Bagi kalian yang pernah naik kereta api di jalur selatan pasti kenal dengan stasiun kecil yang satu ini. Stasiun ini pun terkenal dengan ketinggiannya dan masih aktif hingga saat ini. Ya, Stasiun Nagreg merupakan stasiun kelas III yang masih aktif dilewati kereta api dari arah Bandung mapun Jakarta maupun dari arah Surabaya. Banyaknya kereta api yang melintas, namun hanya beberapa kereta api yang berhenti di stasiun berketinggian + 848 meter ini.

Kereta api yang berhenti di Stasiun Nagreg biasanya hanya menunggu peegantian jalur dari petak Stasiun Cicalengka maupun Stasiun Lebak Jero. Sangat dimaklumi, di jalur tersebut hanya memiliki satu jalur juga mengingat daerahnya yang menanjak dan menurun. Tak hanya itu, ada beberapa fakta lainnya mengenai Stasiun Nagreg yang belum kalian ketahui, sebagai berikut:
• Hanya Melayani Satu Kereta Api
Ya, meski stasiun kecil, namun penumpang yang naik dan turun kereta api disini cukup banyak. Tak lain dan tak bukan adalah Kereta Commuter Garut yang melayani penumpang di Stasiun Nagreg. Meskipun terbilang stasiun kecil, namun lokasinya sangat strategis karena berdekatan dengan jalan raya yang menghubungkan Bandung – Garut/Tasikmalaya. Untuk beberapa kereta api memang ada yang berhenti di Stasiun Nagreg, namun hanya pergantian jalur saja dan bukan untuk melayani naik dan turun penumpang.
• Stasiun Berusia 135 Tahun
Stasiun Nagreg mulai beroperasi sejak 1890, seperti dikutip dari Pesona Indonesia. Itu berarti, stasiun tertinggi di Indonesia ini sudah beroperasi selama 135 tahun. Meskipun sudah berusia ratusan tahun, bangunan Stasiun Nagreg masih kokoh berdiri lantaran sudah direnovasi beberapa kali. Tak hanya bangunan, untuk persinyalan masih mekanik menggunakan kabel baja dari arah sinyal lengan maupun wesel menuju stasiun yang dikendalikan tuas jadul yang berada di ruangan Pemimpin Perjalanan Kereta Api (PPKA).
• Dekat Situs Bersejarah
Fakta menarik Stasiun Nagreg selanjutnya adalah terdapat situs peninggalan bersejarah, yakni Situs Batu Kendan. Situs yang berdiri di atas perbukitan batu cadas ini, diyakini merupakan asal Kerajaan Kendan. Pusat Kerajaan Kendan berada di Desa Nagreg Kendan dan Desa Citaman, Kecamatan Nagreg, Bandung.
Mengutip dari laman resmi Pemerintah Desa Kendan, Kerajaan Kendan adalah salah satu kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang berdiri di Tatar Sunda. Kerajaan ini didirikan oleh Resiguru Manikmaya pada 536 Masehi. Nama Kendan berasal dari kata kenan, yaitu sejenis batuan cadas, berongga, dan di dalamnya mengandung kaca berwarna hitam. Batuan ini juga biasa disebut dengan nama batu obsidian.