Seolah menjadi jantung dari Indonesia, semua yang Anda butuhkan dapat ditemui di Pulau Jawa, tidak terkecuali kelengkapan jaringan transportasinya. Nah, salah satu moda transportasi yang sudah melegenda dan memiliki penggemar fanatiknya sendiri adalah kereta api. Dibangun sejak jaman Belanda, si ular besi yang kini dikelola oleh PT KAI ini masih kokoh – bahkan menjadi sangat maju belakangan ini – mengantarkan setiap penumpangnya menuju berbagai daerah, baik di dalam maupun keluar propinsi.
Baca Juga: “Tanggung,” Stasiun Kedua Tertua di Indonesia, Masih Beroperasi dan Jadi Cagar Budaya
Dilansir KabarPenumpang.com dari sejumlah laman sumber, kehadiran pertama kereta api di Indonesia dimulai sejak masa penjajahan Belanda yang terkenal dengan Sistem Tanam Paksanya. Jumat, 10 Februari 1870, Desa Kemijen Jawa Tengah menjadi saksi bisu pembangunan pertama jaringan kereta api di Indonesia.
Pembangunan ini sendiri diprakarsai oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes. Adapun jalur kereta yang pertama kali dibangun adalah dari Kemijen menuju Desa Tanggung yang ada di Tulungagung dengan total jarak 26km dan lebar sepur 1435mm. Tiga tahun berselang setelah pembangunan pertama, jalur tersebut pun rampung dan menjadi titik awal dari keberhasilan PT KAI dalam melayani setiap penumpangnya saat ini.
Keberhasilan pihak swasta tersebut lalu berbuntut pada permintaan sejumlah daerah lain yang juga ingin memasang jalur kereta api. Permintaan tersebut semakin marak manakala NIS berhasil menghubungkan Semarang – Surakarta yang terpaku jarak sekitar 110km. Wajar saja jika pertumbuhan jalur kereta api terhitung sejak 1864 hingga 1900 sangatlah masif.
Dapat Anda bayangkan sendiri, pada tahun 1867 jalur kereta yang tersedia baru 26km, lalu pada tahun 1880 bertumbuh menjadi 405km, tahun 1890 menjadi 1.427km, dan jalur kereta yang tersedia pada tahun 1900 naik pesat ke angka 3.338km! Sangat-sangat signifikan.
Pada rentan 36 tahun pengadaan jaringan kereta di Pulau Jawa, pembangunannya sendiri sebenarnya dapat dibagi ke dalam tiga tahap. Terhitung hingga tahun 1888, jaringan rel yang terbangun lebih berfokus di daerah barat dan tengah Jawa – diantaranya, Batavia – Buittenzorg (Bogor) – Sukabumi – Bandung – Cicalengka ; Batavia – Tanjung Priok dan Batavia – Bekasi ; Solo – Purwodadi – Semarang dan Semarang – Rembang ; Tegal – Balapulang.
Baca Juga: Kereta Pustaka Indonesia – Cerdaskan Bangsa di Usianya yang Senja
Sementara pada 1899, jaringan rel kereta yang sudah ada mencakup, Jogja – Cilacap ; Surabaya – Pasuruan – Malang ; Madiun – Solo ; Bekasi – Karawang ; Jogja – Magelang, dan masih banyak daerah lainnya yang didominasi oleh sebelah Timur Jawa.
Jangan dilupakan, hadirnya jaringan kereta api yang hebat dewasa ini tidak lepas dari perjuangan para pahlawan yang tergabung di dalam Djawatan Kereta Api Republik Indonesia.