Demi Aman dan Nyaman, Bus di India Ini Gunakan Teknologi Pemindai Wajah

Keamanan dan kenyamanan selama berkendara menjadi dua poin penting yang selalu menjadi fokus dari setiap penyedia jasa layanan transportasi dalam melayani para pelanggannya. Hal itu pula yang kini tengah dikembangkan oleh penyedia layanan jasa bus yang berbasis di Gurugram India, Shuttl. Diketahui, Shuttl hendak memanfaatkan teknologi mutakhir dan mengaplikasikannya di armada-armada miliknya. Hal tersebut semata-mata untuk menjamin keamanan dan kenyamanan para penumpangnya. Baca Juga: Tekan Jumlah Kendaraan Pribadi, India Hadirkan Bus Berbasis Aplikasi Layaknya di kebanyakan negara di dunia, para wanita yang bekerja di Delhi seakan kurang mempercayakan moda transportasi umum seperti bus dan kereta commuter yang tersedia di sana. Maka dari itu, Shuttl ingin mengubah paradigma tersebut dan memutuskan untuk melakukan peningkatan melalui teknologi Unique Selling Proposition (USP) yang mereka miliki. Shuttl baru saja meluncurkan Secure Anxiety-Free Experience (SAFE), sebuah fitur keselamatan berkendara yang semula ditargetkan pada penumpang wanita, namun pada kenyataannya, target pengoperasian SAFE berkembang dan menyasar penumpang lain seperti anak-anak dan orang tua. “Kami bangga dapat membawa teknologi terbaru kami ke dalam segmen transpotasi di India. Beberapa di antarannya sudah tersedia di kurang lebih 450 bus, dan sisanya akan diluncurkan secara bertahap,” ungkap Deepanshu Malviya, co-founder dari Shuttl. Di sini, pihak Shuttl masih melakukan penelitian terhadap fitur yang mereka aplikasikan di armada mereka, seperti mengukur efektifitas teknologi tersebut. Berikut adalah beberapa fitur yang terpasang di beberapa moda Bus Shuttl. Pemindai Wajah Fitur face recognition ini berfungsi bagi penumpang yang berlangganan saja. Kamera akan mengambil gambar Anda dan menyesuaikannya dengan data yang mereka simpan sebelumnya. Jadi, bisa dibilang hanya orang-orang yang sudah berlangganan saja yang bisa menaiki bus ini. Selain itu ada juga teknologi berbasis suara yang telah dikembangkan dan memungkinkan para penumpang yang tidak berlangganan untuk tetap melanjutkan perjalanannya menggunakan bus ini. Baca Juga: Tata Ultra Electric, Revolusi Bus Listrik dari India CCTV Selain kamera pemindai wajah, terdapat juga CCTV yang dapat memantau semua aktifitas yang terjadi selama perjalanan, selain itu terdapat juga tombol darurat di dalam armada bus tersebut. Di sisi lain, fitur berbasis bahasa isyarat hingga saat ini masih belum tersedia. Anda juga dapat membagikan tautan rekaman CCTV kepada teman-teman Anda melalui jejaring sosial. Melacak Posisi Hadirnya fitur GPS ini dapat mempermudah kerabat untuk mengetahui posisi Anda. Tersedia juga fitur yang membeberkan estimasi waktu perjalanan Anda. Interactive Voice Response (IVR) juga memungkinkan Anda untuk melakukan panggilan jika berada dalam kondisi darurat. Keamanan Pengendara Saat driver sudah duduk dibalik kursi kemudi, mereka harus meniup breathalyzer untuk memastikan ia tidak dalam kondisi mabuk. Juga terdapat sistem pemindai wajah khusus untuk pengemudi, dimana jika wajah tersebut tidak dikenali, maka mesin tidak akan bisa dijalankan. Rencananya, pihak Shuttl akan menambahkan fitur yang dapat melacak apakah sang pengemudi mengantuk atau tidak, karena hingga saat ini, faktor human error masih memuncaki penyebab kecelakaan di dunia.

