Aktifitas apa yang paling menyita waktu Anda di Ibu Kota? Meeting bersama klien untuk mengurus sebuah proyek besar? Atau menghadiri sebuah seminar yang membosankan? Mungkin dua aktifitas tadi cukup menyita waktu Anda yang berharga, tapi yang lebih menyebalkan adalah terjebak macet. Ya, seperti sudah menjadi “makanan” setiap hari bagi warga Jakarta untuk menikmati kemacetan yang tersaji.
Baca Juga: Sebagai Kota Termacet di Dunia, DKI Jakarta Raih Posisi Ketiga!
Pagi, siang, sore, bahkan hingga malam hari kota ini selalu dihiasi oleh kilauan lampu kendaraan di jalanan. Langkah pemerintah daerah untuk menghadirkan moda berbasis massal seperti TransJakarta dan Commuter Line nampaknya belum cukup ampuh untuk mengurai kemacetan yang ada. Untuk kasus seperti TransJakarta yang memiliki jalurnya sendiri, ini malah disalahgunakan oleh banyak oknum yang nekat menerobos busway agar terhindar dari macet. Alhasil, jalur khusus TransJakarta pun jadi ikut macet karena banyaknya pelanggar tadi.
Beragam inisiatif untuk mengentaskan masalah ini sudah dicoba, namun belum ada yang benar-benar cocok. Inilah yang menjadi salah satu faktor pendukung PT MRT Jakarta (MRTJ) dalam menawarkan solusi untuk masalah pelik ini. Banyak pihak yang beranggapan bahwa kehadiran MRTJ dapat menjadi jalan keluar untuk problematika semacam ini, dengan berkaca pada negara tetangga, Singapura yang berhasil menerapkan sistem transportasi serupa dan berhasil untuk mengatasi kemacetan yang terjadi.
Setelah sebelumnya KabarPenumpang.com sudah membahas tentang Jakarta yang dinobatkan menjadi kota termacet ketiga di dunia, maka tidak lengkap rasanya jika tidak membahas tingkat kemacetan yang ada di dalam negeri. Seperti yang tertera di situs inrix.com dalam INRIX Global Traffic Scorecard, Jakarta menempati posisi pertama kota termacet di Indonesia. Oleh lembaga riset tersebut, disebutkan rata-rata ada 55 menit waktu warga Jakarta yang terbuang jika sudah terjebak macet di Ibu Kota.
Posisi kedua dipegang oleh Kota Kembang, Bandung. Tidak heran jika kota berjuluk Paris van Java ini meraih “medali perak” dalam deretan kota termacet di Indonesia, karena kota ini menjadi tujuan utama para pelancong jika akhir pekan mulai tiba. Musim libur juga menjadi waktu-waktu krusial bagi Bandung, karena secara otomatis, jalanan di sana akan dipenuhi oleh plat nomor selain D. Menurut INRIX, disebutkan rara-rata ada 42,7 menit waktu warga Bandung yang terbuang akiba kemacetan.
Baca Juga: Kendalikan Pikiran Anda, Cara Ampuh Atasi Dampak Stress dari Kemacetan
Dilanjutkan oleh Malang yang berada di posisi ketiga dengan waktu ekstra 39,3 menit jika terjebak macet. Tidak heran jika warga di sekitaran Malang berdatangan ke Kota Apel ini karena udaranya yang relatif lebih dingin. Lalu ada Yogyakarta yang bertengger di posisi empat dengan durasi tambahan 39,2 menit jika tengah terjebak macet. Dibuntuti oleh Medan (36,7 menit), Surabaya (32,3 menit), Semarang (32,1 menit), dan Denpasar (26,1 menit) di deretan selanjutnya.
Secara mengejutkan Bogor yang terkenal dengan macetnya ada di posisi kesembilan daftar kota termacet di Indonesia versi inrix.com tahun 2016, dengan durasi ekstra perjalanan 19 menit. Padahal, dibenak banyak orang sudah terpatri bahwa kota Bogor terkenal dengan angkotnya yang sering ngetem sembarang dan akhirnya membuat macet. Peran setiap orang untuk mulai membatasi penggunaan kendaraan pribadi sangatlah berpengaruh terhadap penurunan angka kemacetan yang terjadi di setiap daerah.