Untuk Anda yang sudah pernah menonton film Interstellar, mungkin Anda sedikit tidak percaya dengan lokasi syuting dari film sci-fi keluaran Warner bros. ini terletak di dataran Islandia. Anda ingat adegan ketika kapal yang ditumpangi Brand cs terdampar di sebuah perairan yang luas sebelum akhirnya tersapu oleh ombak raksasa? Adegan tersebut bukanlah murni hasil editan profesional atau pengambilan gambar dengan latar green screen, tetapi latar pengambilan adegan tersebut benar-benar ada, dan kami hendak mengunjungi destinasi spektakuler tersebut.
Baca juga: Islandia (1) – Menjejakkan Kaki di Negeri Surga Aurora
Svínafellsjökull, merupakan tempat tujuan wisata kami selanjutnya setelah puas menikmati pancaran cahaya Aurora yang melegenda di Siglufjörður. Perjalanan kami mulai pada pagi hari dengan melewati rute sebelah barat Islandia, karena pada perjalanan dari Reykjavik menuju Siglufjörður kemarin kami menyusuri bagian timur dari Islandia. Perjalanan menuju Svínafellsjökull hari ini sekaligus menjadi rangkaian akhir perjalanan kami di Islandia.
Baca juga: Islandia (2) – Finally! Perjumpaan Langsung dengan Sang Aurora
Dalam perjalanan menuju Svínafellsjökull, pemandangan yang tersaji bukan hanya padang savanna layaknya pada perjalanan dari Reykjavik menuju Siglufjörður, tapi lebih dominan birunya lautan di pesisir Barat Islandia, ditambah barisan gunung berapi menyerupai benteng kokoh. Svínafellsjökull merupakan sebuah tempat yang terkenal dengan wisata gletsernya. Lokasinya yang dipenuhi oleh bongkahan es membuat tempat ini tidak berpenghuni. Selain itu, alasan lain Svínafellsjökull tidak berpenghuni adalah musim dingin yang selalu melanda sepanjang tahun di tempat menakjubkan ini.
Perjalanan di Islandia tak selalu mulus, dalam rute menuju Svínafellsjökull kami sempat terhenti sejenak karena ban di mobil yang kami naiki mengalami bocor. Tidak seperti di Indonesia, penjual jasa tambal ban rasanya sulit dicari di Islandia, ditambah jalur jalan raya yang cenderung sepi sepanjang hari. Setelah kami upayakan mengganti ban yang bocor dengan ban cadangan, langkah selanjutnya mengecek bengkel terdekat dari lokasi, caranya cukup memanfaatkan aplikasi Google Maps di smartphone, dan memang akhirnya kami diarahkan ke bengkel terdekat yang lokasinya harus diakui cukup jauh.
Dalam perjalanan menuju bengkel yang terletak di kota Vik, mata kami seakan tertarik oleh salah satu danau yang ternyata menjadi tempat yang cukup sering digunakan oleh beberapa rumah produksi untuk dijadikan latar adegan film mereka. Jökulsárlón, sebuah danau yang berada di sebelah tenggara Islandia ini memiliki jalur tembus menuju Laut Norwegia. Kehadiran gletser di danau glacial ini merupakan daya tarik yang seolah memanggil para pelancong untuk menikmati keindahannya. Danau yang terletak di tepi Vatnajökull National Park ini dapat terlihat dari rute perjalanan antara Hofn dan Skfataffel.
Sejenak kami memutuskan untuk mengabadikan beberapa gambar dan menikmati pemandangan di sini. Setelah kami mencari tahu, ternyata danau glacial ini juga kerap kali dijadikan lokasi syuting dari beberapa film Hollywood, seperti James Bond: A View to Kill, James Bond: Die Another Day, serta Lara Croft: Tomb Raider. Setelah dirasa cukup, kami melanjutkan perjalanan kembali menuju bengkel di kota Vik.
Setibanya di Vik, kami segera mencari bengkel yang dimaksud oleh Google Maps dan langsung menambal ban yang bocor tersebut. Harga yang dibanderol oleh pihak bengkel jelas tidak murah, bagaimana tidak biaya yang harus kami bayar untuk menambal 1 buah ban berkisar antara Rp200.000, sangat mahal. Namun, harga tersebut tidak terlalu kami pikirkan karena masih ada satu tujuan terakhir sebelum kami pulang menuju London, yaitu Svínafellsjökull.
Sepanjang perjalanan menuju Svínafellsjökull, otak kami berempat seolah terdoktrin oleh adegan awal di film Batman Begins dimana Bruce Wayne (Christopher Bale) ditantang untuk melakukan latihan bela diri oleh musuhnya, Ra’s Al Ghul (Liam Neeson). Ternyata perjalanan terasa begitu cepat karena suguhan pemandangan indah sepanjang perjalanan. Benar saja, sesampainya di sana, mata kami seakan langsung memvisualkan adegan demi adegan yang ada di film Interstellar.
Seperti penjelasan yang sudah disebutkan di atas, suhu di sini mengharuskan kita untuk mengenakan pakaian ekstra tebal, terutama sepatu khusus. Sepatu beralaskan paku akan disewakan di tempat ini, bertujuan agar pengunjung tidak terpeleset akibat licinnya permukaan es di Svínafellsjökull. Tour guide pribadi kami juga tidak lupa menunjukkan lokasi yang menjadi latar belakang film-film box office tersebut.
Di Svínafellsjökull, ada satu fakta unik yang identik dengan gletser ini. Ada cerita tentang seorang petani yang kehilangan dombanya karena tenggelam di es. Namun beberapa tahun kemudian, domba itu muncul kembali dari bongkahan es dalam bentuk ‘makanan beku’. Tidak ada yang mengetahui pasti tentang kebenaran cerita ini, namun kebanyakan orang menganggapnya hanya sebagai lelucon belaka.
Suhu udara yang bisa dibilang ekstrim membuat kami tidak kuat berlama-lama berada di sini. Akhirnya setelah kami rasa cukup berkeliling di Svínafellsjökull, kami memutuskan untuk kembali menuju Reykjavik sebelum terbang menuju London. Tidak lupa kami mengisi kembali bensin mobil yang kami sewa pada hari pertama, dan mengemasi sisa barang kami yang berada di camp site. Dengan menginjakkan kaki kembali di Bandara Keflavik, maka berakhir pula perjalanan panjang kami berempat mengitari pulau Islandia, pulau dengan sejuta keindahan alamnya. (Rheza Ariftha Gentha – Mahasiswa Pasca Sarjana di University of Birmingham)