PT DI dan Intercrus Aero Jalin Kerja Sama Kembangkan “Intercrus Sola” Advanced Air Mobility 

PT Dirgantara Indonesia (PT DI) sepakati Memorandum of Understanding (MoU) dengan PT Intercrus Aero Indonesia di Ruang Rapat Paripurna, Gedung Pusat Management (GPM) Lt. 9, PTDI Bandung. Perjanjian kerja sama tersebut ditandatangani Direktur Niaga, Teknologi & Pengembangan PT DI, Moh. Arif Faisal dengan Founder & CEO PT Intercrus Aero Indonesia, Jeremy Hasian Saragih, disaksikan Direktur Utama PTDI, Gita Amperiawan. Adapun ruang lingkup MoU meliputi kerja sama pengembangan, sertifikasi, manufaktur dan komersialisasi produk Advanced Air Mobility, yang bernama Intercrus Sola. Baca juga: Airbus Gandeng Avincis dalam Pengembangan Advanced Air Mobility Pesawat Intercrus Sola adalah pesawat Vertical Take-Off Landing (VTOL) elektrik dengan kapasitas 4 (empat) penumpang dan memiliki daya angkut 1.200 kg, yang akan memungkinkan perjalanan 9-10 kali lebih cepat dibandingkan mobil, dengan kemampuan jarak tempuh 100 km di area perkotaan, serta kecepatan maksimal 150 km/jam. Perancangan pesawat ini mengacu pada Civil Aviation Safety Regulations (CASR) Part 27, Directorate General of Civil Aviation (DGCA), Kementerian Perhubungan RI. PT Intercrus Aero Indonesia merupakan perusahaan Start-Up di bidang penelitian dan pengembangan, serta manufaktur pesawat Vertical Take-Off & Landing (VTOL) elektrik pada sektor Advanced Air Mobility (AAM). Kerja sama strategis PTDI dengan PT Intercrus Aero Indonesia akan mendukung pengembangan taksi udara di Indonesia, “Seiring dengan meningkatnya demand terhadap pesawat Advanced Air Mobility, seperti pesawat terbang e-VTOL, produk yang akan dikembangkan bersama PT Intercrus Aero Indonesia ini dapat membantu mengatasi masalah kemacetan lalu lintas di wilayah metropolitan, mengurangi waktu transit dan meningkatkan efisiensi ekonomi. Hal ini juga tentunya dapat memberikan nilai tambah teknologi dan peningkatan kemampuan engineering PTDI di sektor AAM,” jelas Gita Amperiawan, Direktur Utama PTDI. Perjanjian ini dijadikan sebagai landasan kerja sama antara kedua pihak, dimana kedepannya PTDI dan PT Intercrus Aero Indonesia akan bersama-sama mengembangkan, mensertifikasi, memanufaktur dan komersialisasi pesawat Intercrus Sola. “Kami juga berharap dengan terbentuknya tim teknis antara PTDI dan PT Intercrus Aero Indonesia dapat melakukan pengembangan teknologi industri ini secara progresif kedepannya, tidak hanya sebagai produk AAM untuk memenuhi kebutuhan penerbangan sipil, logistik dan tourism saja, melainkan juga untuk kebutuhan military & defense,” tambah Gita Amperiawan. Kerja sama ini merupakan langkah awal bagi kedua belah pihak yang berkomitmen untuk mengembangkan layanan taksi udara. “Dengan adanya kerja sama dengan PT DI, kami dapat mengembangkan penawaran penerbangan otonom untuk penumpang di daerah perkotaan. Saat ini PT Intercrus Aero Indonesia sedang dalam tahap finalisasi desain prototype, yang rencananya akan disertifikasi oleh DGCA dan secara bertahap akan diproses sertifikasi oleh Federal Aviation Administration (FAA),” kata Jeremy Hasian Saragih, Founder & CEO PT Intercrus Aero Indonesia.
CityAirbus NextGen Memulai Debutnya di Donauwörth, Terbang Perdana Akhir Tahun

