Wednesday, October 9, 2024
HomeHot NewsHari Ini, 88 tahun Lalu, Wolfgang von Gronau Keliling Dunia Selama 111...

Hari Ini, 88 tahun Lalu, Wolfgang von Gronau Keliling Dunia Selama 111 Hari Pakai Pesawat Amfibi

Pada hari ini, 88 tahun lalu, bertepatan dengan Rabu, 10 November 1932, Wolfgang von Gronau berhasil mendarat dengan selamat di Danau Constance atau Danau Konstanz, setelah 111 hari keliling dunia menggunakan pesawat amfibi Dornier Do J Wal “flying boat”. Pria kelahiran Berlin, Jerman ini menempuh jarak lebih dari 44.000 km, melewati sekitar 17 negara di dunia, termasuk Indonesia.

Baca juga: Hari Ini, 73 Tahun Lalu, Rhulin A. Thomas Jadi Pilot Tuna Rungu Pertama Terbang Solo Jarak Jauh

Sebelum membahas lebih jauh, sebetulnya masih terdapat perdebatan terkait waktu. Ada yang menyebut Wolfgang von Gronau mendarat setelah 111 hari keliling dunia pada 9 November 1932, satu hari lebih cepat dari info yang kebanyakan beredar saat ini. Terlepas dari itu, tentu semua sepakat bahwa Wolfgang von Gronau berhasil keliling dunia menggunakan pesawat amfibi.

Dilansir airandspace.si.edu, von Gronau memulai penerbangan keliling dunia pada 21 Juli 1932 dari List auf Sylt, kota paling utara di Jerman, berbatasan dengan Denmark, terbang ke arah barat melintasi Islandia, Greenland, Kanada, Kepulauan Aleut, Alaska, Kepulauan Kuril, Jepang, Cina, Filipina, Indonesia, Malaka, Myanmar, Ceylon (Sri Lanka), India, Iran, Irak, Siprus, Yunani, Italia, hingga akhirnya mendarat di Danau Constance.

Dalam penerbangan bersejarah itu, pesawat “Grönland Wal” atau Paus Greenland berangkat dengan memuat empat awak, termasuk Wolfgang von Gronau. Sayangnya, sedikit sekali informasi mendetail tentang bagaimana penerbangan tersebut berlangsung.

Di antara informasi yang ada, pesawat amfibi Dornier Do J Wal “flying boat” yang digunakan disebut pernah mengalami kebocoran cairan pendingin saat melintasi Samudera Hindia dan dipaksa mendarat darurat di atas air (ditching) karenanya. Beruntung, pesawat yang dilengkapi tiang radio tinggi dengan generator yang digerakkan angin untuk transmisi setelah mendarat ini berhasil diselamatkan oleh kapal uap Inggris sebelum diterjang oleh ganasnya ombak samudera.

Pesawat Dornier Do J Wal saat tengah diselamatkan usai mendarat darurat di Samudera Hindia. Foto: The U.S. Army Air Corps

Sebagai seorang putra jenderal kenamaan Jerman, Hans von Gronau, jiwa bertualang Wolfgang von Gronau memang sangat tinggi. Penerbangan keliling dunia bersama Paus Greenland merupakan puncak dari semangat tersebut.

Sebelumnya, pada tanggal 18 Agustus 1930, von Gronau coba melahap penerbangan trans-Atlantik dengan Dornier Wal, pesawat tua dengan nomor registrasi D-1422 yang pernah dipakai penjelajah kutub berkebangsaan Norwegia yang merupakan orang pertama yang mencapai kedua Kutub Utara dan Selatan, Roald Engelbregt Gravning Amundsen.

Sama dengan penerbangan keliling dunia, von Gronau juga melahap penerbangan tersebut dari Sylt, menuju Kepulauan Faroe, Islandia , Greenland dan Labrador, sebelum akhirnya mencapai New York City setelah menempuh 7.520 km dalam waktu 47 jam.

Meskipun berhasil melakukan aksi heroik dalam penerbangan tersebut, nyatanya, von Gronau tidak mendapat dukungan penuh dari pemerintah Jerman untuk melakukan hal lebih dari yang sudah dicapainya.

Kala itu, Jerman lebih memilih fokus terhadap DELAG, maskapai penerbangan pertama di dunia, untuk melakukan penerbagan reguler trans-atlantik. Sebab, proyek bersama DELAG dan Zeppelin dinilai lebih berpengaruh dan mampu membawa perubahan besar dibanding sekedar penerbangan trans-atlantik menggunakan pesawat amfibi bermuatan empat orang.

Baca juga: Hari Ini, 111 Tahun Lalu, DELAG Maskapai Pertama di Dunia Asal Jerman Resmi Berdiri

Meski demikian, von Gronau tetap mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Presiden Amerika Serikat yang ke-31, Herbert Clark Hoover, yang mengundangnya ke Gedung Putih untuk jamuan makan malam.

Sadar AS ingin mengambil talenta terbaiknya, pemerintah Jerman pun turun tangan. Von Gronau pun ditugaskan di Kedutaan Besar Jerman di Tokyo sebagai atase udara sesaat sebelum pecahnya Perang Dunia II. Ia hidup sebagai diplomat di Jepang sampai akhir perang, setelah mencapai pangkat Mayor jenderal ketika Third Reich atau Nazi Jerman dibubarkan.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru