Cina bertekad memproduksi suku cadang mesin pesawat sendiri pada 2025 mendatang. Ini adalah bagian dari proyek “Made in China 2025” terkait pengembangan pesawat komersial pertama Negeri Tirai Bambu.
Baca juga: COMAC C919 Segera Beroperasi Komersial, Boeing-Airbus Ketar-ketir
Selain itu, meproduksi suku cadang mesin sendiri juga dimaksudkan agar Cina lebih mandiri dan tak terlalu bergantung pada Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Tujuan akhir dari semua itu, tentu saja agar Cina melalui China Commercial Aircraft Corporation of China (COMAC) bisa meruntuhkan duopoli Boeing-Airbus yang sudah berlangsung selama puluhan tahun.
Dilansir South China Morning Post, produksi suku cadang penting mesin pesawat oleh Cina akan dipusatkan di Lingang New Area, Shanghai.
Wilayah ini sebelumnya sudah berdiri pabrik perakitan akhir Tesla Gigafactory 3 dan akan terus didorong agar menjadi tonggak investasi tekonologi tinggi perusahaan asing. Dengan begitu, diharapkan, pada 2025 mendatang, teknologi dan rantai pasokan di sini bisa mendukung ambisi Cina memproduksi suku cadang penting mesin pesawat sendiri.
“Lingang New Area harus membangun ekosistem industri penerbangan sipil terbuka dan sistem inovasi kolaboratif internasional untuk mengembangkan dan menjamin pesawat besar dan mesin penerbangan sipil yang diproduksi di dalam negeri, dan mewujudkan kontrol independen atas teknologi inti dan key links dalam rantai pasokan,” kata Pemerintah Shanghai, mengutip perwakilan dari Industri Teknologi Tinggi dan Departemen Inovasi Sains dan Teknologi dari komite manajemen Lingang New Area.
Baca juga: Cina Pusing COMAC Masuk Daftar Hitam, Proyek Pesawat Komersial “Made in China 2025” Mangkrak
Kemandirian Cina di industri penerbangan global memang sudah dimulai dengan pengembangan pesawat narrowbody COMAC C919 dan pesawat widebody CR929. Pesawat COMAC C919 digadang sebagai pesawat Made in China dan selalu dibangga-banggakan pemerintah.
Bila tak ada aral melintang, akhir tahun ini C919 akan menjalani uji sertifikasi regulator penerbangan sipil Cina dan bila lolos, bisa segera beroperasi di pasar domestik.
Adapun pesawat CR929 menggandeng Rusia dengan mendirikan perusahaan patungan China-Russia Commercial Aircraft International Corporation (CRAIC). Dalam perhelatan Zhuhai AirShow 2018, CRAIC sempat memamerkan CR929 dan sesumbar bakal menerbangkan prototipe pesawat tersebut pada tahun 2023.
Cina sangat berambisi merusak duopoli Airbus dan Boeing sebagai raksasa produsen pesawat global. Menurut para pakar, dari tiga syarat menuju ke sana, Cina sudah menguasai satu di antaranya, yakni terkait pendanaan.
Menurut statista.com sumber pendanaan utama di pasar penyewaan pesawat ialah melalui pasar modal dan hutang bank.
Pendanaan juga dapat diperoleh dengan menggunakan uang tunai atau kredit ekspor. Saat ini, Cina adalah salah satu sumber utama hutang bank komersial terbesar di dunia yang digunakan untuk penyewaan pesawat. Pada 2019, Cina menyumbang 24 persen dari hutang bank di pasar penyewaan pesawat.
Baca juga: Warning Buat AS-Eropa, Pabrikan Cina COMAC ARJ21 Lulus Uji Terbang di Bandara Tertinggi di Dunia
Akan tetapi, syarat lainnya untuk bisa merusak hegemoni Boeing-Airbus, yakni teknologi, belum dikuasai Cina. Karenanya, meski Cina bernafsu untuk memproduksi suku cadang penting mesin pesawat sendiri, tetap saja, komponen pesawat lainnya masih mengandalkan negara lain, jauh dari kata mandiri.
Laporan NTD News, Kennedy pernah mengatakan bahwa pesawat COMAC C919 hanya namanya saja Made in China. Sebab, nyaris seluruh komponen yang membuatnya terbang berasal dari rantai pasokan di Barat, khususnya Amerika Serikat (AS).
Mesin C919, misalnya, memakai produk CFM Internasional dan General Electric, perusahaan patungan AS-Perancis.
Sistem avionik, landing gear, dan flight control diproduksi oleh Honeywell serta sistem komunikasi dan navigasi diproduksi oleh Rockwell Collins. Keduanya merupakan perusahaan asal AS. Secara keseluruhan, perusahaan AS memasok seperlima komponen pesawat COMAC C919.
Sedangkan perusahaan-perusahaan Eropa memasok sekitar sepertiga komponen ke pesawat itu; termasuk juga ke pesawat “Made in China” lainnya, COMAC ARJ21. Adapun sisanya dipasok oleh 14 perusahaan Cina, dengan tujuh di antaranya merupakan perusahaan patungan.
Baca juga: Head to Head COMAC C919 ‘Made in China’ Vs Airbus A320neo, Siapa Unggul?
Arogansi Cina juga membuat negara lain ‘pelit’ berbagi teknologi. Dilansir Epoch Times, Jepang menggandeng empat negara Barat, yakni Jerman, Belanda, Inggris, dan AS agar tak mentransfer empat teknologi utama ke Cina, meliputi artificial intelligence (AI), quantum computers, biotechnology, dan hypersonic speed.
Blokade dua dari empat teknologi itu, AI dan komputer quantum, dinilai dapat memperlambat proyek COMAC C919 dan CR929.