Wednesday, December 4, 2024
HomeHot NewsMengapa Benua Eropa dan Afrika Tidak Terhubung Jembatan atau Kereta Bawah Laut?

Mengapa Benua Eropa dan Afrika Tidak Terhubung Jembatan atau Kereta Bawah Laut?

Seiring perkembangan teknologi di bidang sipil dan engineering, daratan yang terpisahkan oleh perairan di beberapa tempat bisa terhubung dengan jembatan atau terowongan bawah laut (kereta bawah laut).

Baca juga: Hubungkan Cina, Rusia, Kanada dan AS, Bagaimana Nasib Proyek Terowongan Kereta Bawah Laut Sepanjang 200 Km?

Turki Eropa dan Asia yang terpisah oleh Selat Bosphorus, misalnya, terhubung oleh Jembatan Martir atau Jembatan Bosphorus. Inggris dan Perancis, yang terpisah oleh Selat Inggris, pada tahun 1994 terhubung dengan terowongan bawah laut yang bisa dilintasi kereta cepat bawah laut. Ada juga di Jepang dimana Pulau Hokkaido dan Pulau Honshu terhubung oleh kereta cepat Shinkansen di bawah laut.

Akan tetapi, mengapa benua Eropa dan benua Afrika tidak terhubung jembatan atau kereta bawah seperti contoh di atas? Padahal selat yang memisahkan kedua benua itu hanya selebar 14 kilometer.

Menurut pengguna Quora, William Alexander, adanya jembatan atau terowongan bawah laut, sebagaimana disebutkan di atas, tidak bisa disamakan dengan benua Afrika dan Eropa. Sebab, masing-masing memiliki tantangan tersendiri dan salah satu tantangan terbesar di perairan Selat Gibraltar adalah kedalamannya yang mencapai 900 meter di area sekitar 500 meter.

Karenanya, untuk membangun sebuah konstruksi kokoh yang melampaui kedalaman tersebut, tentu membutuhkan tidak sedikit biaya. Andai pun dana bisa dicari dan dihadirkan untuk membangun proyek raksasa untuk menghubungkan benua Afrika dan Eropa, itu tak berarti menjawab persolan. Itu baru satu soal.

Soal lainnya, belum tentu, termasuk terkait teknologi. Sebab, para ahli juga belum pernah membangun konstruksi mencapai kedalaman 900 meter.

Tak berhenti sampai di situ, kencangnya arus di Selat Gibraltar pun menjadi faktor yang mempersulit untuk membangun jembatan antara Benua Eropa dan Afrika. Seperti yang sudah disinggung, letak Selat Gibraltar berada di laut lepas Samudra Atlantik. Kondisi laut lepas dengan arus yang sangat kencang ke berbagai arah membuatnya semakin susah untuk membangun konstruksi yang stabil.

Kemungkinan besar jembatan antara Benua Eropa dan Afrika mustahil diwujudkan, para ahli tak menyerah begitu saja. Mereka berencana membangun terowongan bawah laut. Tetapi lagi-lagi hal ini susah karena dasar Selat Gibraltar bermaterial batu yang sangat keras sehingga sulit untuk digali.

Lebih dari tantangan ketiga itu, terlalu dalam, arus bawah laut yang terlalu kuat, dan mahalnya biaya konstruksi untuk membuat jembatan ataupun terowongan bawah laut, antara Eropa dan Afrika bak bumi dan langit, jauh berbeda.

Baca juga: Miliki Konstruksi Baja Jepang, Jembatan Ini Masih Bertahan Sejak Tahun 1880

Orang-orang dari Afrika tentu saja tertarik ingin menyerbu Eropa. Namun, bagaimana dengan Eropa? Tentu persentase ketertarikannya untuk melintas ke Afrika cenderung kecil, kendati Afrika utara, seperti Maroko dan Aljazair, semakin menarik dikunjungi.

Meski begitu, terkait tantangan engineering mungkin seiring waktu bisa dicarikan solusinya. Namun, terkait politik kepentingan adanya jembatan atau terowongan bawah laut antara Afrika dan Eropa, ini yang mungkin akan stagnan sampai waktu yang lama karena satu dan lain hal.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru