Stasiun Labuan di Medan, Jalur Pertama Perkeretaapian Sumatera Utara
Namanya memang terdengar rancu, lantaran ada nama Stasiun Labuan yang ada di Pandeglang, padahal kedua stasiun ini berbeda. Dimana Stasiun Labuan dengan kode LBU tersebut berada di Medan Belawan, kota Medan, Sumatera Utara, sedangkan Stasiun Labuan yang satunya berada di Pulau Jawa dan sudah tak lagi aktif alias alurnya sudah tak ada lagi.
Baca juga: Stasiun Labuan, Pernah Jadi Stasiun di Paling Ujung Barat Pulau Jawa
Meski begitu stasiun-stasiun yang ada di kota medan beserta jalurnya juga masih aktif dan beroperasi hingga kini. Salah satu stasiun yang akan dibahas KabarPenumpang.com dan masih aktif adalah Stasiun Labuan.
Dioperasikan oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI), Stasiun Labuan sendiri masuk dalam Divisi Regional (Divre) I Sumatera Utara dan Aceh. Stasiun ini sendiri merupakan yang pertama di jalur kereta api Deli Spoorweg Maatschapijj (DSM) yang menghubungkan Labuan dengan Belawan.
Stasiun ini merupakan kelas dua dan berada di ketinggian +2,30 meter di atas permukaan laut. Memiliki dua jalur kereta api dengan jalur 2 sepur lurus. Stasiun ini aktif namun tidak mengangkut penumpang melainkan bahan bakar minyak (BBM) menuju ke Medan.
Sebab satu kilometer ke arah utara stasiun terdapat percabangan menuju ke Depot Pertamina Labuan. Di Stasiun Labuan sendiri pada November 2018 kemarin terlaksana kegiatan pemeriksaan kesehatan gratis yang dilakukan oleh PT KAI Divre I Sumut dan Aceh.
Bakti sosial pemeriksaan kesehatan tersebut mengadirkan RailClinik untuk diperkenalkan kepada masyarakat sekitar Stasiun Labuan. Diketahui, menjadi jalur pertama yang dibangun DSM karena saat itu, Labuan masih menjadi pust pemerintahan Sultan Deli.
Baca juga: Jejak Sejarah Stasiun Medan, Sisakan Kenangan Menara Jam Antik
Bahkan saat itu Kesultanan Deli melarang warga Melayu menjadi buruh kasar dan kuli-kuli yang di datangkan dari Cina-lah yang didatangkan untuk membangun rel-rel di jalur tersebut. Jalur Labuan-Medan sendiri dibangun merupakan jalur perkotaan pertama yang dibuat dengan panjang sekitar 16,7 km. Pada awalnya terdapat tiga Lokomotif B 2t 1067 “Sumatra” yang dibuat oleh perusahaan Belanda Hohenzollern untuk kebutuhan sarana di jalur yang dioperasikan oleh DSM tersebut.
Garuda Indonesia dan The Pokemon Resmi Gunakan Livery “Pikachu Jet GA-1”
Garuda Indonesia berkolaborasi dengan The Pokémon Company pada hari ini Kamis (22/2) meresmikan pengoperasian livery tematik Pikachu Jet GA-1 yang diaplikasikan pada pesawat Boeing 737-800 NG Garuda Indonesia di Hangar 2 GMF AeroAsia. Desain livery tematik Pikachu Jet GA-1 ini merupakan desain pertama dari total 2 (dua) desain yang telah disiapkan oleh Garuda Indonesia dan The Pokémon Company.
Baca juga: Garuda Indonesia dan The Pokémon Company Rilis Design Livery Tematik “Pikachu Jet”
Penerbangan perdana pesawat Garuda Indonesia dengan desain livery tematik Pikachu Jet GA-1 tersebut direncanakan akan dilaksanakan pada hari Jumat (23/2) pada penerbangan GA408 dengan rute penerbangan Jakarta – Denpasar dan juga GA411 dengan rute penerbangan Denpasar – Jakarta.
Lebih lanjut, penerbangan pesawat dengan livery Pikachu Jet GA-1 tersebut nantinya juga akan melayani beberapa rute domestik seperti Batam, Medan, Palangkaraya, Malang, Balikpapan, Yogyakarta, Denpasar – Makassar pp, Merauke – Jayapura pp, serta rute internasional Surabaya – Singapura pp.
Penggunaan desain tematik Pikachu Jet GA-1 tersebut merupakan bagian dari program “Pokémon Air Adventures”, sebuah program kolaborasi antara Garuda Indonesia dan The Pokémon Company untuk menghadirkan pengalaman penerbangan yang baru dan unik untuk pengguna jasa Garuda Indonesia, khususnya pecinta Pokémon.
Adapun desain tematik Pikachu Jet GA-1 yang akan digunakan pada pesawat Garuda Indonesia selama 5 (lima) tahun kedepan tersebut menampilkan keindahan kultur dan kekayaan alam Indonesia di mana livery pesawat menampilkan keindahan alam Indonesia bersama dengan berbagai Pokémon seperti Squirtle, Horsea, Finneon, Mantine, Butterfree, Bounsweet, Oddish, Eevee, Aipom, dan Vileplume.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengungkapkan bahwa peluncuran desain livery tematik Pikachu Jet GA-1 ini merupakan inisiatif berkelanjutan Garuda Indonesia yang terus kami selaraskan dengan animo masyarakat dalam menyambut kehadiran berbagai pengalaman tematik Pokémon di dalam penerbangan Garuda Indonesia.
“Resmi dioperasikannya Pikachu Jet GA-1 sekaligus turut menjawab antusiasme masyarakat yang ingin merasakan pengalaman penerbangan yang unik melalui peluncuran livery dan berbagai aktivasi bersama The Pokémon Company,” kata Irfan.
“Kolaborasi strategis dengan berbagai brand unggulan berskala nasional dan global tentunya juga menandai komitmen Garuda Indonesia sebagai national flag carrier untuk menghadirkan layanan penerbangan premium yang tidak hanya aman dan nyaman, melainkan juga memberikan nilai tambah untuk para pengguna jasa. Selain itu, aktivasi kolaboratif tersebut tentunya menjadi dedikasi kami dalam memperkenalkan kekayaan dan keanekaragaman budaya serta alam yang dimiliki Indonesia ke kancah dunia,” lanjut Irfan.
Selain meluncurkan desain livery tematik Pikachu Jet GA-1, Garuda Indonesia dan The Pokémon Company juga memberikan tambahan value pada beberapa touch points penumpang seperti landing page khusus di website Garuda Indonesia yang menginformasikan inflight material dan activity, rute penerbangan, penjualan merchadise Pokémon, LED dengan desain Pokémon pada selected check-in counter area, _cabin crew announcement dan boneka pikachu pada saat penumpang boarding, tayangan Pokémon Kids TV pada inflight entertainment di pesawat, serta berbagai inflight & route activation yang bisa diakses oleh pengguna jasa.
The Pokémon Company diwakili oleh Susumu Fukunaga menambahkan, “Kami bekerja sama dengan Garuda Indonesia dalam proyek “Pikachu’s Indonesia Journey” yang bertujuan untuk memberikan pengalaman yang lebih menyenangkan dan penuh kegembiraan dengan Pokémon Livery tematik Pikachu Jet GA dan juga “Pikachu Indonesia Journey” merupakan bagian dari “Pokémon Air Adventures”, sebuah proyek yang diluncurkan dengan harapan bahwa ketika orang-orang dapat bergerak bebas lagi, mereka akan dapat merasakan kembali kegembiraan dalam bepergian dan kenikmatan mobilitas.
“Kemudian dimulai dengan acara di Bali pada tanggal 2 dan 3 Maret, kami akan melakukan berbagai upaya agar Pikachu dan teman-temannya dapat memberikan kenangan indah di berbagai tempat di Indonesia. Kami berharap banyak orang akan datang dengan Pikachu Jet GA-1 dan mengunjungi acara-acara tersebut” pungkas Susumu Fukunaga.
Pokemon Slowpoke Warnai Kapal Ferry di Prefektur Kagawa Sebagai Promosi Pariwisata LokalLebih lanjut, Irfan Setiaputra pada kesempatan tersebut turut menuturkan “Dengan kolaborasi strategis bersama brand unggulan berskala global seperti ini, kiranya akan semakin banyak kolaborasi bersama brand-brand unggulan lain yang bisa dilakukan oleh Garuda Indonesia. Kiranya hal tersebut akan semakin menumbuhkan excitement masyarakat dalam mengakses penerbangan Garuda Indonesia sekaligus akan berdampak positif dalam kepulihan pariwisata nasional”.
Tekan Biaya Operasional Maskapai, Embraer dan Scoot Tandatangani “Embraer Collaborative Inventory Planning”
Embraer dan Scoot, maskapai berbiaya murah, bagian dari Singapore Airlines Group, telah menandatangani kontrak untuk Embraer Collaborative Inventory Planning (ECIP), sebuah program manajemen inventaris suku cadang yang dapat dibuang dan dirancang untuk membantu pelanggan mengurangi biaya operasional sebesar mengoptimalkan tingkat persediaan.
Baca juga: Embraer dan Scoot Tandatangani Perjanjian Program Pool untuk Armada E190-E2
Perjanjian ECIP, ditambah dengan Pool Program yang telah ditandatangani Scoot sebelumnya, akan memberikan dukungan komprehensif untuk sembilan armada jet E190-E2 Scoot yang akan datang. Dengan ini Scoot akan menjadi pelanggan ECIP pertama di kawasan Asia-Pasifik.
Ng Chee Keong, Chief Operating Officer, Scoot, mengatakan,“Kemitraan berkelanjutan kami dengan Embraer merupakan bukti komitmen kami untuk memberikan kinerja optimal dengan armada E190-E2 baru. Selagi kami mengantisipasi kedatangan jet Embraer pertama kami dalam waktu dekat, pengaturan strategis ini akan membantu memastikan efisiensi operasional.”
“Rangkaian layanan Embraer dibangun berdasarkan pemahaman dan antisipasi kebutuhan pelanggan maskapai penerbangan kami dalam lingkungan yang sangat dinamis,” kata Carlos Naufel, Presiden dan CEO, Embraer Services & Support. “Kami berterima kasih kepada Scoot atas kepercayaan mereka kepada kami dalam upaya kami mewujudkan pengoperasian armada E190-E2 mereka.”
Singapura adalah pusat layanan Embraer dan mendukung operasi Asia Pasifik. Selain personel yang berbasis di Singapura, Perusahaan memiliki Pusat Distribusi Regional di zona perdagangan bebas Bandara Changi. Pusat Distribusi Regional menyediakan penyediaan dan dukungan suku cadang sepanjang waktu untuk pelanggan Embraer dari lokasi terpusat di wilayah tersebut.
ECIP menawarkan banyak keuntungan bagi pelanggan. Hal ini mencakup minimalisasi pencairan dana pelanggan karena sebagian besar investasi inventaris dilakukan oleh Embraer, sehingga mengurangi secara signifikan investasi yang biasanya dilakukan oleh maskapai penerbangan.
Selain itu, hal ini juga mencakup penetapan harga tahunan yang tetap untuk barang-barang yang tercakup dalam cakupan ECIP, sehingga memungkinkan pelanggan memiliki prediktabilitas arus kas berdasarkan tingkat layanan yang disepakati.
Gawat, Perusahaan Inggris Pasok Suku Cadang Palsu Mesin CFM56, Banyak Digunakan di Boeing 737 dan Airbus A320Pengoperasiannya berbasis data, dengan rekomendasi pemesanan mingguan berdasarkan konsumsi suku cadang pelanggan. Perangkat lunak canggih, didukung oleh stok khusus untuk melayani Pelanggan ECIP di wilayah tersebut dan pengalaman Perencanaan Embraer adalah kunci efisiensi solusi. Selain itu, pelanggan ECIP mengandalkan keahlian manajemen layanan material Embraer dan jaringan logistik global dengan kinerja terbaik di kelasnya.
Vietjet Terima Pesawat ke-105 Airbus A321neo ACF, Diklaim Bisa Mengurangi Kebisingan Hingga 75%
Vietjet, maskapai berbiaya murah asal Vietnam, kedatangan armada baru berupa pesawat
Airbus A321neo ACF, yang diterbangkan dari Hamburg ke Ho Chi Minh City. Sebagai pesawat generasi terdepan dari Airbus, A321neo ACF mampu menghemat bahan bakar hingga 20%, menurunkan tingkat polusi lingkungan hingga 50%, dan secara signifikan mengurangi kebisingan hingga 75%.
Baca juga: Buka Penerbangan Vietnam – Hong Kong, Vietjet Terima Pesawat Ke-102 Airbus A321neo
Pada tahun 2019, Vietjet menjadi maskapai penerbangan pertama di dunia yang mengoperasikan format kabin yang dirancang khusus untuk A321neo ACF. Pesawat ke-105 ini akan beroperasi pada rute-rute yang menghubungkan beragam destinasi di Vietnam dan mancanegara, seperti Australia, India, Cina, Jepang, Korea Selatan, Indonesia, Thailand, dan negara-negara lainnya.
Saat ini, Vietjet mengoperasikan lebih dari 100 pesawat melalui jaringan penerbangan yang mencakup Vietnam dan Thailand, serta berbagai destinasi internasional seperti Indonesia, Australia, India, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Kazakhstan, dan lainnya. Maskapai ini juga telah melayani lebih dari 185 juta penumpang, baik domestik maupun internasional.
Dalam dua bulan terakhir, Vietjet terus memperluas armadanya dengan melakukan penambahan pesawat Airbus Neo secara berturut-turut. Melalui peningkatan armada pesawat ini, Vietjet berupaya untuk menghadirkan sumber daya dan momentum baru guna memperluas jaringan penerbangannya ke berbagai destinasi baru pada tahun 2024.
Selain itu, untuk memenuhi permintaan perjalanan pelanggan selama liburan Tahun Baru Imlek pada awal bulan Februari, Vietjet juga telah menambah enam pesawat wet-lease ke armadanya.
Boeing 707 dan Douglas DC-8 – Dua Pesawat Legendaris Ikon Penerbangan Jarak Jauh Era 60/70-an
Rute penerbangan jarak jauh saat ini dilayani oleh beragam jenis pesawat wide body dengan kemampuan direct flight lintas samudera, sebuat saja ada Airbus A330/A350/A380 series dan Boeing 777/787 series, namun bagaimana dengan penerbangan jarak jauh di era 60/70-an, jenis pesawat jet tentu sudah dikenal, tapi pada saat itu hanya ada dua jenis pesawat yang mendominasi pasar penerbangan jarak jauh.
Baca juga: Kala Kolaborasi Boeing 707 dan American Airlines Ubah Peta Penerbangan AS 62 Tahun Silam
Kedua pesawat tersebut adalah Boeing 707 dan Douglas DC-8, keduanya merupakan pesawat bermesin empat narrow body (satu lorong). Boeing 707 dan Douglas DC-8 dianggap sebagai ikon pesawat penerbangan jarak jauh pada awal tahun 1970-an, kedua pesawat memiliki kemampuan untuk terbang jarak jauh tanpa perlu melakukan perhentian, yang pada saat itu merupakan suatu hal yang luar biasa. Mereka menjadi simbol dari era penerbangan jet jarak jauh yang baru.
Boeing 707 dan DC-8 memiliki kecepatan yang relatif tinggi untuk pesawat komersial pada masanya, yang memungkinkan penerbangan yang lebih cepat dan efisien untuk rute-rute jarak jauh.
Kedua pesawat ini menawarkan standar kenyamanan dan kemewahan yang tinggi bagi penumpang, dengan kursi yang lebih luas dan fasilitas yang lebih baik dibandingkan dengan pesawat propeler pada masanya.
Jejak Boeing 707 di Indonesia: Pernah Dioperasikan 4 Maskapai Hingga Jadi Pesawat KepresidenanBoeing 707 dan DC-8 juga memiliki pengaruh budaya yang besar, sering kali muncul dalam film, iklan, dan media populer lainnya sebagai simbol dari penerbangan internasional yang mewah dan modern. Pesawat-pesawat ini banyak digunakan oleh maskapai penerbangan utama pada masanya, termasuk Pan American World Airways (Pan Am) yang menggunakan Boeing 707 dan United Airlines yang menggunakan DC-8, sehingga memperkuat citra dan reputasi mereka sebagai pesawat penerbangan jarak jauh yang terpercaya dan efisien. Boeing 707 Lebih Populer Boeing 707 lebih populer dibandingkan dengan Douglas DC-8 karena beberapa alasan, seperti diperkenalkan lebih awal daripada DC-8, dengan penerbangan perdana pada tahun 1957, sementara DC-8 pada tahun 1958. Hal ini memberikan Boeing keunggulan pertama dalam memasuki pasar penerbangan jet komersial. Pan Am menjadi pelanggan pertama dan pengguna utama Boeing 707, yang memberikan pesawat ini visibilitas dan reputasi yang besar sebagai pesawat penerbangan jet komersial pertama yang sukses secara komersial. DC-8, sementara itu, awalnya kurang populer di Amerika Serikat karena Pan Am memilih Boeing 707. Desain dan Performa: Boeing 707 dianggap memiliki desain yang lebih inovatif dan performa yang lebih baik daripada DC-8 pada awalnya, meskipun perbedaannya tidak terlalu signifikan. Boeing 707 juga memiliki keunggulan dalam hal jangkauan, yang membuatnya lebih cocok untuk rute transatlantik yang panjang. Boeing memiliki kampanye pemasaran yang lebih agresif untuk 707 dan berhasil membangun citra merek yang kuat untuk pesawat tersebut. DC-8, sementara itu, mungkin kurang dikenal secara luas di luar industri penerbangan.
Douglas DC-8: Lambang Supremasi Penerbangan Jarak Jauh Garuda Indonesia di Era 60/70-anBoeing 707 memiliki lebih banyak varian yang berbeda dan terus menerus diperbarui dengan teknologi baru, seperti mesin yang lebih efisien. DC-8, sementara itu, memiliki kurang varian dan tidak mengalami pembaruan teknologi yang sama secara teratur. Meskipun DC-8 tidak sepopuler Boeing 707, kedua pesawat ini tetap menjadi ikon dalam sejarah penerbangan komersial dan memainkan peran penting dalam mengubah dinamika penerbangan internasional.
Garuda Indonesia dan Bank Mandiri Gelar Online Travel Fair, Tawarkan 10.500 Kursi dengan Diskon Sampai 80%
Garuda Indonesia menghadirkan Garuda Indonesia Online Travel Fair (GOTF) Anniversary edition 2024 yang menghadirkan potongan harga special hingga 80% baik untuk perjalanan domestic maupun internasional untuk periode pemesanan mulai 19-28 Februari 2024 dengan periode perjalanan mulai 15 Februari 2024 hingga 14 Februari 2025.
Hadirkan N219 Virtual Reality (VR), PT DI Targetkan Kontrak Lebih Tinggi N219 di Singapore Airshow 2024
Pameran dirgantara terbesar di Asia, Singapore Airshow 2024 akan dibuka sepanjang tanggal 20-25 Februari 2024 di Changi Exhibition Centre dan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) akan hadir menyoroti beragam produk pesawatnya, produk komersial N219, serta produk pertahanan CN235 dan NC212i.
Baca juga: PT DI dan Bappenas Optimalkan Pesawat N219 untuk Pariwisata Bali
Keberadaan PTDI di pameran tersebut akan menggarisbawahi komitmennya dalam perluasan pasar dan komersialisasi pesawat N219, juga pesawat N219 Amphibious sebagai program pengembangan lanjutan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata, yang dalam pelaksanaannya PTDI bersama partner strategisnya mendorong lokalisasi produk nasional dan pengembangan ekosistem industri nasional.
Sebagai wujud upaya PTDI dalam meningkatkan kekuatan pasar dan kehadiran pesawat N219 di kawasan Asia Pasifik, sebelumnya PTDI telah mengikat kesepakatan dengan Linkfield Technology perusahaan lokal di Cina untuk melakukan penjualan 25 unit pesawat N219 yang akan dilengkapi dengan konfigurasi tertentu disesuaikan dengan kebutuhan operasional end user di Cina.
Disampaikan oleh Direktur Utama PTDI, bahwa Singapore Airshow 2024 merupakan salah satu ajang penting bagi PTDI untuk memamerkan beberapa pesawat unggulan produksi Indonesia, khususnya pesawat N219, “Pada tahun 2023 lalu, Kementerian Pertahanan RI telah menyepakati pembelian pesawat N219 untuk mendukung misi TNI AD dan kami percaya bahwa momentum di Singapore Airshow 2024 ini akan menjadi tonggak penting bagi PTDI untuk perluasan pasar N219 dan memperoleh kontrak yang lebih tinggi di tahun 2024,” kata Gita Amperiawan.
N219 cocok dioperasikan di daerah terpencil dan pegunungan sehingga akan meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas antar kota dan antar pulau, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di negara-negara yang memiliki karakteristik wilayah dan kepentingan yang serupa, seperti pemerataan distribusi kargo, evakuasi medis dan pertahanan negara. Pesawat komuter kategori CASR 23 ini telah memperoleh Type Certificate (TC) dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Indonesia pada bulan Desember 2020 dan akan segera disertifikasi oleh EASA (Eropa) yang didukung oleh Airbus Group.
Dengan TKDN 44,69 Persen, Pesawat Turboprop N219 Raih Sertifikasi dari DKPPU KemenhubPada perhelatan ini, PTDI bekerja sama dengan PT Falah Inovasi Teknologi menyediakan N219 Virtual Reality (VR) untuk visualisasi cockpit dan area cabin pesawat secara imersif dan menjadikan pesawat N219 dapat dirasakan dalam dunia tiga dimensi dengan visual yang menakjubkan dan fitur yang akurat. Adapun pada kesempatan ini, PTDI juga menyepakati perjanjian Nota Kesepahaman dengan PT Falah Inovasi Teknologi tersebut untuk pengembangan simulator dan VR untuk kegiatan training dan Maintenance, Repair & Overhaul (MRO) pesawat terbang produk PTDI.
PT DI dan Bappenas Optimalkan Pesawat N219 untuk Pariwisata Bali
Sebagaimana rencana strategis yang diluncurkan oleh Kementerian PPN RI/Bappenas pada tahun 2021 untuk mengembangkan sektor ekonomi di Bali, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) sebagai satu-satunya industri kedirgantaraan nasional mengambil perannya dalam pengembangan ekosistem industri kedirgantaraan di Provinsi Bali dalam rangka mendukung Transformasi Ekonomi Kerthi Bali.
Baca juga: Dengan TKDN 44,69 Persen, Pesawat Turboprop N219 Raih Sertifikasi dari DKPPU Kemenhub
Kolaborasi pengembangan ekosistem industri kedirgantaraan di Provinsi Bali tersebut dikukuhkan melalui penandatanganan dokumen Kesepakatan Bersama oleh Deputi Bidang Ekonomi Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti, Pj. Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya, Pj. Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana dan Direktur Utama PTDI, Gita Amperiawan di Gedung Wisma Sabha, Kantor Gubernur Bali (16/2).
Bali merupakan wilayah kedua dimana PTDI diberikan kesempatan oleh Bappenas untuk berpartisipasi dalam program transformasi ekonomi nasional melalui optimalisasi pemanfaatan pesawat N219 produksi PTDI setelah sebelumnya di Kepulauan Riau, dimana untuk pengembangan ekosistem industri dirgantara di Bali kali ini akan dimulai dengan mengusung konsep Aviation Training Tourism.
“Kegiatan ini akan memberikan nilai tambah bagi Provinsi Bali, khususnya dalam mendorong penciptaan lapangan kerja yang diharapkan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi Bali, serta yang tidak kalah pentingnya adalah meningkatkan kualitas SDM, khususnya dalam bidang high-tech aviation,” jelas Gita Amperiawan, Direktur Utama PTDI.
Pada kesempatan ini, PTDI yang diwakili Direktur Niaga, Teknologi & Pengembangan, Moh Arif Faisal juga tanda tangani kesepakatan kerja sama pengembangan pusat pelatihan kedirgantaraan dengan Bali International Flight Academy (BIFA); pembangunan fasilitas MRO untuk pesawat terbang dengan PT Mulya Sejahtera Technology (MS Tech); pembangunan fasilitas MRO untuk engine & propulsi pesawat terbang dengan Anak Perusahaannya, dalam hal ini PT Nusantara Turbin & Propulsi (PT NTP); dan pengembangan tourism flight di Bali dengan PT Wisarada Sarana Aviasi (Wise Air).
Adapun N219 merupakan pesawat terbang 100% buatan anak bangsa, hasil kerja sama PTDI dengan Badan Riset & Inovasi Nasional (sebelumnya LAPAN) yang pada tanggal 16 Agustus 2017 telah melakukan uji terbang perdana dan pada tanggal 10 November 2017 diberi nama “Nurtanio” oleh Presiden RI, Joko Widodo, hingga akhirnya berhasil memperoleh Type Certificate (TC) pada tanggal 22 Desember 2020 yang diterbitkan oleh Direktorat Kelaikudaraan & Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU), Kementerian Perhubungan RI, dengan nilai TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) sebesar 44,69% yang kemudian akan terus ditingkatkan, sehingga dapat memberikan dampak pertumbuhan (spin-over) terhadap ekosistem industri dalam negeri, termasuk industri di daerah, salah satunya dalam hal pengoperasian maupun kegiatan maintenance/pemeliharaan pesawat.
Pesawat komuter kategori CASR 23, N219 dikembangkan secara khusus untuk dapat mendukung pembangunan konektivitas dan aksesbilitas daerah 3TP (Tertinggal, Terpencil, Terluar dan Perbatasan) dengan kemampuan Short Take Off Landing di landasan yang panjangnya kurang dari 800 meter dan tidak beraspal.
