Nagasaki dikelilingi oleh pegunungan atau laut di keempat sisinya dengan pegunungan membentang hingga ke garis pantai. Ini yang membuat Kota Nagasaki memiliki tata letak yang unik dengan semua bangunan dibangun di atas lereng alami.
Tak hanya itu, karena kurangnya lahan datar di kota tersebut, maka bukan hanya tangga, tetapi ada transportasi lereng yang dihadirkan bagi para warga lanjut usia atau lansia (65+). Bahkan transportasi lereng ini juga bisa digunakan oleh pasien yang berkunjung ke rumah sakit, keluarg dengan bayi, anak-anak kecil, atau mereka yang kesulitan berjalan untuk berkeliling Nagasaki.
Transportasi ini bernama slope car atau kereta lereng. Kereta monorel otomatis ini memiliki ukuran yang kecil dan lebih kecil dari kereta gantung karena hanya muat satu orang.
Bentuknya cukup unik seperti box telepon dan ini merupakan perpaduan antara monorel, sistem transportasi penumpang, lift miring, dan kereta rel gigi. Para pengguna slope car ini, diberikan kartu yang dibagikan secara gratis.
Di mana para lansia, keluarga pasien rumah sakit, keluarga dengan bayi, dan anak-anak bisa mendaftar ke kota untuk mendapatkannya kartu khusus warga Nagasaki. Untuk diketahui, sistem ini berbeda dengan monorail modern biasa dalam banyak hal.
Ini merupakan pengembangan dari monorail industri yang digunakan di kebun buah pada tahun 1960-an. Kereta lereng telah dipasang di lebih dari 80 lokasi di Jepang dan Korea Selatan.
Sistem ini umumnya diperkenalkan ketika terdapat lereng curam atau tangga antara gerbang masuk dan bangunan. Kereta lereng umumnya berfungsi sebagai fasilitas yang menyediakan aksesibilitas bagi orang tua atau penyandang disabilitas yang mengunjungi tempat-tempat tertentu, seperti taman, lapangan golf, atau hotel.
Karena sebagian besar jalur bergerak dengan kecepatan yang relatif lambat, orang tanpa disabilitas seringkali menemukan bahwa berjalan kaki di rute yang sama lebih cepat daripada menggunakan kereta lereng. Namun, ada juga tempat-tempat di mana kereta lereng menaiki lereng yang sangat curam yang tidak dapat didaki oleh orang tanpa disabilitas kecuali ada tangga.
Di Jepang, kereta lereng secara hukum tidak dianggap sebagai kereta api. Sebagian besar kereta lereng adalah monorel balok straddle, tetapi ada juga kereta lereng monorel gantung.
Monorel biasa umumnya menggunakan ban karet yang berjalan di atas balok beton, sementara kereta lereng menggunakan balok baja dengan rel gigi di satu sisi. Dengan demikian, kereta lereng dapat menaiki lereng 100 persen (45°) dengan kecepatan maksimum. Sistem ini didukung oleh “rel ketiga” di sisi lain balok.
Sistem ini tidak memerlukan pengemudi. Kereta mulai bergerak saat pengguna menekan tombol, dan secara otomatis berhenti di tujuan yang dipilih.
Pemkab Bogor Rencanakan Kereta Gantung Sebagai Solusi Kemacetan Kawasan Puncak