Tak ada kata menyerah untuk mewujudkan cita-cita, mungkin itulah kalimat yang cocok untuk menggambarkan perjuangan saudara kembar asal Palestina, Atallah dan Khamis al-Sairafi. Setelah memupuk mimpi memodifikasi pesawat Boeing 707 menjadi restoran selama lebih dari 20 tahun, tak lama lagi mimpi itu akhirnya bisa diraih.
Baca juga: Inilah Space Shuttle Café, Food Truck Bertema Pesawat Luar Angkasa
Dilansir dari Times of Israel, lansia berusia 60 tahun itu diketahui pertama kali membeli pesawat tersebut pada tahun 1999. Saudara kembar ini disebut merogoh kocek sebesar US$100 ribu tanpa mesin untuk membawa pulang pesawat buatan 1980-an tersebut dari Kiryat Shmona, Israel utara ke Tepi Barat, Palestina.
Namun, karena rumitnya birokrasi dan proses pemindahan, saudara kembar Atallah dan Khamis al-Sairafi terpaksa merogoh kocek tambahan sebesar US$20 ribu. Namun itu sebanding dengan effort yang dikeluarkan, seperti mengangkutnya ke atas truk, menutup akses jalan agar memudahkan proses pemindahan, mengkoordinir petugas keamanan, dan lain sebagainya.
Usai tiba di Tepi Barat, si kembar asal Palestina ini berencana mengubahnya menjadi restoran dan membukanya untuk publik mulai tahun 2020. Tetapi, apa yang terjadi? Mimpi itu rusak akibat pecahnya Intifada kedua.
Lama mangkrak, si kembar pun kembali melajutkan proyek menyulap pesawat Boeing 707 tersebut menjadi restoran sejak dua tahun lalu. Tetapi, tak lama setelah dimulai, virus Corona pun mewabah ke seluruh dunia, membuatnya terpaksa kembali menunda.
“Peristiwa di wilayah Palestina pada waktu itu menghambat penyelesaian proyek kami, dan kami berpikir untuk menghidupkannya kembali dua tahun lalu, tetapi pandemi virus Corona juga menghalangi kami untuk melakukannya,” kata Khamis.
Kini, setelah melalui proses panjang, proyek tersebut nyaris rampung. Renovasinya sendiri bisa dibilang cukup sederhana. Bagian kursi, kompartemen bagasi, AC central, bahkan lampu kabin seluruhnya dicopot. Si kembar asal Palestina ini kemudian memasang AC portabel, lampu, dan alas untuk lantai restoran Boeing 707-nya.
Untuk kokpit, tentu avionics-nya sudah tiada, tetapi bentuknya masih dipertahankan dengan sedikit sentuhan. Kokpit ini nantinya bukan hendak ditempatkan meja dan kursi untuk para tamu menikmati hidangan di sini, melainkan untuk disewakan sebagai tempat akad nikah.
Dari segi eksteriornya, si kembar Palestina membuatnya jadi serba putih dengan kombinasi hijau tua dan merah keoranye-oranyean di bagian kepala pesawat.
Bila tak ada aral melintang, dalam waktu dekat, restoran bekas pesawat Boeing 707 karya si kembar ini akan mulai melayani pengunjung. Di awal-awal, restoran hanya akan menjual kopi sambil menghisap shisha.
Baca juga: Rongsokan Pesawat Disulap Jadi Mobil RV Seharga Rp400 Jutaan, Modifikasi Butuh 36 Tahun
Karena restoran dengan konsep serupa belum ada, keduanya yakin restoran yang diberi nama The Palestinian-Jordanian Airline Restaurant and Coffee Shop Al-Sairafi Nablus tersebut akan laris diserbu pengunjung.
Tetapi, itu bukan tanpa tantangan. Restoran tersebut diketahui berada di dekat tempat pembuangan akhir sampah dan sering kali menimbulkan bau tak sedap. Tetapi, si kembar Atallah dan Khamis al-Sairafi sudah membujuk otoritas setempat untuk memindahkannya. Kita tunggu saja bagaimana kelanjutannya.