Pelecehan seksual yang dihadapi wanita di Nairobi, ibu kota Kenya dari pengemudi pria ride hailing kian mengkhawatirkan. Bahkan Sarah Maranga yang merupakan seorang penumpang dan juga anggota dari asosiasi bantuan hukum di Kenya mengatakan, pernah berulang kali ditelpon dan dikirimi pesan oleh pengemudi pria.
Baca juga: Wanita Bertubuh Tambun Dilecehkan Pengemudi Taksi, Disebut Tak Muat Duduk di Kursi
Atas dasar kasus di atas, muncul gagasan untuk menghadirkan layanan ride hailing khusus wanita, termasuk dengan pengemudi wanita. Layanan ride hailing tersebut adalah Bolt. Sayangnya kabar yang beredar, tarif ride hailing Bolt terkadang lebih mahal atau sama. Kesenjangan tarif itu cukup mencolok bagi warga Nairobi yang mengeluh tentang tarif yang berbeda dari biasanya.
“Kami punya kebutuhan untuk merasa lebih aman. Sepertinya kita dihukum karena mengeluh,” kata Maranga yang dikutip KabarPenumpang.com dari washingtonpost.com (12/9/2021).
Bolt sendiri bukan brand asli Kenya, melainkan Bolt merupakan layanan ride hailing yang berbasis di negara Baltik, Estonia. Dalam sebuah pernyataan, pihak Bolt mengatakan mereka mencoba untuk mencocokkan harga tumpangan khusus wanita dengan tumpangan standar, meskipun diakui bahwa biaya sebenarnya bervariasi sesuai dengan permintaan dan pengemudi. Selain itu juga ketersediaan pengemudi Bolt khusus wanita kurang dari lima persen.
Selama ini ride hailing yang khusus melayani wanita telah ada dalam beberapa tahun belakangan, termasuk di Brasil, Australia, dan Amerika Serikat. Little, layanan taksi elektronik di Kenya, memulai layanan khusus wanita disebut “Lady Bug” pada 2016. Manajer regional perusahaan Afrika Timur Kenneth Micah mengatakan, Bolt telah meluncurkan versinya di Afrika sejak diluncurkan di Afrika Selatan tahun lalu.
Malaika Cheyne, seorang siswa berusia 20 tahun di Nairobi, sangat kesal dengan perbedaan biaya sehingga dia memutuskan untuk membatalkan akun Bolt-nya, menggambarkan perbedaan itu sebagai “pajak merah muda yang terbaik.”
“Mengapa kita harus membayar ekstra agar kita tidak diserang atau dilecehkan atau apa,” kata Cheyne.
Baca juga: Demi Hidupi Keluarga, Wanita ini Jadi yang Pertama Kemudikan Bajaj di Somalia
Wanita yang menanggung akibat perilaku buruk pria dalam beberapa hal merupakan fenomena universal. Dia menagatakan, tapi itu memiliki resonansi khusus di Kenya, karena wanita Kenya sering merasa bahwa pria mengabaikan atau meremehkan masalah yang dihadapi wanita.