cara yang kejam, dipenggal atau diberondong peluru tajam dari jarak dekat.
Dilansir theatlantic.com, Khan memulai pelariannya dari Kota Kabul. Sama seperti kisah warga Afghanistan lainnya yang hendak melarikan diri dari Taliban, Khan juga awalnya pergi ke bandara dengan berapi-api. Dalam benaknya, hanya bandara tempat teraman dan bisa menyelamatkan hidupnya.
Tetapi, tentu itu tidak mudah. Berkali-kali ia harus jatuh bangun dan babak belur dipukul Taliban dengan ujung dan gagang senjata. Istrinya yang tengah hamil delapan bulan dan anaknya hanya bisa menangis melihat hal ini. Tetapi, itu masih cukup beruntung. Andai saja Taliban tahu Khan adalah sekutu AS, sudah pasti ia akan ditembak mati detik itu juga.
Khan terus merangsek penjagaan di luar bandara yang berlapis-lapis. Dipenuhi oleh puluhan ribu warga yang berharap bisa masuk bandara tetapi tidak dalam daftar manifes penerbangan evakuasi di garis terluar, dijaga oleh Taliban, dan tentara sekutu di garis berikutnya.
Khan hilang kesebaran. Ia menyerah dan berjanji ke rekan AS-nya bahwa ia akan menyelamatkan diri dengan cara lain dan tidak akan pernah kembali ke bandara. Tetapi, beberapa jam kemudian, ia memutuskan kembali ke bandara. Namun, ia kembali gagal.
Puncak kegagalannya diwarnai dengan kericuhan setelah Taliban menembakkan senjatanya ke langit, membuat warga kabur ke segala arah. Di sini, istrinya yang sedang hamil bahkan jatuh terinjak-injak. Tetapi, Khan justru melihat ini adalah peluang untuk merangsek masuk ke gerbang. Ia pun berlari, meninggalkan istri dan anaknya untuk sejenak, dan mencapai gerbang.
Setelah menunjukkan visa spesialnya, ia diizinkan masuk dan kembali sebentar untuk membawa anak dan istrinya. Ia dievakuasi menggunakan pesawat Boeing C-17 Globemaster ke Pangkalan Udara AS di Qatar, dibawa ke Bandara Internasional Hamad, dan terbang ke Virginia menggunakan Qatar Airways setelah terkatung-katung selama beberapa hari menunggu penerbangan. Ia, istri, dan anaknya selamat.
Begitu juga dengan Hakim. Sekalipun ia memiliki cerita lebih sulit. Pasalnya, identitasnya dan keluarga, sebagai sekutu AS, sudah terbongkar. Hal yang sama sekali berbeda dengan Khan. Sudah begitu, Hakim berada ratusan mil jauhnya dari Kabul.
Setelah identitasnya terbongkar dan diburu Taliban, ia melakukan penyamaran. Pakaiannya compang-camping hingga dikira sebagai orang miskin. Di posisi itu, ia melarikan diri ke Kabul menggunakan bus. Ada belasan pos pemeriksaan Taliban yang dilewatinya. Setiap pos, belasan orang melakukan pemeriksaan dan Hakim berserta istri dan tiga anaknya lolos.
Baca juga: Ternyata Ini Alasan C-17 Globemaster Angkatan Udara Qatar Pakai Livery Qatar Airways
Ia berhasil ke Kabul. Tetapi, itu tak cukup. Ia harus pergi ke bandara dan itu tidak mudah. Singkatnya ia berhasil lolos dari semua itu, mendapat SIV atau special immigration visa setelah terkatung-katung, dan diterbangkan ke Makedonia lewat penerbangan charter yang digagas oleh jurnalis.
Ini pertama kalinya ia naik pesawat dan ke Makedonia. Ia bahkan tak tahu dimana Makedonia. Tetapi, ia tetap senang karena dipastikan selamat dari Taliban.