Salah satu proyek kereta terbesar di Eropa, Elizabeth Line diharapkan dapat membantu mobilitas warga Inggris yang semakin mempercayai sarana transportasi berbasis massa untuk bepergian. Jalur yang membentang sejauh 100 km ini menghubungkan Reading dan Heathrow di sebelah barat dengan Shenfield dan Abbey Road di sebelah timur.
Baca Juga: Rencana Pengoperasian Kereta Jalur Elizabeth di Inggris, Semuanya Serba Baru Loh!
Menurut data yang diperoleh KabarPenumpang.com dari newelectronics.co.uk (27/6/2017), layanan di jalur ini akan mulai beroperasi pada bulan Desember 2018 mendatang dengan harapan dapat memboyong penumpang lebih dari 200 juta per tahunnya. Dalam pembangunannya, pihak kontraktor telah mengentaskan banyak tantangan, mulai dari pengeboran terowongan baru sejauh 42km, hingga pembangunan 10 stasiun baru.
Diantara semua tembok penghalang tersebut, yang paling kompleks adalah memecahkan masalah koneksi dari tiga sistem yang sangat berbeda. “Sistem pensinyalan tersebut harus dapat berfungsi secara optimal agar komunikasi dapat berjalan secara efektif dan ini merupakan masalah teknis yang paling menantang yang dihadapi oleh kami,” ungkap Chris Binns, chief engineer dalam proyek kereta ini.
Baca Juga: Bullet Train Siap Mengular di Ujung Barat Daya Inggris
Pengerjaan rel yang dinaungi oleh Crossrail Ltd. ini akan membawa penumpang berhenti di 40 stasiun dalam satu kali perjalanan, 30 diantaranya merupakan pembaruan dari stasiun yang sudah ada sebelumnya.
Sedangkan untuk masalah sarana yang akan digunakan oleh jalur ini, Negara yang dipimpin oleh seorang ratu ini mempercayai Bombardier dalam penyediaan keretanya. The Aventra, dinilai cocok untuk mengular di jalur ini. Gerbongnya pun sangat impresif, dapat dilihat dari jarak gangway yang lebar dan ukuran gerbong yang sedikit lebih panjang dari gerbong lainnya yang beroperasi di Inggris. Dengan adanya perbedaan dari ukuran gerbong serta jarak gangway, maka sedikit banyaknya akan berpengaruh terhadap mobilitas para penumpang di dalam kereta. Gerbong-gerbong tersebut juga memiliki desain walk-through interkoneksi.
Dengan panjang total sekitar 200 meter yang mencakup sembilan gerbong, The Aventra digalang-galang dapat mengangkut penumpang sekitar 1500 orang sekali perjalanan. Sementara itu, direktur proyek Elizabeth Line, Joe Bednall mengatakan jalur Elizabeth yang tengah mereka garap ini merupakan sesuatu yang langka mengingat keunikan dari jalur yang namanya diambil dari salah satu Ratu Inggris tersebut. “Jalur Elizabeth menggabungkan layanan darat tradisional dengan jaringan bawah tanah, sungguh unik,” tuturnya dilansir dari sumber yang sama.
Baca Juga: Setelah 175 Tahun, Ratu Inggris Kembali Menumpangi Kereta Api
Namun, nampaknya warga Inggris akan gigit jari mengingat keterlambatan pengoperasian layanan di jalur tersebut, sehubungan dengan banyaknya masalah yang dihadapi, terutama masalah sinyal. “Isu utamanya jelas mengenai masalah persinyalan dan kami perlu memastikan agar pengoperasiannya dapat berjalan dengan aman dan lancar. Kami harus memetakan setiap bagian dari sistem pensinyalan. Kami juga harus mengidentifikasi sistem fungsional,sebelum akhirnya disebarkan menuju sistem on-board,” terang Joe. Apakah masalah yang dihadapi dalam pembangunan jalur ini bisa disamakan dengan proyek kereta cepat Jakarta – Bandung yang masih berkutat dengan masalah pembebasan lahan?