Lewat Serbia dan Hongaria, Cina Tembus Investasi Jaringan Kereta Cepat di Eropa

Meski mendapat serangkaian penolakan atas investasi di negara-negara Eropa Barat, namun Cina berhasil membuka mata dunia, bahwa Negeri Panda akhirnya berhasil memasuki pasar investasi besar di Eropa, khususnya dalam pembangunan jaringan kereta cepat. Tidak masuk lewat Eropa Barat, investasi Cina di industri kereta masuk lewat negara Balkan dan Eropa Timur yang haus akan investasi asing. Baca juga: Jaringan Kereta Api Berkecepatan Tinggi Sepi Peminat, Bisa Jadi Bom Waktu Bagi Ekonomi Cina Seperti dikutip Newsweek.com (8/6/2024), Presiden Serbia Aleksandar Vucic memuji perusahaan Cina yang mengerjakan jalur kereta berkecepatan tinggi yang menghubungkan ibu kita Serbia, Beograd ke Budapest, ibu kota Hongaria, sebagai “keajaiban” ketika kereta berkecepatan tinggi baru diresmikan di iSerbia pada hari Jumat lalu. Jaringan kereta api ini merupakan China’s Belt and Road Initiative di Eropa, sebuah skema besar yang diumumkan oleh pemerintah Cina pada tahun 2013 yang bertujuan untuk mengembangkan infrastruktur di sebagian besar Asia, Afrika Timur, dan Eropa Timur, yang secara politik tentu ikut meningkatkan pengaruh Beijing. Cina telah bekerja keras untuk memperkuat hubungan dengan Serbia dan Hongaria dan kedua negara tersebut dikunjungi, bersama dengan Perancis, oleh Presiden Xi Jinping selama kunjungannya ke Eropa pada bulan Mei. Baik Serbia maupun Hongaria menikmati hubungan hangat dengan Rusia, sekutu utama Cina. Sebagai catatan, Hongaria adalah bagian dari Uni Eropa dan anggota NATO. Sebaliknya, Serbia bukan bagian dari Uni Eropa dan NATO., yang notabene punya kedekatan dengan Cina dan Rusia. Menurut kantor berita pemerintah Cina, Xinhua, kereta yang diluncurkan pada hari Jumat di stasiun kereta Zemun dapat melaju dengan kecepatan hingga 200 kilometer (124 mil) per jam dan memiliki 250 kursi. Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengumumkan pada acara tersebut bahwa Serbia telah memesan lima kereta dari China Railway Rolling Stock Corporation, yang dimaksudkan untuk digunakan di sepanjang jalur kereta api Beograd-Budapest yang saat ini sedang dibangun. Dia berkomentar: “Yang terakhir akan tiba sesuai kontrak pada 31 Desember 2025. Kami akan melakukan pengujian jalur Beograd-Subotica pada bulan September, dan paling lambat 1 Desember. Jika kami menyelesaikan jalur tersebut pada saat itu.” Cina telah menyelesaikan jalur kereta api antara Beograd dan Novi Sad, kota terbesar kedua di Serbia, dan rencananya akan diperluas hingga Subotica dekat perbatasan Hongaria pada bulan Desember. Setelah selesai pembangunan jalur kereta api Beograd-Budapest, yang dibangun oleh sejumlah perusahaan Cina, jalur ini direncanakan sepanjang 217 mil. Vucic pada hari Jumat juga menyatakan harapannya bahwa Serbia akan membangun kereta apinya sendiri, dengan berkomentar: “Kami mengimpor kereta api dengan kualitas terbaik dan terindah. Saya berharap kami akan segera membangunnya. Ini akan sangat penting bagi pertumbuhan Serbia.”
GlobalData: Inilah 10 Proyek Kereta Api Termahal Sepanjang 2022, Cina Mendominasi

Tiga Dekade Lalu, Penerbangan Perdana Triple Seven Bikin Boeing 767 ‘Mati Suri’

Tepat tiga dekade lalu yang bertepatan dengan 12 Juni 1994, Boeing 777 resmi melakukan penerbangan perdana. Awalnya, twinjet ini didesain untuk mengisi celah kosong antara dua widebody, yaitu Boeing 747 quadjet dan Boeing 767 twinjet. Namun, alih-alih mengisi celah kosong, kehadirannya justru menggantikan posisi Boeing 767 dan membuatnya menjadi semakin tak laku di pasaran.

Baca juga: Inilah Alasan Kenapa Boeing Tak Buat Seri 777-100

Usai terbang perdana, Boeing 777 mulai memasuki tahun layanan menggunakan livery United Airlines pada tahun 1995 silam. Penggunaan pesawat ini menandai era baru penerbangan twin engine, dimana suara yang dihasilkan lebih tenang, lebih efisien, lebih ekonomis, dengan jangkauan yang lebih jauh.

Pada mulanya, Boeing 777 dirancang untuk menggunakan tiga mesin jet (trijet). Kala itu, teori menyebutkan bahwa semakin banyak mesin yang digunakan, maka semakin baik pula performa pesawat ketika mengudara. Namun karena satu dan lain hal, akhirnya pengembangan Boeing 777 dengan tiga mesin ini urung dilaksanakan.