Dalam pemanfaatannya, pesawat N219 dapat digunakan dengan berbagai konfigurasi sesuai kebutuhan pengguna, baik untuk angkut penumpang, logistik, maupun medical evacuation dan flying doctor.
Tiga Tahun Setelah Bernama “Nurtanio,” Inilah Progres Sertifikasi Pesawat N219Pengembangan ekosistem kedirgantaraan di Bali merupakan langkah awal yang strategis dalam mensukseskan komersialisasi pesawat N219, terlebih dengan pengembangan lanjutan pesawat N219 versi basic menjadi versi amphibious yang akan dimulai pada awal tahun 2024 dengan dukungan penuh dari Bappenas, yang kemudian kedua versi pesawat tersebut akan memiliki peran penting dalam peningkatan konektivitas wilayah Bali, khususnya sebagai hub pariwisata Indonesia.
Sajikan 77 Juta In-flight Meals Setiap Tahun, Inilah Strategi yang Diterapkan Emirates
Sebagai salah satu maskapai terbesar di dunia yang melayani lebih dua per tiga negara di dunia, maka dapat dipastikan penanganan pada jasa layanan penumpang akan menjadi sesuatu yang sangat krusial. Dalam satu tahun operasi, setidaknya Emirates menyajikan 77 juta makanan di dalam pesawat (in-flight meals).
Baca juga: Jaga Rasa Masakan Tetap Lezat di Ketinggian 35.000 Kaki, Inilah yang Dilakukan Para Koki
Menurut Cirium, sebuah perusahaan analisis penerbangan, Emirates telah menjadwalkan hampir 171,000 penerbangan pada tahun ini. Dan belum lama ini, Emirates telah mengungkapkan apa saja yang diperlukan untuk memberi pasokan makan penumpang dalam jumlah sedemikian besar dengan kualitas terbaik.
Selama ini Emirates menyajikan lebih dari 77 juta makanan dalam penerbangan kepada penumpangnya setiap tahun. Untuk membaginya menjadi angka yang lebih kecil, maka setara dengan 215.000 makanan dalam 490 penerbangan setiap hari, dan sekitar 149 setiap menit.
Untuk operasi semacam itu, maka Emirates memerlukan jasa 1.400 koki, dan sebagian besar pekerjaan dilakukan di Fasilitas Katering Penerbangan Emirates di kantor pusatnya di Dubai. Namun, operator ini juga mengambil inspirasi dari tempat lain dan menyajikan, misalnya, 40 juta keping coklat buatan tangan setiap tahunnya dari penyedia di seluruh dunia.
Di tempat lain, Emirates menggunakan sekitar 3,5 juta botol minyak zaitun Monte Vibiano Italia untuk sekali saji setiap tahunnya, serta 14.000 kg keju feta Persia Varra Valley dari Australia. Sedikit lebih dekat dengan rumah, 2,3 juta kantong teh Dilmah Sri Lanka disajikan setiap tahun, serta 250.000 kurma Bateel dari negara asal operator tersebut, Uni Emirat Arab.
Mengingat reputasinya sebagai maskapai papan atas, Emirates juga mempunyai persediaan makanan yang lebih mewah. Yang paling menonjol, penumpang kelas satu maskapai ini mengonsumsi 10.350 kg kaviar tahun lalu, dengan para penumpang dan tamu kelas bisnis ini secara kolektif mengonsumsi 1,2 juta steak.
Selera Makan Berubah dalam Penerbangan? Inilah SebabnyaLebih dari 2.200 resep digunakan Emirates setiap bulannya, ayam segar termasuk yang paling banyak jumlahnya, dengan sekitar enam juta kilogram disajikan dalam setahun. Daging sapi dan salmon masing-masing memiliki berat 350.000 dan 366.000 kilogram. Dari segi karbohidrat, disajikan 2,2 juta kilogram kentang dan 3,1 juta kilogram roti dan kue kering. Dikutip Simple Flying, kualitas makanan adalah suatu hal yang penting, namun hal tersebut harus dibarengi dengan layanan berkualitas untuk memperkuat kredibilitas sebuah maskapai penerbangan. Hal ini tentu saja diterapkan Emirates, dan maskapai penerbangan tersebut menjelaskan dalam pernyataan hari ini bahwa “awak kabin menjalani pelatihan ekstensif mengenai praktik terbaik layanan, penyajian makanan, rekomendasi pemasangan wine, layanan teh dan kopi termasuk layanan kopi Arab, dan banyak lagi.”
