Pemerintah Qatar sempat menutup ruang udaranya pasca serangan rudal balistikl Iran ke pangkalan udara Al Udeid (30 km barat daya Doha). Namun, saat ini wilayah udara telalh dibuka kembali, dan maskapai penerbanan utama negara tersebut, Qatar Airways telah kembali beroperasi.
“Saat ini, prioritas kami adalah membantu para penumpang untuk dapat pulang ke rumah atau melanjutkan perjalanan mereka dengan aman dan lancar,” tulis Qatar Airways dalam pernyataan resmi yang diterima, Selasa (24/6). Saat ini mereka terus bekerja sama intensif dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk segera memulihkan aktivitas operasional maskapai.
“Selain itu, kami juga telah menurunkan tambahan petugas layanan darat di Bandara Internasional Hamad dan sejumlah bandara utama lainnya untuk membantu para penumpang yang terdampak, meminimalkan gangguan, serta memberikan layanan dan perhatian terbaik kepada seluruh pelanggan,” jelasnya.
Meski begitu, jalur penerbangan Qatar Airways tetap terimbas akibat konflik yang terjadi antara Iran versus Israel/AS. Apa saja dampak tersebut? dan seberapa jauh pengaruhnya kepada penumpang?
Sejak eskalasi konflik antara Israel/AS dan Iran, sebagian besar maskapai, termasuk Qatar Airways, saat ini mengambil pendekatan menghindari ruang udara Iran sepenuhnya, mengikuti instruksi dari badan penerbangan dan hasil asesmen keselamatan. Badan penerbangan seperti EASA (European Union Aviation Safety Agency) dan FAA Amerika Serikat telah melarang penerbangan komersial memasuki FIR (Flight Information Region) Iran atau Irak karena situasi militer yang meningkat.
Qatar Airways saat ini menghindari sepenuhnya wilayah udara Iran, dan juga sebagian airspace Irak utara. Qatar Airways saat ini melalui rute alternatif (dengan memutar), yakni Arab Saudi → Mesir → Turki/Timur Laut Afrika untuk menuju Eropa/AS. Dan Arab Saudi → Mesir → Afrika Timur → Asia Tenggara/Australia untuk tujuan Asia/Oceania. Ini menyebabkan waktu tempuh bertambah sekitar satu jam atau lebih dibanding rute normal sebelum konflik.
Bertambahnya waktu tempuh satu jam dipastikan akan berdampak pada harga tiket. Studi menunjukkan kenaikan tarif tiket antara 10–25 % untuk rute panjang dari Gulf ke Eropa/Australia, terutama dari Doha, Dubai, Abu Dhabi. Tiket Doha–Eropa diperkirakan naik 10–15 %, sedangkan Doha–Australia bisa naik hingga 20 %. Maskapai kawasan, termasuk Qatar Airways, umumnya menyerap sebagian biaya tambahan, tetapi bagi penumpang tetap terjadi kenaikan harga (apron 10–20 %).
Dampak lain kepada penumpang waktu terbang bertambah 30–90 menit, tergantung rute. Umumnya maskapai besar memakai dynamic pricing, yakni biaya tambahan ini bisa diteruskan ke tiket jika biaya bahan bakar ekstrem atau permintaan tinggi.
Gandeng Qatar Airways, Louis Vuitton Buka Lounge Mewah di Bandara Internasional Hamad