Tak cukup sampai di situ, pengembangan Boeing 777 juga dibumbui dengan dinamika hebat dari segi format penamaan. Laporan Simple Flying menyebut, format penamaan ini juga lekat kaitannya dengan desain awal Boeing 777 sebagai trijet.

Bagi pecinta aviasi, sebagian besar mungkin sudah mengetahui bahwa Boeing 777 atau triple seven pertama ialah 777-200. Padahal, model lainnya, Boeing selalu memulai dengan seri 100, seperti Boeing 737-100, 747-100, hingga 707-100.

Dirunut dari sejarah, Boeing sebetulnya tidak benar-benar melewatkan angka -100 pada 777. Sebelum Boeing 777-200 melakukan first flight pada 1994, seri 777-100 sudah terlebih dahulu dirilis Boeing pada tahun 1978. Kala itu, mereka merilis bersamaan dengan dua pesawat lainnya; B757 dan B767.

Boeing 777-100 merupakan pesawat trijet yang sangat mirip dengan model trijet lainnya keluaran McDonnell Douglas, DC-10. Hanya saja, Boeing bisa dibilang telat untuk memproduksi trijet yang mulai populer sejak pertama kali diperkenalkan raksasa dirgantara asal Inggris, Hawker Siddeley pada 1960-an.

Bahkan, bisa dibilang, jikapun Boeing tetap memaksakan model trijet 777-100, hampir dapat dipastikan bahwa mereka akan mengalami kerugian. Sebab, dipenghujung tahun 70-an adalah fase menurunnya trijet setelah memperoleh hasil gemilang selama satu dekade antara tahun 60an sampai 70an.

Demikian juga dengan keputusan melansir Boeing 777. Kita tahu, sebelum disebut sebagai B777-200, itu dikenal sebagai 767-X. Andai saja ketika itu Boeing tetap memperkenalkan pesawat baru itu dalam keluarga Boeing 767, bukan memasukkannya sebagai tipe tersendiri, mungkin cerita suksesnya belum tentu sama.

Karena diluncurkan di luar keluarga Boeing 767, pada akhirnya kehadiran Boeing 777 malah menyuntik mati saudaranya itu dari pasaran.

Baca juga: Miris, Ternyata Kehadiran 777 dan 787 Jadi Biang Kerok Boeing 767 Tak Laku Dipasaran

Sejak terbang perdana pada 12 Juni 1994 silam, Boeing telah memproduksi 1.662 unit di semua varian, termasuk 205 versi militer. Dari beberapa varian yang ada, Boeing 777-300ER adalah yang paling laris, menyumbang hampir 50 persen penjualan atau 827 unit.

Tetapi, itu akan segera tergeser dengan kehadiran Boeing 777X, pesawat terpanjang di dunia serta pesawat dengan mesin terkuat di dunia. Belum jelas kapan pesawat memasuki tahun layanan. Namun, tahun 2025, diperkirakan Emirates akan mengoperasikan pesawat tersebut untuk penerbangan penumpang.

KA Cisadane – Timbul Tenggelam Hingga Akhirnya ‘Menghilang’

