Kereta Rel Listrik (KRL) atau yang akrab disapa Commuter Line merupakan salah satu sarana transportasi yang amat membantu mobilitas orang-orang yang tinggal di pinggiran Jakarta untuk bepergian ke daerah pusat kota. Menurut pantauan Kabarpenumpang.com, KRL bisa dibilang amat penuh pada jam-jam tertentu, seperti jam berangkat kerja dan pulang kerja. Secara tidak langsung, ini membuktikan bahwa masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran Jakarta merasa terbantu dengan adanya KRL. Tidak hanya daerah pinggiran, jalur KRL di desain sedemikian rupa agar dapat menjangkau daerah-daerah yang menjadi langganan macet pada rush hour. Ini pula yang menjadi alasan kenapa KRL selalu penuh di jam-jam tersebut.
Baca juga: Kenali Jenis Kereta Crane yang Bantu Evakuasi KRL Anjlok di Cilebut
Sejatinya commuter line terbagi menjadi dua jenis , yaitu KRL dan KRDI (Kereta Rel Diesel Indonesia). Sesuai dengan namanya, KRL bergerak dengan menggunakan sistem propulsi motor listrik, sedangkan KRDI bergerak menggunakan mesin diesel. Baik KRL maupun KRDI sama-sama tidak menggunakan lokomotif sebagai penggeraknya, jadi Anda tidak akan melihat “kepala kereta” sebagai penariknya., tidak seperti kereta antar daerah pada umumnya.
Merujuk ke sejarahnya, PT KAI mendatangkan KRL langsung dari Jepang, dengan rata-rata produksi kereta tahun 1976-2001. Walaupun dibeli dalam kondisi bekas pakai, namun KRL tersebut masih layak pakai, bahkan beberapa dari KRL tersebut merupakan hadiah atau hibah dari pemerintahan Jepang. Ternyata, baik KRL maupun KRDI sendiri tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Berikut adalah beberapa KRL dan KRDI yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia tersebut.
- Prameks (Prambanan Ekspress)
Prameks adalah salah satu KRDI yang masuk ke dalam Daop VI (Daerah Operasi VI) Yogyakarta. Kereta KRD pertama di Indonesia ini menghubungkan beberapa spot penting di DIY dan sekitarnya, seperti Solo Balapan (SLO), Purwosari (PWS), Maguwo (MGW), Lempuyangan (LPN), dan Tugu Yogyakarta (YK). Harga tiket dari Prameks sendiri cukup ekonomis dan flat, yaitu Rp. 8.000,- saja.
Layaknya KRL atau KRDI lainnya, Prameks memiliki pintu di tengah-tengah gerbong untuk memudahkan penumpang turun dan naik. Kereta Prameks Solo – Yogyakarta ini pertama kali diluncurkan pada 1960-an dan “Si Kuda Putih” terpaksa berhenti pada akhir 1970-an. Pada 20 Mei 1994, kereta Prameks Solo – Yogya kembali beroperasi, namun menggunakan lokomotif sebagai penariknya, dan pada tahun 2006, KRDE (Kereta Rel Diesel Elektrik) rute Solo – Yogyakarta beroperasi hingga kini.
- KRD Jenggala
KRD perintis milik Kementerian Perhubungan Indonesia ini dioperasikan oleh PT KAI untuk melayani perjalanan dari Mojokerto – Tulangan – Sidoarjo PP. KRD Jenggala ini juga melayani rute perjalanan Sidoarjo – Tarik setelah sebelumnya, jalur ini sempat di non-aktifkan. Jalur ini kembali di buka kembali dengan tujuan untuk memudahkan akses penumpang dari Mojokerto dan Sidoarjo tanpa melewati Surabaya. Dengan erogoh kocek sebesar Rp4.000,- saja, anda dapat melakukan perjalanan dari Mojokerto hingga Sidoarjo, cukup murah bukan?
- Kereta Api Seminung
Kereta pengganti KRD Ruwa Jurai yang berstatus afkif ini melayani rute Stasiun Tanjungkarang – Stasiun Kota Bumi. Kereta yang masuk ke Divisi Regional III (Divre III) Sumatera Selatan dan Jambi ini beroperasi hanya dia kali dalam sehari PP. KRD Seminung berhenti atau transit hampir di seluruh stasiun yang dilaluinya.
- Kereta Api Delta Ekspres
Komuter primadona masyarakat Sidoarjo dan sekitarnya ini mulai beroperasi pada tahun 2004. Anda diwajibkan membayar Rp5.000 untuk jarak jauh dan dekat. Kereta ini lebih dikenal dengan Komuter SuSi, yang merupakan singkatan dari rute KRD ini, yaitu Surabaya – Sidoarjo.
- Kereta Api Kedung Sepur
Baca juga: Arsitektur Neo Indishce Membuat Stasiun Pasar Senen Tak Lekang Oleh Waktu
Kereta Api Kedung Sepur merupakan satu-satunya komuter eksekutif yang dioperasikan oleh Daop IV Semarang. Kereta ini awalnya melayani rute perjalanan dari Gubug – Semarang –Weleri. Namun, karena okupansi penumpang yang minim, akhirnya pada 1 Februari 2015, kereta ini melayani rute perjalanan dari Semarang Poncol – Ngrombo. Kereta api ini berhenti atau transit di stasiun Sedadi, Karang Jati, Gubug, Brumbung, dan Alas Tua.
6. Kereta Api Madiun Jaya
“Ular besi” milik Kementerian Perhubungan Indonesia berjenis KRDI ini melayani rute perjalanan Madiun – Tugu Jogjakarta. Ada yang unik dari pemberian nama komuter ini, yaitu pengambilan nama tujuan akhir dari rute ini, MADIUN dan JogJAkarta raYA. oleh karena itu diberi nama Madiun Jaya. Kereta ini merupakan bentuk pembaruan dari rute sebelumnya, yaitu Solo Balapan – Madiun sampai Kertosono. Kereta yang hanya beroperasi sehari sekali ini, berhenti di setiap stasiun yang dilaluinya, seperti stasiun Solo Balapan, Purwosari, Klaten, Lempuyangan dan lainnya. Harga dengan rute terjauh yang ditawarkan untuk kereta api ini adalah Rp. 50.000 sekali jalan