Uji coba yang dilakukan oleh tim dari Balai Yasa Surabaya Gubeng mengenai kereta api (KA) pedagang dan petani akhirnya akan dioperasikan untuk masyarakat. Rangkaian yang digadang-gadang untuk masyarakat yang pekerja sebagai pedagang maupun petani ini nantinya bisa menikmati dengan rute yang ditentukan.
Diketahui bahwa PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) akan menghidupkan tradisi lama kereta pasar yang pernah hadir sejak masa kolonial hingga era PJKA. Layanan Kereta khusus petani dan pedagang ini dihadirkan bukan hanya sebagai sarana transportasi hasil bumi, tetapi juga untuk melestarikan budaya kereta api yang menjadi denyut nadi ekonomi rakyat.
Tentu dalam dioperasikannya rangkaian khusus ini KAI akan mengusahakan agar kereta petani dan pedagang ini bisa menggunakan skema tarif dari subsidi pemerintah alias Public Service Obligation (PSO). Hal ini agar memberikan tarif yang murah kepada penumpang.
Kereta pedagang dan petani ini merupakan rangkaian kelas ekonomi. Seperti diketahui bahwa kelas ekonomi terutama tarif subsidi maupun angkutan lokal untuk posisi kursi berhadap – hadapan. Namun, Kereta khusus ini dimodifikasi dengan mengurangi jumlah kursi dari 106 menjadi 73, pintu diperlebar, serta ruang tengah dibuat lebih lega untuk mengangkut hasil panen.
Inovasi KAI Membuat Kereta Petani dan Pedagang, Ternyata Miliki Sejarah Panjang
Menurut kabar dari berbagai sumber, Rencananya, armada ini mulai beroperasi pada 28 September 2025. Langkah ini menandai upaya KAI memperluas jangkauan layanan, bukan hanya bagi penumpang reguler, tetapi juga kelompok masyarakat kecil yang selama ini kerap mengandalkan transportasi darat murah untuk mengangkut barang dagangan.
Kabar mengenai rute mana yang akan dioperasi rangkaian tersebut, masih belum diinformasikan oleh pihak KAI. Namun yang pasti pengoperasian rangkaian tersebut akan dilakukan bersamaan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) KAI yang ke-80. Kereta khusus pedagang dan petani ini pun bisa menjadi inovasi transportasi publik yang punya dampak sosial besar.
Sebelumnya, Kereta khusus berbasis kereta ekonomi (K3) ini memiliki desain lebih leluasa dan efisien. Sempat juga dilakukan uji coba statis pada 14–15 Agustus 2025 lalu di Balai Yasa Surabaya Gubeng, disusul uji dinamis di lintas Surabaya Gubeng–Lamongan.
Jika sudah terealisasi, terutama masyarakat di kawasan sentra produksi pangan seperti Jawa Timur dan Jawa Tengah, tentu menanti realisasi layanan ini. Harapannya paling sederhananya adalah perjalanan lebih murah, nyaman, dan hasil bumi sampai ke pasar dengan harga tetap bersaing.
Tak hanya itu, peluncuran kereta khusus pedagang dan petani ini menjadi sinyal bahwa transportasi publik di Indonesia mulai menaruh perhatian pada mereka yang selama ini justru menjadi tulang punggung ekonomi rakyat.
