Pada hari ini, 51 tahun lalu, bertepatan dengan 13 Oktober 1972, kecelakaan pesawat Fairchild Uruguayan Air Force flight 571, terjadi. Pesawat yang disewa tim rugby ini kecelakaan usai menabrak Pegunungan Andes sebelum jatuh di lembah terpencil dan menewaskan 29 dari 45 penumpang. Ajaibnya, penumpang yang selamat berhasil bertahan hidup selama dua bulan sebelum diselamatkan petugas pada 22 Desember, sekalipun dengan cara memakan mayat korban tewas.
Baca juga: Dikira Tewas Kecelakaan Pesawat, Pilot Brasil Selamat Usai 38 Hari Terjebak di Hutan Amazon
Dilansir Britannica, tragedi, yang juga disebut Miracle of the Andes atau El Milagro de los Andes dalam bahasa Spanyol, bermula saat tim rugby Old Christians Club menyewa pesawat untuk penerbangan dari Montevideo, Uruguay, ke Santiago, Chili.
Pada 12 Oktober, pesawat turboprop Fairchild bermesin ganda meninggalkan Bandara Internasional Carrasco, dengan membawa 40 penumpang, terdiri dari pemain, staf, keluarga, serta guide, dan lima kru. Total ada 45 orang.
Berhubung cuaca buruk terjadi saat mendekati Pegunungan Andes, pesawat mendarat di Mendoza, Argentina. Melihat peta, sebetulnya jarak antara Mendoza dengan Santiago sangat dekat. Hanya saja, keduanya dipisahkan Pegunungan Andes.
Karena pesawat yang digunakan tak didesain terbang melebihi ketinggian pengunungan itu sendiri di angka 6.900 meter, pilot pun memillih jalar memutar lewat selatan ke Pass of Planchón, melewati celah tebing Pegunungan Andes dan memutar balik dengan aman menuju Santiago.
Sekitar pukul 3 waktu setempat di hari berikutnya atau pada 13 Oktober, pilot melapor ke ATC bahwa mereka sudah mencapai Curicó, Chili, 178 km di selatan Santiago. Pilot menyebut mereka sudah berhasil melewati tebing dan berada segaris lurus dengan Santiago di utara. Dengan laporan itu, ATC pun mengizinkan kru menurunkan ketinggian untuk persiapan approach. Sayangnya itu keliru.
Pukul 3.30 sore waktu setempat, pesawat tak bisa dihubungi dan diyakini mengalami kecelakaan. Pencarian pun dilakukan. Dasarnya adalah lokasi terakhir yang dilaporkan pilot, di sekitar Curicó.
Ini yang menjadikan proses pencarian sangat sulit. Setelah delapan hari, pencarian dihentikan karena nihil. Tak ada jejak apapun. Ini tentu wajar mengingat lokasi pencarian keliru mengingat lokasi kecelakaan sebetulny adalah di lembah terpencil di perbatasan Argentina dan Chili. Sudah begitu, salju turun sepanjang hari dan mempersulit pencarian pesawat yang juga berwarna putih.
Saat pencarian dihentikan, sebetulnya, jumlah penumpang selamat mencapai 33 orang dan korban tewas sebanyak 12 orang. Tetapi, di tengah cuaca ekstrem di Pegunungan Andes di ketinggian 3.500 meter di atas permukaan laut dan memang sedang memasuki musim dingin mulai Oktober sampai akhir Desember, satu per satu korban selamat berguguran.
Seminggu pertama, 33 korban selamat itu bertahan hidup di sekitar lokasi kecelakaan dengan perbekalan yang ada, permen, anggur, dan lainnya. Setelah itu semua habis, barulah aksi kanibalisme oleh korban selamat terhadap korban tewas terjadi.
Pada tanggal 29 Oktober, kesaksian korban selamat menyebut, dari semula 33 orang selamat menjadi tinggal 19. Pada tanggal 12 Desember, itu berkurang menjadi 16 orang.
Sadar kondisi tak akan berubah, tiga korban selamat pun bergerak mencari bantuan. Tetapi, itu menjadi dua lantaran satu lainnya balik ke lokasi semula. Setelah melewati perjalanan sulit, mereka pun berhasil bertemu dengan tiga penggembala di desa Los Maitenes, Chili, pada 20 Desember.
Namun, orang Chili berada di seberang sungai, yang suaranya membuat sulit mendengar. Tetapi, para penggembala berjanji balik lagi keesokan harinya.
Baca juga: Viral! Usai Tewas dalam Kecelakaan Pesawat 45 Tahun Lalu, Kakek ini Pulang ke Rumah
Pagi-pagi keesokan harinya, orang-orang Chili muncul kembali, dan kedua kelompok berkomunikasi dengan menulis di atas secarik kertas yang dililitkan ke batu dan melemparkannya ke air. Salah satu bunyi catatannya ialah, “Kami datang dari pesawat yang jatuh di pegunungan.”
Pihak berwenang diberitahu dan pada 22 Desember dua helikopter dikirim ke lokasi. Enam orang yang selamat diterbangkan ke tempat yang aman, tetapi cuaca buruk menunda delapan orang lainnya untuk diselamatkan sampai hari berikutnya.