Netizen pecinta dunia dirgantara tentu mengetahui nama besar pesawat angkut wide body Douglas DC-10, lebih dari dua dekade pesawat bermesin trijet ini pernah memperkuat armada Garuda Indonesia. Seiring usianya yang menua, saat ini hanya beberapa unit DC-10 saja yang masih mengudara, itu pun kebanyakan berfungsi sebagai pesawat kargo.
Baca juga: DC-10 30, Kenangan Pesawat Trijet Jarak Jauh di Era Keemasan Garuda Indonesia
Meski tak sesukses DC-10, McDonnell Douglas sempat mewariskan desain trijet DC-10 ke varian MD-11, pesawat yang juga sempat dioperasikan sebentar oleh Garuda Indonesia.
Bagi kebanyakan orang, desain trijet pada DC-10 mengundang tanya, salah satunya adalah, kesan bahwa bentuk mesin yang ada di ekor – vertical stabilizer, terkesan punya ukuran lebih besar dibanding dua mesin lain yang ada di bawah sayap.
Apakah benar kesan tersebut? Faktanya, ketiga mesin DC-10 mengadopsi tipe yang sama, sebut saja DC-10 yang pernah dioperasikan Garuda Indonesia, menggunakan General Electric GE CF6-50C. Lantas, mengapa timbul kesan berbeda ukuran pada mesin di vertical stabilizer?
Penjelasannya adalah ketiga mesin yang digunakan pada DC-10 semuanya sama. Namun, cara pemasangannya berbeda. Mesin di bawah sayap memiliki penutup yang menutupi mesin, dengan saluran masuk pendek di bagian depan. Sedangkan mesin belakang memiliki saluran masuk yang lebih panjang yang melewati vertical stabilizer, mesin ini dipasang ke bagian belakang saluran masuk tersebut.
Karena persyaratan kekuatan torsi, kompresi, dan daya tarik yang lebih besar, lantaran membawa sirip ekor yang besar, kemudi, dan mesin dengan beban dorong yang sangat besar di dalam rangka tubular struktural, maka ketebalan dinding bagian tengah tubular pada mesin di belakang harus lebih panjang dan sedikit lebih tebal daripada penutup mesin yang ada di bawah sayap.
Mesin di atas badan pesawat pada dasarnya merupakan desain yang tidak stabil secara fisik, sebab beban gravitasi akan memindahkannya ke bawah badan pesawat. Hal ini membuat desain sensitif terhadap beban aerodinamis.
Baca juga: Di Ghana, DC-10 Eks Ghana Airways Beralih Fungsi Menjadi Restoran Bintang Lima
Beban aerodinamis yang kecil akan membantu gravitasi dalam menggerakkan mesin di bawah badan pesawat. Mesin sayap yang dipasang pada tiang di bawah sayap adalah desain yang stabil secara fisik karena gravitasi mencoba menahannya di sana. Semakin panjang nacelle atau komponen lain, maka semakin stabil secara aerodinamis. Inilah mengapa mesin yang dipasang di nacelle ekor jauh DC-10 lebih panjang daripada nacelle yang dipasang di bawah sayap.
Sebagai informasi, nacelle atau nasel adalah tempat terpisah dari badan pesawat yang menahan mesin, bahan bakar, atau peralatan pesawat terbang.