Seiring berjalannya waktu, KA Bandara atau kereta yang terhubung langsung dengan bandara semakin banyak hadir di berbagai negara di dunia. Tetapi, tak banyak yang tahu, bahwa KA Bandara pertama di dunia lahir di Jerman, saat Bandara Tempelhof di Berlin terhubung dengan Berlin U-Bahn atau rapid transit system atau jaringan kereta bawah tanah Berlin pada tahun 1927.
Baca juga: Hindari Desak-desakan di KRL, Penumpang Pilih Naik KA Bandara Premium
Dilansir laman resminya, sistem kereta bawah tanah U-Bahn Berlin mulai dibuka pada tahun 1902. Ketika itu, di bawah pemerintahan Nazi Hitler, sistem kereta bawah tanah ini tak hanya hadir untuk melayani masyarakat, tetapi juga mendukung ekspansi Nazi di Eropa.
Itu sebabnya, di saat negara lain masih berpikir untuk sekedar menghadirkan jaringan kereta bawah tanah untuk melayani masyarakat di perkotaaan dan pinggiran, Nazi Jerman justru selangkah lebih maju, mempersiapkan U-Bahn untuk mendukung kekuatan perangnya dengan cara menghubungkan kereta ke bandara.
Meski ketika itu langkah tersebut tak benar-benar disebut sebagai kereta bandara atau KA Bandara, melainkan hanya sekedar kereta yang terkoneksi dengan bandara, tetapi, tak salah bukan bila kita menyebut ini sebagai kereta bandara atau KA Bandara pertama di dunia.
Kehadiran KA Bandara U-Bahn ini di Bandara Tempelhof Berlin bisa dibilang sangat krusial bagi Jerman. Ketika itu, di tahun 1927, tahun dimana bandara tersebut untuk pertama kalinya terhubung dengan kereta, Jerman memang sedang membangun ulang kekuatan setelah mengalami kekalahan di Perang Dunia I.
Terbukti, Bandara Tempelhof bukan hanya menjadi tempat lalu lintas pertukaran barang dan orang melalui angkutan kargo pesawat, melainkan juga berfungsi sebagai zona militer, lengkap dengan meriam anti serangan udara yang di tempat di atap hanggar, hanggar luas dan melingkar, serta berbagai fasilitas pendukung militer lainnya.
Bahkan, ketika Nazi Jerman mulai terdesak di penghujung Perang Dunia II pun, Bandara Tempelhof yang terkoneksi dengan KA Bandara pertama di dunia, diperebutkan dengan sengit oleh dua negara sekutu, Amerika Serikat dan Uni Soviet. Selain lokasinya yang dinilai krusial, fasilitasnya juga sangat mendukung, termasuk empat hanggar besar, area luas di tengah Jerman, dan lain sebagainya.
Usai jatuh ke tangan sekutu, Tempelhof merupakan tempat mendarat pasukan sekutu yang berusaha untuk membawa pasokan logistik pasa pasukan di garis depan.
Sedangkan bagi Uni Soviet, menduduki Tempelhof berarti mereka akan memukul mundur satu langkah pasukan sekutu dan warga Berlin dalam perang tersebut. Kalahnya Jerman dalam perang tersebut menandakan bahwa Tempelhof yang berhasil direbut oleh The Red Soldiers, sebutan untuk tentara Soviet.
Baca juga: Inilah 10 Kereta Bawah Tanah Paling Keren di Dunia!
Ada yang unik dari cerita perebutan bandara tersebut, dimana seorang pilot Amerika, Gail Halvorsen yang sering mendarat di Tempelhof diberi julukan oleh anak-anak Berlin yang selalu menunggu pasokan logistik yang dibawa oleh Gail. The Candy Bomber, merupakan julukan yang diberikan kepada Gail karena ia kerap kali melemparkan permen dan cokelat menggunakan parasut kecil berwarna putih.
Selain cerita mengenai Perang Dunia II yang menyelimuti tempat ini, Bandara Tempelhof juga pernah dijadikan tempat pengungsian lebih dari 3.000 migran yang tinggal di dalam empat hanggar pesawatnya. Bandara tersebut terpaksa dijadikan tempat penampungan darurat pengungsi pada akhir 2015 silam karena negara mulai kewalahan mengatasi ribuan pencari suaka yang terus berdatangan.