Monday, May 13, 2024
HomeHot NewsSejarah Pesawat Airbus A300, Dari Proses Penamaan Hingga Sumbangsih Dirut Garuda Indonesia

Sejarah Pesawat Airbus A300, Dari Proses Penamaan Hingga Sumbangsih Dirut Garuda Indonesia

Di artikel sebelumnya, redaksi KabarPenumpang.com telah mengupas tuntas mengapa pesawat-pesawat keluaran Airbus dimulai dengan huruf “A”. Tak hanya itu, kami juga mengupas sejarah penamaan pesawat Airbus, mulai dari A300, A310, A320, A330, A340, A350, hingga A380; termasuk di dalamnya membahas mengapa Airbus melewati A360 dan A370 dari urutan pesawat keluarannya.

Baca juga: Mengapa Pesawat Buatan Airbus Selalu Dimulai dengan Huruf ‘A’? Berikut Penjelasannya

Menariknya, dari seluruh pesawat keluaran Airbus –sebagaimana disebutkan di atas- hanya pesawat widebody pertama mereka saja, A300, yang tak sesuai dengan filosofi dasar penamaan pesawat, dimana angka dua digit terakhir mewakili kapasitas pesawat.

Bila mengacu pada filosofi itu, seharusnya, pesawat tersebut memiliki daya tampung sebanyak 300 orang. Nyatanya, pesawat yang sudah diproduksi lebih dari 560 unit ini hanya mampu menampung sebanyak 250 orang saja. Mengapa demikian?

Jawaban dari pertanyaan di atas setidaknya bisa dimulai dengan flashback ke bulan Mei 1969. Simple Flying mencatat, kala itu, Airbus galau karena keinginan mereka untuk membuat pesawat widebody mesin ganda pertama di dunia dengan daya tampung sebanyak 300 orang ditolak oleh Rolls Royce.

Perusahaan yang memproduksi mesin pesawat ini mengaku kewalahan untuk melakukan pengembangan mesin dengan daya angkut sebanyak itu. Ditambah, perusahaan asal Inggris ini tengah mendapat banyak pesanan dari maskapai Amerika Serikat (AS). Padahal, Airbus cukup tertantang untuk merealisasikannya, mengingat saat itu, mayoritas pesawat widebody kompetitor dibekali dengan empat atau tiga mesin, seperti Boeing 707 dan Lockheed L-1011 TriStar.

Sempat galau, Airbus pun putar otak. Setelah mengkaji ulang, mereka pun menemukan fakta bahwa banyak maskapai yang menginginkan daya tampung sebesar itu. Dimensi pesawat akhirnya pun direvisi menjadi lebih pendek 5,62 meter dan hanya membawa 260 penumpang. Dengan daya tampung sebesar itu, Airbus bisa dengan mudah memilih mesin-mesin pesawat yang sudah ada, seperti RB211, Pratt dan Whitney JT9 atau General Electric CF6.

Akan tetapi, kegalauan Airbus belum berakhir. Jika sesuai dengan filosofi, itu berarti pesawat widebody dengan mesin ganda pertama di dunia ini harusnya menjadi Airbus A250. Namun, penamaan tersebut dinilai kurang terdengar pas di telinga. Akhirnya pesawat tetap disebut A300B. Tambahan “B” menandakan bahwa pesawat itu merupakan bentuk atau prototipe kedua dari desain awal (prototipe pertama).

Desain pesawat revisi satu (Airbus A300B) rampung, Airbus tak lantas bergerak maju. Mereka harus kembali berkutat dengan pesawat yang mulai mengudara untuk pertama kalinya pada 28 Oktober 1972 ini setelah Air France menyebut pesawat terlalu kecil dan menginginkan kapasitas hingga 270 orang. Airbus pun menurutinya dan pesawat prototipe ketiga itu disebut Airbus A300B1.

Baca juga: Ada Kisah Antara Wiweko Soepono dan Airbus A300B4 Garuda Indonesia

Selain menjadi pelopor pesawat widebody twin engine di dunia, Airbus A300 (tepatnya prototipe ke-enam/Airbus A300B4) juga merupakan pelopor dari sistem FFCC (Forward Facing Crew Cockpit) atau two-man cockpit crew (pilot dan co-pilot) yang diterapkan hingga detik ini. Sebelumnya, ruang kokpit diisi oleh tiga orang, yaitu pilot, co-pilot, dan flight engineer.

Menariknya, FFCC ini merupakan salah satu ide Direktur Utama Garuda Indonesia kala itu, Wiweko Soepono. Tak ayal, atas usulan berpengaruh itu ia pun dijuluki bapak two-man Forward Facing Crew Cockpit atau bapak pencetus kokpit dua awak (crew). Luas biasa, bukan?

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru