Terowongan Wilhelmina, terowongan yang diambil dari nama Ratu Belanda Wilhelmina Helena Pauline Maria. Terowongan ini merupakan terowongan kereta api terpanjang yang ada di Indonesia dengan panjang 1.116 meter. Terowongan ini dibangun oleh perusahaan kereta api zaman Belanda bernama Staats Spoorwegen (SS) tahun 1914 lalu dan mulai digunakan sejak 1 Januari 1924.
Baca juga: KA Pangandaran, Kereta yang Tak Sampai Stasiun Pangandaran
Terowongan ini merupakan salah satu terowongan kereta api jurusan jurusan Pangandaran dari Banjar- Cijulang sepanjang 82 km. Pada masa kejayaannya, terowongan Wilhelmina ini sempat disebut terowongan Sumber. Namun sebutan itu hilang termakan waktu karena jalur kereta Banjar-Cijulang berhenti beroperasi akibat biaya operasional dan sedikitnya pemasukan dari para penumpang kereta api di jalur itu.
Dalam pengerjaannya yang hanya selama empat tahun itu mengisahkan banyak cerita dibalik pembangunannya. Pada 1916, penggalian sempat terhenti karena tidak ada tenaga ahli yang mau melanjutkan pekerjaan untuk pembangunan terowongan Wilhelmina ini. Alasannya adalah jalur dan medan yang dilalui sangat sulit, pekerja banyak yang meninggal karena tiba-tiba sakit. Namun Staats Spoorwegen tetap melanjutkan pembangunan jalur ini.
Hal ini dikarenakan jalur ini sangat penting untuk mengangkut hasil bumi berupa kopra/kelapa yang berlimpah pada daerah tersebut. Tak hanya itu, awal pembangunan jalur kereta api Banjar – Cijulang ini melatar belakangi kepentingan ekonomi karena banyaknya perkebunan disekitar daerah itu dan sangat memerlukan transportasi yang memadai untuk pengangkutan.
Hingga akhirnya keberadaan jalur kereta api ini menjadi bagian kehidupan di wilayah Kabupaten Ciamis khususnya Banjar dan Cijulang hingga tahun 1980-an. Terowongan Wilhelmina, berbentuk lurus dan panjang, hingga Anda bisa melihat ujung yang satu dari ujung lainnya di terowongan tersebut berupa setitik cahaya.
Terkadang, Anda mungkin tak membayangkan berapa banyak pekerja untuk membangun dengan memahat batuan keras sepanjang satu kilometer lebih ini. Terowongan ini gelap dan dan panjang, sedikit seram karena cahaya yang ada memang sangat sedikit atau benar-benar tak ada cahaya sama sekali kecuali setitik cahaya dari ujung terowongan satunya. Selain melewati terowongan Wilhelmina, jalur ini pun melalui jembatan layang yang tinggi sebagai penopang jalur terowongan ini.
Baca juga: KA Pangandaran Beroperasi, Kini Jakarta-Banjar Jadi Lebih Mudah
Dua tahun lalu, dilansir dari kompas.com (21/42014), saat kampanye calon gubernur, bupati hingga anggota legislatif pada tahun itu berjanji akan membuka jalur kereta api yang eksotis tersebut. Hal itu sempat didengar oleh masyarakat sekitar terowongan Wilhelmina yang berada di Desa Sumber, Pangandaran, namun hal itu hanya sekedar janji dan tak terealisasikan hingga kini.
Jalur yang dulunya sibuki, kini hanya tersisa peninggalan sejarah. Terowongan gelap, rel-rel yang telah hilang, air yang rembes masuk dalam terowongan hingga dipenuhi semak belukar akibat tak terurus. Padahal, terowongan ini menjadi salah satu bukti sejarah adanya jalur kereta api Banjar – Pangandaran – Cijulang. Tak hanya menjadi bukti sejarah, terowongan Wilhelmina juga bisa dimanfaatkan menjadi tempat wisata karena alam di sekitarnya sangat indah.