Monday, April 29, 2024
HomeHot NewsLab Terbang Canggih NASA Berbasis Pesawat DC-8 Pensiun, Digantikan Boeing 777

Lab Terbang Canggih NASA Berbasis Pesawat DC-8 Pensiun, Digantikan Boeing 777

Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional (NASA) mengkonfirmasi pensiunnya laboratorium terbang mereka berbasis Douglas DC-8 pensiun. Pesawat tersebut dianggap sudah cukup tua sekalipun terawat, dan akan digantikan dengan Boeing 777 bekas Japan Airlines yang usianya jauh lebih muda sekitar 20 tahun.

Baca juga: Tua-tua Keladi, Setelah 63 Tahun DC-8 Justru Diandalkan NASA Jadi Lab Terbang Canggih

DC-8-72 yang digunakan NASA saat ini mendekati usia 54 tahun. Pesawat itu merupakan produksi tahun 1969 atau tiga tahun lebih dulu lahir sebelum produksi pesawat itu dihentikan.

Pesawat itu mulanya dioperasikan oleh maskapai legendaris asal Italia yang sudah bangkrut, Alitalia. Maskapai asal Amerika Serikat (AS), Braniff, kemudian mengoperasikan pesawat ini dari tahun 1979 hingga 1986.

Setelahnya, NASA mengambil pesawat ini dan registrasinya berubah menjadi N817NA. Oleh NASA, pesawat tersebut digunakan untuk berbagai eksperimen atas nama komunitas ilmiah dunia, dengan biaya operasi para ilmuwan sekitar US$6.500 per jam.

Berbasis di Gedung NASA 703 Armstrong di Palmdale, California, AS, laboratorium terbang canggih ini mengumpulkan data untuk eksperimen dalam mendukung proyek-proyek ilmiah yang melayani komunitas ilmiah dunia, seperti lembaga federal, negara bagian, akademisi dan komunitas ilmiah dari seluruh penjuru dunia.

Secara empiris, ada tiga alasan mengapa NASA memilih pesawat pesaing Boeing 707 ini, tak lain dan tak bukan untuk menjalankan tiga misi utama, yaitu pengembangan sensor, verifikasi sensor satelit, dan studi penelitian dasar tentang permukaan dan atmosfer Bumi.

Data yang dikumpulkan oleh pesawat, yang dioperasikan bersama oleh NCAR-NASA Deep Convective Clouds and Chemistry stud Program Sains Lintas Udara NASA dan Pusat Pendidikan dan Penelitian Suborbital Nasional (NSERC) di University of North Dakota ini, dengan penginderaan jauh telah digunakan untuk studi ilmiah lintas disiplin ilmu, seperti arkeologi, ekologi, geografi, hidrologi, meteorologi, oseanografi, vulkanologi, kimia atmosfer, ilmu kebumian, dan biologi.

DC-8 diketahui memiliki kemampuan dasar yang cukup mumpuni untuk dijadikan pesawat penelitian atau laboratorium terbang canggih. Disebutkan, pesawat ini memiliki jangkauan terbang sejauh 5.400 mil laut dan dapat terbang di ketinggian mulai dari 1.000 hingga 42.000 kaki selama 12 jam, meskipun sebagian besar misi sains rata-rata enam hingga 10 jam.

Lebih dari itu, DC-8 juga disebut mampu membawa 30.000 pon instrumen dan peralatan ilmiah, sesuatu yang sangat krusial tentunya karena menyangkut keberhasilan penelitian laboratorium terbang.

Sekalipun masih dianggap mumpuni karena terawat dengan baik oleh NASA, lab terbang DC-8 tetap dianggap sudah mencapai batasnya dan digantikan dengan Triple Seven berusia 20 tahun.

Baca juga: Hari ini Boeing 747SP SOFIA Resmi Akhiri Masa Tugasnya, Pesawat yang Berjasa dalam Pengamatan Antariksa

Oleh NASA, pesawat bekas Japan Airlines itu diregistrasi ulang menjadi N774LG dan dipindahkan dari Victorville ke Hampton, Virginia, tempat Pangkalan Angkatan Udara Langley. Di sana, pesawat telah mengalami modifikasi di NASA Langley Research Center.

Menurut Scramble, Dutch Aviation Society, anggaran NASA memboyong Boeing 777 yang selama dua tahun mangkrak di kuburan pesawat di AS itu dengan biaya di bawah US$30 juta. Uang sebesar itu kemungkinan mencakup biaya modifikasi berat jet yang diperlukan untuk mengubahnya menjadi laboratorium penelitian terbang yang layak menggantikan DC-8 yang ikonik.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru