Penumpang dengan kendaraan roda dua (sepeda motor) sudah jamak menggunakan jasa pelayaran, baik itu dengan kapal ferry maupun kapal pelayaran nusantara. Namun, ada yang unik terlihat di Terminal Pura Nusantara Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Di terminal penumpang yang dilola PT Pelindo Regional 2 Tanjung Priok tersebut, kebanyakan penumpang (pemotor) yang akan naik ke kapal, rata-rata terus mengenakan helm, meski pemotor sudah berpisah dari tunggangannya.
Dari pantauan KabarPenumpang.com saat musim mudik Lebaran lalu, kebanyakan penumpang (pemotor) terus mengenakan helm, mulai dari gerbang pemeriksaan keamanan, sampai konter check in tiket, umumnya penumpang tidak menenteng helm dalam genggaman tangan.
Menenteng dan membawa masuk helm ke dalam ruangan sudah sering kita lihat dalam keseharian, kebanyakan dilakukan karena tak mau kehilangan helm saat di parkiran. Tapi apa yang terjadi di Pelabuhan Pura Nusantara adalah hal yang berbeda.
Jenis helm yang dibawa/dikenakan para penumpang kapal Pelni, sebagian adalah helm standar, yang notabene sebenarnya si empunya helm tak perlu khawatir helm-nya hilang saat ditaruh di parkiran sekalipun. Lantas apa alasan penumpang (pemotor) mengenakan helm sedari di ruang terminal, apakah mereka takut kehilangan helm?
Dari penelurusan kami, diketahui ternyata alasan mereka terus mengenakan helm, yaitu karena keterbatasan kapasiatas bawaan pada tangan. Seperti diketahui, para penumpang (pemotor) masuk ke ruang terminal dengan tangan kanan dan kiri sudah penuh dengan barang bawaan (oleh-oleh), tak lupa mereka juga kebanyakan menggendong ransel. Karena tidak bisa membawa helm di tangan, maka mau tak mau, mereka terpaksa mengenakan helm saat wara-wiri di ruang terminal, meski tentu itu tidak nyaman.
Baca juga: ASDP – Sepeda Motor dan Mobil Pribadi Dominasi Puncak Arus Mudik dari Bali ke Jawa
Karena keterbatasan ruang di dalam kapal, saat memarkir motor, helm tidak bisa dicantolkan di motor. Alhasil helm harus mereka bawa naik kapal dengan cara dikenakan langsung. Helm tentu tak bisa ditinggalkan, mengingat sampai pelahuhan tujuan, mereka harus mengenakan helm sampai tiba di kampung halaman. Bila nekad tanpa helm, maka sanksi tilang di kota tujuan siap menghadang.