Pernah dengar Kereta Api Cisadane? Tenang ini bukan halusinasi dan memang pernah ada di era 1990-an. Kereta ini merupakan KA ekonomi reguler yang kala itu melayani relasi Bandung ke Yogyakarta dan mewarnai perkeretaapian Indonesia, khususnya di Daop II Bandung. Baca juga: KA Priangan Ekspres – Hanya Mengular Empat Bulan dan Tanpa Pengganti KabarPenumpang.com merangkum dari berbagai laman sumber, KA Cisadane ini dulu berangkat dari Bandung tetapi karena ada perubahan stasiun keberangkatan yang mana semua kereta ekonomi pindah ke Stasiun Kiaracondong, KA yang satu ini pun ikut berpindah keberangkatannya. Kepindahan keberangkatan ini juga membuat relasi perjalanan KA Cisadane diperpanjang hingga Madiun hingga menjadi Kiaracondong-Madiun. Sayangnya KA Cisadane bersama enam rangkaian kereta api ekonomi lainnya ditutup pada tahun 2003. Penasaran kenapa ditutup? Ternyata KA Cisadane kurang okupansi alias minim penumpang dan dianggap kurang efisien dalam operasionalnya. Selain itu juga ternyata faktor keamanan, keselamatan dan lintasan di Pulau Jawa yang padat dimana delay atau keterlambatan yang ditinggi dimasa itu, apalagi sebagian besar lintasan kala itu masih single track. Namun nama KA Cisadane kembali dibangkitkan PT KAI dengan label KRL Cisadane Ekspres di tahun 2005. Saat itu,  PT KAI Divisi Jabodetabek mendatangkan 16 unit atau empat rangkaian KRL JR103 dari operator JR East untuk memperkuat armada KRL Jabodetabek. Lahirnya kembali KRL Cisadane Ekspres memiliki relasi yang berbeda dari sebelumnya yakni Manggarai-Tanah Abang-Tangerang. Tak hanya itu terkadang KRL CIsadane Ekspres juga berdinas hingga Stasiun Depok. Masa dinas KRL Cisadane Ekspres sendiri ternyata cukup lama yakni dari 2005 hingga 2011 atau sekitar enam tahun hingga akhirnya di tutup karena era KRL CommuterLine serta adanya penyederhanaan relasi perjalanan. Kereta Api Cisadane selain hidup lagi juga “pulang kandang”. Ya bisa dikatakan seperti itu karena nama Cisadane sendiri diambil dari nama sungai yang membelah Kota Tangerang dan sekitarnya. Sungai ini bermula dari kawasan Bogor karena hulunya di Gunung Gede-Pangrango. Dari Bogor mengalir membelah Kota Tangerang dan sekitarnya sampe bermuara di Laut Jawa. Baca juga: KA Aji Saka – Tingkat Okupansi Rendah, Terpaksa Berhenti Mengular Pada Juli 2014 Awal dinas dibawah Daop II Bandung meski agak sedikit aneh, terus ditutup tahun 2003, mudik ke Daop 1 Jakarta dinas sebagai KRL Cisadane Ekspres dibawah PT. KAI Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek, dan akhirnya benar-benar “tenggelam” setelah diintegrasikan ke KRL Commuter Line sekaligus relasinya dipotong jadi Duri-Tangerang.

Delay Luar Biasa, 6 Maskapai Ini Pecahkan Rekor!

Permasalahan delay bukan hanya terjadi di Indoenesia, di penerbangan internasional pun sering terjadi. Bahkan tak tanggung-tanggung sampai ada maskapai yang delay dua hari hingga seminggu. Terkadang, permasalahannya pun dari yang sepele hingga pesawat dibajak. Baca juga: Meski Terdampak Delay, Ini Alasan Pilot ‘Dilarang’ Menerbangkan Pesawat Pada Kecepatan Maksimum Tetapi, penumpang internasional, lebih bisa merasakan kompensasi dari pihak maskapai di banding Indonesia. Di sana, penumpang akan disuguhkan penginapan, makan hingga akomodasi gratis dari pihak maskapai. Tercatat di dunia ada enam maskapai internasional yang keterlambatannya bisa berhari-hari. 1. Air France 139, pernah dibajak oleh teroris asal Palestina dan menyandera penumpang di dalam pesawat. Penumpang yang mayoritas adalah orang Israel di biarkan seminggu tidak bisa berangkat dari Uganda. 2. Tahun 2001 yang lalu, pengeboman yang terjadi di Gedung World Trade Center Amerika Serikat membuat semua bandara di tutup. Tak hanya penutupan, dari semua bandara AS kompak menunda semua penerbangan baik dari dalam maupun keluar AS selama 72 jam atau sekitar 3 hari. Karena kejadian ini, setiap penumpang semua maskapai yang menuju AS, penumpangnya diperiksa dengan ketat di bandara.
Director magazine
Director magazine
3. United Airlines penerbangan 857 rute San Francissco-Shanghai pada Maret 2012 mengalami delay selama 2 hari dan terpaksa mendarat di Anchorage, Alaska karena kamar mandi pesawat bermasalah. Delay atau keterlambatan yang dirasakan penumpang bukan satu atau dua jam saja, melainkan dua hari. Namun, para penumpang patut bersyukur, diberikan voucer makan dan hotel untuk bermalam. Kerusakan yang cukup parah pada kamar mandi pesawat, membuat United Airlines harus mendatangkan pesawat pengganti esok harinya. Sayangnya, para penumpang tersebut tidak bisa juga langsung berangkat dan menunggu hingga hari Selasa, diketahui kejadian ini terjadi hari Minggu. 4. Ternyata tak hanya bermasalah dengan kondisi pesawat atau cuaca sehingga penerbangan delay. Penerbangan Qantas diboikot oleh para pekerjanya. Ini membuat para penumpang harus merasakan delay baik di penerbangan domestik maupun internasional selama 32 jam lamanya.
dailymail.co.uk
dailymail.co.uk
5. Masakapai Inggris, Thomas Cook juga pernah mengalami keterlambatan tahun 2014. Penerbangan dari Manchester menuju Mesir itu harusnya tiba dalam waktu 12 jam perjalanan menjadi 30 jam. Karena ada kerusakan mesin, sehingga membuat 255 penumpanya kesal, apalagi penerbangan belum separuh jalan dan membuatnya harus balik ke hangar. Untuk meredam emosi penumpang, pihak maskapai berusaha tanggung jawab dengan menginapkan penumpang di hotel setempat. 6. Sama dengan maskapai Thomas Cook yang delay selama 30 jam. Southern Airways pada November 1972 silam juga mengalami keterlambatan hingga 30 jam. Bukan karena masalah kerusakan mesin atau hal teknis pada pesawat lainnya, melainkan ada beberapa penumpang yang membuat onar sehingga pesawat yang harusnya dari Brimingham menuju Mobile dan hanya transit pada Florida serta Georgia menjadi terbang ke beberapa kota lainnya. Pesawat memutar ke Detroit, Toronto, Knoxville, Kuba, Orlando hingga Kuba dan baru sampai di Mobile setelah 30 jam kemudian.

