Protes berbulan-bulan yang dilayangkan oleh demonstran di Hong Kong telah merugikan banyak pihak. Ketegangan yang terjadi akibat rencana pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Ekstradisi ini sampai-sampai berimbas pada aktivitas yang ada di bandara dan sejumlah maskapai yang memiliki rute penerbangan menuju Hong Kong. Tentu saja ini menarik untuk dibahas, dimana para demonstran bergerak menuju bandara, padahal yang mereka protes adalah RUU Ekstradisi. Apakah korelasinya?
Baca Juga: Dampak Kerusuhan RUU Ekstradisi, Bandara Hong Kong Batalkan Lebih dari 200 Penerbangan
Sebelum melangkah lebih jauh, patut diinformasikan kembali bahwasanya Hong Kong merupakan bagian dari Cina daratan yang memegang erat prinsip “Satu Negara, Dua Sistem”. Di bawah perjanjian ini, Cina mengakui kemampuan Hong Kong untuk mengelola pemerintahannya sendiri, sistem hukum, ekonomi dan keuangan, sementara kedua belah pihak sepakat bahwa Hong Kong tetaplah bagian dari Cina.
Protes ini sendiri dimulai dengan hadirnya usulan pemerintah Hong Kong yang didukung Beijing tentang undang-undang ekstradisi yang akan memungkinkan deportasi orang-orang dari Hong Kong – baik penduduk maupun orang asing – ke yurisdiksi di seluruh dunia di mana wilayah tersebut belum memiliki perjanjian formal apa pun, termasuk Cina.
Ketakutan utama dari para demonstran ini adalah bahwa Beijing dapat menggunakan undang-undang tersebut untuk menangkap orang-orang di Hong Kong dan kemudian memindahkan mereka ke Cina daratan, di mana mereka akan dikenakan sistem hukum yang jauh dari kewajaran.
Nah, lalu mengapa demonstran ini menyasar bandara sebagai salah satu titik mereka menggaungkan suaranya? Jawabannya adalah untuk menarik perhatian dunia. Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman cbsnews.com (15/8), pada tahun 2018 lalu, Hong Kong International Airport menyabet predikat sebagai bandara tersibuk ketiga di Asia, dan bandara tersibuk ke-8 di dunia berdasarkan jumlah penumpang.
Dalam upayanya untuk memperlambat koneksi satu-satunya Hong Kong ke dunia yang tidak melibatkan perjalanan melalui Cina daratan, pengunjuk rasa berharap dunia akan melirik aksi yang melibatkan lebih dari dua juta orang ini.
Ternyata aksi pengunjuk rasa ini dilirik dunia, sampai-sampai otoritas bandara harus membatalkan ratusan penerbangan mrereka selama tanggal 12 dan 13 Agustus kemarin. Namun perhatian dunia ini tertuju pada aksi perusakan yang dilakukan oleh sejumlah oknum demonstran penyekapan dua warga Cina daratan yang dianggap sebagai aksi spionase yang dilakukan oleh Beijing.
Jadi, sekarang sudah jelas kan mengapa para demonstran ini menyasar bandara sebagai tempat untuk menyuarakan aksinya?