Seiring perkembangan teknologi, sempat tercetus di masa lalu bahwa kelak pesawat tak akan membutuhkan tirai untuk menghalau sinar matahari. Meski sempat diragukan, kini gagasan tersebut pun jadi kenyataan berkat teknologi kaca elektrokromik. Apa itu?
Baca juga: Wow, Kaca Film Sekarang Bisa untuk Jendela Pesawat
Disarikan dari Forbes dan USA Today, teknologi elektrokromik (electrochromic glass window) sendiri merupakan sebuah jendela yang mampu menghalau masuknya sinar (bisa dari matahari atau sumber cahaya lainnya) dengan membuat kaca menjadi redup. Hal itu (kaca redup) disebabkan oleh adanya arus listrik ke sebuah panel yang diapit atau berada di antara dua kaca.
Dalam prosesnya, cara kerja kaca elektrokronik dengan dibantu berbagai lapisan kaca lainnya, mulai dari lapisan luar hingga lapisan dalam. Lapisan terluar merupakan lapisan kacanya sendiri (bisa juga terbuat dari bahan plastik), yang berfungsi sebagai pelindung lapisan-lapisan di dalamnya.
Lapisan kedua yang tepat di bawah lapisan kaca tersebut merupakan lapisan oksida yang transparan (bening) dan bersifat konduktor. Lapisan ketiga ini merupakan lapisan bahan yang bersifat elektrokromik, umumnya yang digunakan adalah oksida tungsten (WO3).
Lapisan keempat merupakan bahan elektrolit (bahan konduktor ion), dan lapisan kelima merupakan lapisan yang merupakan tempat berkumpulnya ion-ion. Lapisan-lapisan ini kemudian ditutup lagi oleh lapisan oksida dan lapisan kaca yang sama dengan lapisan kedua dan pertama tadi sehingga bentuk susunan lapisan-lapisannya seperti roti isi (sandwich). Seluruh tujuh lapisan ini dapat melewatkan gelombang cahaya tampak (transparan) saat tidak diberi tegangan.
Adanya beda potensial yang rendah (adanya aliran elektron dari kutub negatif sumber tegangan menuju kutub positifnya) antara kedua lapisan oksida yang membungkus tiga lapisan dalam menyebabkan terjadinya transfer ion yang bermuatan positif atau anion (A+) menuju lapisan elektrokromik. Ion positif ini bisa merupakan anion hidrogen atau litium.
Anion didorong melalui lapisan elektrolit sehingga bisa sampai ke lapisan elektrokromik. Adanya anion di lapisan elektrokromik ini menyebabkan terjadinya perubahan karakteristik optis dan sifat termal bahan sehingga dapat menyerap gelombang cahaya tampak.
Panas matahari yang menyertai gelombang cahaya tampak juga diserap oleh bahan elektrokromik ini. Karena gelombang cahayanya diserap, kaca jendela menjadi terlihat gelap (opaque). Sewaktu aliran listrik dihentikan, anion yang ada di lapisan elektrokromik tadi terdorong lagi keluar melalui elektrolit dan kembali ke tempat penyimpan ion (tempatnya semula). Karena lapisan elektrokromik tidak lagi mengandung anion, karakteristik optisnya kembali ke semula sehingga kaca kembali menjadi transparan.
Meskipun sudah terlihat sempurna, beberapa perusahaan pengembang kaca elektrokromik (dimmable windows) dikabarkan masih terus melakukan pengembangan, terutama pada tingkat kemampuan kaca dalam menyaring lebih banyak cahaya hingga 10 kali lipat dan kemampuan meredupkan kaca dua atau bahkan empat kali lebih cepat dari yang ada saat ini.
Di dunia, bebeberapa pesawat sudah dilengkapi dengan kaca elektrokromik, seperti Boeing 787 Dreamliner, Boeing 777X, dan Airbus A350. Jadi, jika traveller sekalian suatu hari ikut dalam penerbangan internasional dan tak mendapati tirai di jendela, jangan dulu panik, cukup tekan tombol yang ada di sekitar jendela dan seketika kaca akan meredup.
Baca juga: Pernah Dengar Seberapa Tebal Kaca Pesawat? Simak Di Sini Jika Belum
Di beberapa pesawat, penumpang bisa memilih tingkat keredupan untuk mengakomodir penumpang yang tak ingin terlalu redup agar tetap bisa melihat pemandangan di luar namun juga intensitas cahaya yang masuk tak terlalu besar.
Sebetulnya, teknologi kaca elektrokromik sudah diaplikasikan di banyak tempat, termasuk toilet di Jepang. Toilet yang berada di pinggir pedesterian tersebut bahkan menjadi perbincangan warganet di dunia karena transparan; tentu sebelum teknologi elektrokromik bekerja.