Singapore Airlines Tawarkan Kompensasi Mulai US$10.000 pada Penumpang yang Terluka dalam Insiden Turbulensi Flight SQ321

Ketika turbulensi hebat dan tak terduga melanda Singapore Airlines flight SQ321, berakibat satu penumpang meninggal dan puluhan lainnya dirawat di rumah sakit, menderita luka-luka mulai dari luka ringan hingga luka yang cukup parah. Dan belum lama berselang, Singapore Airlines telah mengumumkan paket kompensasi dan menegaskan kembali komitmennya untuk memberikan dukungan dan bantuan penuh kepada semua penumpang yang melakukan perjalanan dalam penerbangan tersebut. Baca juga: Diduga Jadi Penyebab Insiden Singapore Airlines SQ321, Inilah Asal Muasal Clear Air Turbulence (CAT) Singapore Airlines secara terbuka mengungkapkan paket kompensasi tersebut di Facebook dan mengonfirmasi bahwa pihaknya telah mengirimkan tawaran kompensasi kepada penumpang pada 10 Juni 2024. Penumpang yang mengalami cedera ringan telah ditawari kompensasi sebesar US$10.000, sedangkan mereka yang mengalami cedera lebih parah telah ditawari uang muka pembayaran sebesar US$25.000. Bagian penting dari pernyataan maskapai tersebut mengatakan: “Bagi mereka yang menderita luka yang lebih serius akibat insiden tersebut, kami mengundang mereka untuk mendiskusikan tawaran kompensasi untuk memenuhi kondisi spesifik mereka ketika mereka dalam keadaan sehat dan siap untuk melakukannya. Penumpang yang dinilai secara medis mengalami cedera serius, memerlukan waktu yang lama. perawatan medis jangka panjang, dan mereka yang meminta bantuan keuangan ditawari pembayaran di muka sebesar US$25.000 untuk memenuhi kebutuhan mendesak mereka. Ini akan menjadi bagian dari kompensasi akhir yang akan diterima para penumpang ini.” Penerbangan tanggal 21 Mei dengan Boeing 777-300ER berangkat dari London Heathrow dan menuju Singapura ketika mengalami turbulensi hebat di dekat Myanmar. Penurunan ketinggian yang tiba-tiba membuat penumpang yang tidak mengenakan sabuk pengaman terbang ke segala arah di sekitar kabin, dengan beberapa penumpang menderita cedera tengkorak, otak, dan tulang belakang. Boeing 777 itu membawa 211 penumpang dan 18 awak, dan penyelidikan awal yang dilakukan Kementerian Transportasi Singapura mengatakan perubahan gaya gravitasi yang cepat dan penurunan ketinggian 54 meter (177 kaki) kemungkinan besar menyebabkan penumpang dan awak pesawat mengalami cedera. Pesawat dialihkan ke Bangkok, dimana korban luka dibawa ke rumah sakit setempat untuk perawatan. Diketahui bahwa sekitar 20 penumpang masih menerima perawatan di rumah sakit Bangkok, dan Singapore Airlines mengatakan telah mengatur agar anggota keluarga dan orang-orang terkasih mereka terbang ke Bangkok jika diminta.
Rute Penerbangan Mana yang Paling Berbahaya dan Sering Terjadi Turbulensi Hebat?

