Sebagai moda transportasi paling aman di dunia, pesawat diuji sedemikian rupa, salah satunya terbang dengan satu dari dua mesin yang ada. Kebijakan ini dinamakan Extended-range Twin-engine Operational Performance Standards atau ETOPS. Sesuai namanya, ini hanya untuk pesawat bermesin ganda. Lantas, kenapa ETOPS tidak berlaku untuk pesawat bermesin empat (quadjet)?
Baca juga: ETOPS – Sertifikasi Darurat Pesawat Twin Engine Agar Layak Mengudara dengan Satu Mesin
ETOPS yang direkomendasikan oleh Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), saat itu mengatur bahwa pesawat twinjet hanya diizinkan terbang separuh dari kemampuannya. Itu berarti, sekalipun memiliki dua mesin, ketika beroperasi pesawat hanya dihitung sebagai satu mesin.
Hal ini dilakukan agar ketika pesawat mengalami kegagalan mesin di salah satunya, pesawat tetap bisa terbang untuk melakukan pendaratan darurat dengan mesin lainnya. Rekomendasi itu kemudian disadur oleh regulator dunia, tak terkecuali regulator penerbangan sipil AS (FAA) dengan sebutan “60-minute rule”.
Dengan aturan tersebut, praktis, pergerakan pesawat-pesawat twin-jet sangat terbatas. Tak lebih dari rute domestik dengan jangkauan berkisar 60 menit perjalanan. Di saat itulah era trijet atau pesawat dengan tiga mesin dimulai. Saat itu, pesawat McDonnell Douglas DC-10 dan Lockheed L-1011 Tristar yang notabene memiliki tiga mesin menjadi primadona maskapai untuk mengantarkan penumpang ke belahan bumi lain atau jarak jauh.
Alasannya simpel, dilarang untuk menggunakan pesawat bermesin ganda untuk jarak jauh tetapi terlalu mahal ongkos operasional bila menerbangkan pesawat dengan empat mesin pada rute jarak jauh. Jadi, pilihan memang hanya jatuh pada pesawat trijet.
Perlahan tapi pasti, seiring perkembangan teknologi, ICAO mulai meningkatkan ambang batas ETOPS pada pesawat bermesin ganda menjadi 120 menit mulai tahun 1980-an hingga 180 menit di akhir dekade tersebut.
Hal itupun pada akhirnya mendorong pengembangan pesawat twinjet jarak jauh untuk mendapatkan efisiensi lebih dari yang ditawarkan tri-jet, baik efisiensi dalam segi operasional maupun perawatan dan produksi yang pada akhirnya dapat mempengaruhi harga.
Catatan pilot Trent Hopkinson, setelah ETOPS 180 menit, ICAO mengizinkan ETOPS 207 menit, memungkinkan pesawat twinjet maskapai AS terbang langsung dari AS ke Jepang melintasi Samudera Pasifik.
Pada tahun 2009, Airbus A330 menjadi pesawat pertama yang mendapat sertifikat ETOPS 240 menit. Lima tahun kemudian, Airbus A350 XWB mendapat sertifikat ETOPS 370 menit. Setahun berikutnya, syarat ETOPS 370 menit juga mengharuskan pesawat empat mesin, ketika itu Boeing 747-8, untuk melewati sertifikasi. Bersamaan dengan ini, nama ETOPS pun diubah menjadi EDTO atau “Extended Diversion Time Operations”.
Baca juga: Airbus A380 Terbang dengan Dua Mesin Lebih Boros Dibanding Terbang dengan Empat Mesin, Kok Bisa?
Ide ETOPS 370 menit untuk pesawat dengan empat mesin datang setelah menimbang kondisi darurat yang bisa saja dialami pesawat dengan empat mesin, semisal kehilangan dua mesin akibat satu dan lain hal. Tak berhenti sampai di situ, pesawat enam mesin seperti Antonov An-225 Mriya sekalipun juga harus melewati sertifikasi ETOPS.
Menjawab pertanyaan di awal, kenapa ETOPS tidak berlaku untuk pesawat empat mesin, itu karena di awal-awal kebijakan ETOPS diluncurkan ICAO empat mesin yang ada dianggap sangat aman. Pada perkembangannya, pesawat lebih dari dua mesin pun juga harus melewati sertifikasi ETOPS untuk memastikan pesawat lolos sertifikasi keadaan darurat.