Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Mungkin peribahasa tersebut pantas disematkan pada Bandara Oslo di Norwegia, karena bandara yang dikelola oleh Avinor ini tidak hanya mampu menjalankan sebuah proyek untuk melipatgandakan kapasitas penumpang, melainkan juga mendapatkan gelar bandara “terhijau” pertama di dunia berdasarkan penilaian berkelanjutan dari pihak Building Research Establishment Environmental Assessment Method (BREEAM), yang juga diakui secara internasional.
Baca Juga: Cair Tapi Bukan Sabun, Lantas Apa yang Dikeluarkan Dispenser Sabun di Bandara Detroit?
Tidak hanya melipatgandakan kapasitas penumpang menjadi 32 juta penumpang setiap tahunnya,tapi Bandara Oslo ini juga melebarkan bandara hingga 117.000 meter persegi, 11 jet bridged baru, dan 10 tempat parkir pesawat jarak jauh yang baru. Ini merupakan bagian dari proyek perluasan baru senilai NOK 14 miliar atau setara dengan Rp23,9 triliun. Tidak hanya itu, beberapa fitur ramah lingkungan juga ditonjolkan dari Bandar ini, seperti menurunkan salju untuk mendinginkan musim panas yang sangat terik.
Sebagaimana yang dirangkum KabarPenumpang.com dari laman airport-technology.com (31/7/2017), BREEAM menilai bandara ini mengedepankan aspek lingkungan yang terdepan di dunia. Proyek yang dikelola oleh ÅF Advansia AS dan selesai pada bulan April kemarin ini memiliki satu fokus sejak awal pengembangannya, yaitu bandara yang menggunakan energi berkelanjutan. Namun, tantangan terbesar yang akan dihadapi adalah menerapkan sistem pengurangan emisi, dimana ini akan menjadi solusi ramah lingkungan jangka panjang. Hal tersebut diungkapkan oleh kepala divisi lingkungan proyek perluasan Bandara Oslo, Asbjørg Næss.
“Penerbangan berkontribusi secara signifikan terhadap penyebaran emisi gas rumah kaca, jadi Avinor menganggap penting untuk lebih ramah lingkungan, terutama karena proyek besar seperti ini dapat memiliki dampak lingkungan yang besar,” tutur Asbjørg. “Selain itu, Avinor juga mengetahui bahwa bandara ramah lingkungan yang berkelanjutan merupakan contoh pasar bisnis yang baik,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Asbjørg mengaku bangga dengan pencapaian yang sudah mereka raih, terutama penilaian BREEAM terhadap penggunaan salju alami pada musim panas. “Kami menjaga salju dari musim dingin di bawah serbuk gergaji dan mencairkannya di musim panas untuk mendinginkan ruangan di dalam gedung,” ungkap Asbjørg. “Kita memiliki begitu banyak salju di musim dingin biasanya kita tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan itu tapi sekarang kita menggunakannya sebagai sumber daya,” tambahnya.
Baca Juga: Atasi Masalah Crosswind, Konsep Endless Runway Bisa Jadi Solusi Jitu
Sedangkan untuk sistem penghangat, bandara ini menggunakan air tanah yang terletak di bawah bandara. Terminal ini juga dirancang sebagai Passive House yang merupakan konsep dari Jerman, dimana sebuah bangunan didesain sehingga energi yang dibutuhkan lebih sedikit. “Sebagai tim, kami membuat program yang berfokus pada target lingkungan di berbagai bidang. Misalnya: tidak ada bahan berbahaya, emisi CO2 dari produksi bahan harus jauh lebih rendah dari bandara lain. Kami juga memutuskan untuk mematuhi sertifikasi BREEAM di tingkat Excellent.” Tutup Asbjørg.