Tidak Sengaja, Antonov An-24 Polar Airlines Mendarat di Sungai yang Membeku

Sebuah pesawat Antonov An-24 milik Polar Airlines, yang sedang mendekati Bandara Zyryanka (ZKP), secara tidak sengaja mendarat di Sungai Kolyma. Pihak maskapai memastikan tidak ada korban jiwa atau kerusakan pada pesawat setelah An-24 mendarat di sungai yang membeku. Baca juga: Antonov An-24, Jawara Pesawat Penumpang Propeller Soviet yang ‘Dijiplak’ Menjadi Xian MA60 Dalam pernyataan awal, Polar Airlines mengatakan bahwa turboprop Antonov An-24 mendarat di landasan ZKP dengan 30 penumpang dan empat awak di dalam pesawat. Maskapai ini menekankan bahwa tidak ada korban jiwa dan pesawat tidak mengalami kerusakan apa pun, dan departemen lokal Badan Transportasi Udara Federal Rusia atau Rosaviatsiya (FATA) memerintahkan penyelidikan atas insiden tersebut. Pada saat artikel ini ditulis, suhu di Zyryanka adalah -39 derajat celcius. Dalam pernyataan lanjutannya, maskapai penerbangan Rusia tersebut sekali lagi menekankan bahwa tidak ada seorang pun di dalamnya yang terluka, dan pesawat tetap utuh setelah mendarat di Sungai Kolyma. “Sebuah pesawat terbang terbang ke Zyryanka, yang akan membawa anggota komisi untuk melakukan tindakan awal dan menentukan penyebab peristiwa penerbangan tersebut, serta spesialis dari layanan teknik penerbangan dan inspeksi keselamatan penerbangan,” tambah maskapai tersebut. Sementara itu, Kantor Kejaksaan Transportasi Siberia Timur di Irkutsk, Rusia, mengatakan bahwa pesawat tersebut “menyimpang dari landasan pacu saat mendarat dan mendarat di hamparan pasir Sungai Kolyma.” Menurut kantor tersebut, pejabat dari FATA distrik Yakutsk, karyawan Departemen Investigasi Transportasi Yakutsk, dan manajemen Polar Airlines terbang ke lokasi kejadian untuk menyelidiki insiden tersebut. Pada Mei 2023, saluran Telegram lokal bernama Aviatorschina, mengutip sumber dari pemerintah Yakutia dan Kementerian Transportasi Federasi Rusia, menuduh Polar Airlines mengoperasikan pesawat dengan perawatan yang tidak lengkap. Menurut mereka, maskapai ini menyelesaikan lebih dari 1.500 jam penerbangan.
Xian MA60, Pesawat Cina Jiplakan Antonov An-24 yang Bikin Merpati Airlines Bangkrut

Proxima, Operator Kereta Cepat Terbaru Perancis, Mulai Uji Coba Layanan di Tahun 2027

