PT MRT Jakarta, saat ini sedang melakukan pengembangan pada fase pertamanya, bukan lagi pembangunan untuk infrastruktur melainkan pembangunan fasilitas untuk menunjang layanan MRT (Mass Rapid Transit). Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan, saat ini yang dilakukan adalah pembangunan sarana dan prasarana untuk para pengguna MRT lainnya seperti interior dalam di percantik dengan penambahan keramik dan lainnya.
Baca juga: Jelang Beroperasi, PT MRT Jakarta Buka Lowongan Kerja
Tak hanya itu nantinya dari 13 stasiun yang akan beroperasi pada fase pertama ada kemungkinan hanya akan ada 12 stasiun yang akan beroperasi bersamaan. “Pada pengoperasian Maret 2019 mendatang, stasiun Haji Nawi kemungkinan belum bisa beroperasi bersamaan karena masih ada sengketa pembebasan lahan,” ujar William kepada KabarPenumpang.com di Bakoel Koffie (5/7/2017).
Dia mengatakan, bila masih bersengketa pengerjaan tiang struktur Stasiun Haji Nawi tidak dapat dikerjakan. Sehingga nantinya bila beroperasi, untuk tujuan Haji Nawi, Mass Rapid Transit (MRT) akan terus berjalan dan tak berhenti.
Baca juga: Bangun TOD di Lebak Bulus, MRT Jakarta Lalukan Studi Pengembangan dengan Wijaya Karya
William juga menambahkan, dalam setiap perjalanan MRT ini dari Lebak Bulus menuju Bundaran HI atau sebaliknya akan ditempuh selama 30 menit saja. Ini akan lebih cepat dibandingkan bila menggunakan mobil yang akan memakan waktu satu hingga satu jam setengah perjalanan dalam kondisi macet.
Direktur Operasional dan Pemeliharaan PT MRT, Agung Wicaksono menambahkan, jarak antar kereta yang satu dengan yang lainnya pada jam sibuk yakni lima menit sekali dan pada jam biasa akan berbeda 10 menit sekali. Apalagi hasil survei mengatakan akan ada sekitar 174 ribu penumpang yang akan diangkut oleh MRT.
Baca juga: Dampak Pengiriman Material MRT, Jalan Sisingamangaraja Mendapat Rekayasa Lalu Lintas
William mengatakan, untuk masalah yang sering terjadi pada KRL saat ini seperti keterlambatan atau lamanya menunggu sinyal, akan menjadi pelajaran bagi MRT sendiri. Pasalnya kejadian-kejadian tersebut sudah bermasalah karena adanya perlintasan sebidang yang membagi jalur kereta dengan jalanan tempat kendaraan lain lewat.
“Untuk masalah seperti itu, kita kan berada di bawah tanah, sehingga tidak akan terjadi. Masalah persinyalan juga sudah bisa di atasi dengan komunikasi antara ruang kontrol di Lebak Bulus dengan sinyal di kereta dan sinyal di sepanjang jalur MRT,” ujar William.
Baca juga: Proyek MRT: Mulai 20 Mei 2017 Ada 4 Tahap Rekayasa Lalu Lintas di Jalan Panglima Polim
Menurut, Agung, masalah-masalah yang terjadi pada KRL pun seharusnya tidak terjadi pada MRT, sebab kereta yang digunakan untuk MRT adalah kereta baru bukan kereta bekas.