General Electric CC206, Generasi Lokomotif Termodern PT KAI
Meski telah memiliki banyak armada dan layanan kereta api, sampai saat ini untuk urusan kecepatan, PT KAI paling banter baru mampu menghadirkan kereta ‘tercepat’ di level kecepatan 120 km per jam, yang predikatnya dipegang oleh Argo Bromo Anggrek. Kereta rute Gambir – Surabaya Pasar Turi ini dapat menempuh jarak 725 km dengan waktu 9,5 jam. Bila dirata-ratakan, kecepatan maksimal dari kereta kebanggaan Daop VIII Surabaya ini dapat menyentuh angka 120 km per jam.
Baca juga: Beda dengan Mobil dan Pesawat, Inilah Alasan Mesin Lokomotif Diesel Listrik Tidak Pernah ‘Mati”
Dalam roadmap-nya, PT KAI tidak mau ketinggalan trend soal kereta cepat, terbukti dengan datangnya kabar soal rencana proyek kereta api Trans Sulawesi yang dicanangkan menjadi kereta api tercepat di Indonesia. Mengapa demikian? Karena kereta Trans Sulawesi ditaksir dapat mencapai kecepatan maksimum hingga 200 km per jam. Rencananya, proyek ini akan rampung pada tahun 2017 ini.
Sembari menunggu realisasi kereta cepat PT KAI yang mampu mencapai 200 km per jam, PT KAI kini terus memodernisasi armada lokomotifnya, dan sebagai yang terbaru adalah lokomotif CC206. Lokomotif diesel elektrik ini dibeli dari General Electric Transportation, Amerika Serikat. Rencana KAI untuk menambah armada lokomotif ini sebenarnya sudah muncul sejak tahun 2010, namun baru terealisasi pada tahun 2012. Tidak tanggung-tanggung, sebanyak 100 unit CC206 dipesan tanpa bogie.
Bogie atau kaki-kaki roda dirakit oleh PT. Barata Indonesia dimana nantinya akan dipasang di Balai Yasa Yogyakarta. Pembelian CC206 ini sebenarnya dilandasi oleh PT. KAI yang menginginkan kereta api yang sudah dipadukan dengan teknologi komputer, berkabin ganda, dan tentu saja kuat. Dari segi layar display, PT. KAI menginginkan kereta api dengan layar display yang jauh lebih baik dari armada sebelumnya, CC204. CC206 memiliki kabin ganda yang memungkinkan lokomotif dapat berputar tanpa harus berada di atas pemutar rel (turntable).
Pada awalnya, lokomotif CC206 ini dikhususkan sebagai lokomotif penarik barang saja, namun karena jumlahnya yang terus bertambah, akhirnya lokomotif ini pun digunakan sebagai penarik kereta penumpang semua kelas hingga kereta barang.
Ciri khas lokomotif ini memiliki 2 bogie dengan konfigurasi C-C (Co’Co’), yaitu 3 buah roda penggerak di setiap bogie-nya. Perbedaan dengan lokomotif diesel elektrik General Electric lainnya dengan jenis yang sama adalah lokomotif ini memiliki 2 kabin masinis di ujung muka dan belakang seperti halnya lokomotif di Eropa pada umumnya. Dapur pacu lokomotif ini disokong mesin GE 7FDL-8 versi terbaru yang emisinya setingkat dengan emisi lokomotif Dash-9 di Amerika Serikat, dengan daya mesin sebesar 2250 hp dan punya kecepatan maksimum 120 km per jam.
Baca juga: Rack Railway System, Mudahkan Lokomotif Lintasi Medan Terjal
Sedangkan untuk perangkat elektroniknya menggunakan komputer GE BrightStar Sirius yang dipadukan dengan layar monitor GE Integrated Function Display (GE IFD) seperti yang ada di lokomotif Dash-9. Ini menjadikan CC206 merupakan lokomotif dengan layar monitor komputer kendali kedua di Indonesia setelah CC205, dan lokomotif GE pertama di Indonesia dengan teknologi layar display tersebut.
Lokomotif ini juga menggunakan klakson yang berbeda dari lokomotif sebelumnya, yang membuat lokomotif ini dijuluki “Si Puong”. Kuada Besi asal Negeri Paman Sam ini punya daya tarik mencapai 30 gerbong barang, dan 16 gerbong penumpang untuk satu lokomotif penarik.