Berbeda dengan di Indonesia, maka di Perancis layanan kereta cepat dioperasikan oleh beberapa perusahaan swasta. Dan yang terbaru adalah Proxima, perusahaan independen yang sepenuhnya didanai oleh ekuitas swasta Antin Infrastructure Partners. Pasar kereta api berkecepatan tinggi Perancis mendapatkan layanan baru yang mengoperasikan kereta cepoat antara Paris dan bagian barat Perancis. Baca juga: Mulai Diuji Coba, Inilah Kecanggihan Kereta Cepat Terbaru Perancis TGV M yang Ramah Lingkungan Perusahaan baru ini dipimpin oleh salah satu pendiri Rachel Picard, mantan manajer di Gares & Connexion and Voyages SNCF di SNCF Group; dan Tim Jackson, pendiri perusahaan penyewaan kereta api Alpha Trains dan mantan CEO RATP Dev UK dan Irlandia. Berharap agar rencananya dapat segera terwujud, Proxima telah memulai negosiasi dengan Alstom untuk pembelian 12 rangkaian kereta Avelia Horizon, salah satu kereta tercepat di dunia dengan kecepatan tertinggi hingga 350 km per jam. Picard berkata: “Kami ingin membantu masyarakat Prancis lebih sering menggunakan kereta cepat dengan menawarkan solusi alternatif, yang mudah, cepat, dan terintegrasi ke dalam gaya hidup baru mereka.” Menargetkan tahun 2027 untuk uji dinamis pertama keretanya, Proxima kemudian berharap untuk memulai layanan awal antara ibu kota Perancis dan kota Bordeaux, Nantes, Rennes, dan Angers. Proyek ini sepenuhnya dibiayai oleh Antin, dengan investasi tahap pertama – termasuk pembelian dan pemeliharaan sarana perkeretaapian, biaya peluncuran, dan modal kerja – diperkirakan berjumlah sekitar €1 miliar (US$1,1 miliar). Selain perjanjian dengan Alstom, Proxima juga telah menandatangani perjanjian dengan Lisea, line manager South Europe Atlantic high-speed line, untuk penggunaan depot pemeliharaan dan penstabilan di Marcheprime, 20 km selatan Bordeaux. Proxima hanyalah perusahaan terbaru yang memasuki industri kereta api berkecepatan tinggi di Perancis, mengikuti operator lain seperti startup Kevin Speed, yang baru-baru ini menandatangani perjanjian akses dengan SNCF Réseau.
Alstom dan SCNF Luncurkan TGV M, Mengular di Jaringan Kereta Cepat Perancis Mulai 2024

Airbus A320 Austrian Airlines OS434 Rusak Parah Dihantam “Hailstorm”, Apakah itu?

Pesawat narrow body Airbus A320 flight OS434 milik Austrian Airlines dilaporkan mengalami kerusakan parah akibat hailstorm menjelang mendekati Bandara Wina di Austria. Meski mengalami kerusakan pada bagian hidung dan kaca kokpit, namun pilot berhasil mendaratkan pesawat dengan selamat. Baca juga: Jepang Dilanda Badai Salju Tebal, Jalur Darat dan Udara Terhambat Dalam pernyataan resminya, Austrian Airlines menyebut pada penerbangan OS434 hari ini (10/6/2024) dari Palma de Mallorca ke Wina, Airbus A320 OS434 rusak akibat hujan es. Pesawat tersebut menghadapi badai petir saat mendekati Wina, yang menurut awak kokpit tidak terlihat pada radar cuaca. Menurut informasi terkini, dua jendela kokpit depan pesawat, hidung pesawat (radome) dan beberapa panel rusak akibat hujan es.” Karena kerusakan tersebut, pilot mengumandangkan kode “Mayday” lanjut pernyataan itu. “Pesawat dapat mendarat dengan selamat di Bandara Wina-Schwechat. Seluruh penumpang dalam penerbangan tersebut tidak terluka. Tim teknis Austrian Airlines telah dipercaya untuk melakukan penilaian kerusakan spesifik pada pesawat tersebut. Nah, yang perlu dipehatikan dalam insiden ini adalah hailstorm. Hailstorm adalah badai yang menghasilkan hujan es, yaitu bola-bola es yang jatuh dari awan. Hujan es terbentuk ketika tetesan air superdingin dalam awan badai dibawa naik dan turun oleh arus udara kuat, sehingga berulang kali membeku dan mendapatkan lapisan es baru sampai cukup berat untuk jatuh ke tanah. Hujan es dapat bervariasi dalam ukuran, dari butiran kecil hingga bola es besar sebesar bola golf atau bahkan lebih besar. Hujan es dapat menyebabkan kerusakan fisik pada badan pesawat, sayap, dan ekor. Benturan dengan es berukuran besar dapat menyebabkan penyok, retak, atau lubang pada permukaan pesawat. Hailstorm juga dapat merusak kaca depan pesawat, menyebabkan penurunan visibilitas bagi pilot.
Terjebak Badai Salju, 23 Loyang Pizza Dipesan Pilot Air Canada Langsung dari Kokpit