Pada hari ini, 59 tahun lalu, bertepatan dengan 17 Januari 1963, pesawat angkut ringan berkemampuan STOL (Short Take Off and Landing), Short SC.7 Skyvan terbang perdana. Pesawat ini mempunyai sejarah panjang di Indonesia bersama TNI AU, termasuk bagi Megawati Soekarnoputri, yang kehilangan suami pertamanya, Lettu (Penerbang) Surindro Supjarso, akibat kecelakaan di Biak, Papua.
Baca juga: Usai 56 Tahun, BN2 Islander Tetap Diproduksi! Pernah Ikut Operasi Seroja di Timor-Timur
Dilansir Indomiliter.com, sebagai negara kepulauan, Indonesia memang tidak pernah lepas dari kebutuhan pesawat perintis, termasuk pesawat buatan Short Brothers, Inggris, yang telah disebutkan di atas.
Beberapa maskapai perintis tercatat pernah mengandalkan pesawat yang dilengkapi pintu rampa (ramp door) tersebut, seperti Gatari, Deraya, dan Indonesia Air Transport.
Selain dioperasikan untuk kebutuhan sipil, pesawat Short SC.7 Skyvan juga dioperasikan untuk kebutuhan militer bersama TNI AU.
Disebutkan, TNI AU Skadron Udara 4 Angkut Ringan tercatat pernah mengoperasikan Short SC.7 Skyvan varian militer 3M-400. Di tangannya, pesawat digunakan untuk berbagai kebutuhan, seperti supply dropping, assault transport, dropping paratroops, troop transport, cargo transport, casualty evacuation, dan SAR.
Untuk kebutuhan troop transport atau angkut pasukan, ruang kargo dapat dimuati 19 personel. Sedangkan untuk cargo transport, pesawat mampu mengangkut muatan sebesar 2,3 ton dan ruang kargonya bisa memuat satu sedan.
Pesawat yang terkenal dapat malahap unprepared runways itu pernah mempunyai catatan kelam bersama TNI AU. Lebih kelam lagi, karena turut melibatkan putri dari ayah sang Proklamator, Soekarno, yang juga Presiden Indonesia ke-5, Megawati Soekarnoputri.
Pada 1 Februari 1971 yang menyebabkan Skyvan dengan nomor T-701 dinyatakan hilang di Perairan Biak, Papua. Sang penerbang Skyvan T-701 tak lain adalah suami pertama mantan Presiden RI Megawati Soekarnoputri, yakni perwira pertama Lettu (Penerbang) Surindro Supjarso.
Pencarian demi pencarian terus dilakukan, namun tak pernah membuahkan hasil dan membuat Megawati terpukul. Sebab, ketika itu, ia tengah mengandung anak kedua, yaitu Mohammad Prananda Prabowo, kakak dari Mohammad Rizki Pratama, putra pertama pasangan Megawati dan Surindro Supjarso.
Kecelakaan kedua terjadi pada 19 Desember 1972. Ketika itu, pesawat dengan nomor T-703 mengalami kecelakaan ringan.
Setelah dua kecelakaan tersebut, TNI AU masih terus mengoperasikan pesawat bermesin Garrett TPE331-201, mampu melesat di kecepatan 324 km per jam, jangkauan sejauh 1.117 km, dan ketinggian maksimum 6.858 meter itu sampai tahun 1985.
Baca juga: Pesawat Ilyushin Il-14 Avia, Sejarah TNI AU yang Nyaris Terlupakan! Pernah Jadi Pesawat Kepresidenan
Sepak terjang pesawat dengan wing span 19,79 meter, panjang 12,22 meter, dan tinggi 4,60 meter tersebut harus berakhir setelah Skadron Udara 4 batal memasukkan Short SC.7 Skyvan 3M-400 ke dalam barisan armada pada 5-8 April 1985, saat pindah home base dari Lanud Halim Perdanakusuma ke Lanud Abdul Rachman Saleh di Malang.
Menariknya, entah ketetulan atau tidak, setahun setelahnya, Short Brothers pun menghentikan produksi pesawat tersebut dengan total produksi mencapai 153 unit.