Keselamatan dalam berkendara memang selalu menjadi poin penting yang tidak pernah luput dari perhatian banyak kalangan. Dari waktu ke waktu, selalu ada saja perkembangan untuk meningkatkan keselamatan dalam berkendara, baik itu dari segi pelakon maupun dari segi pengawas perjalanan seperti Air Traffic Controller di dunia aviasi. Kali ini ada satu inovasi yang dipercaya dapat menunjang kinerja pilot selama mengudara, yakni pengembangan konsep realitas tertambah atau Augmented Reality (AR) di earcup (headset).
Baca Juga: Identifikasi Kebutuhan Penumpang, Awak Kabin Air New Zealand Adopsi Augmented Reality
Sebagaimana yang dihimpun KabarPenumpang.com dari laman aopa.org (28/11/2017), headset ini dapat bergetar jikalau pilot melakukan suatu kelalaian. “Memakai headset ini akan terasa seperti Anda terbang dengan pilot lain yang akan menegur jika terjadi sesuatu yang tidak beres, seperti terbang di ketinggian yang tidak sesuai atau pilot yang sudah mulai mengantuk,” ujar Nick Wilson, seorang asisten professor di University of North Dakota (UND).
“Selama pilot sudah memakai headset, mengapa tidak menggunakannya sebagai sebuah instrument yang menunjang keamanan dalam bertugas? Teknologi ini bekerja bersamaan dengan lansiran pendengaran dan visual yang sudah biasa bagi kebanyakan pilot,” imbuh Wilson seraya mengutarakan teori yang berhasil ia simpulkan. Pengadaan inovasi ini merupakan tindak lanjut dari kejenuhan seorang pilot dalam bertugas, sehingga bisa meminimalisir kecelakaan yang disebabkan oleh faktor human error.
Lebih lanjut, Nick mengatakan bahwa perangkat ini akan sangat membantu para pilot yang mengalami keterbatasan referensi visual, seperti terbang di malam hari atau dalam kondisi cuaca yang buruk. Tidak hanya itu, headset inovatif ini juga dilengkapi dengan elektrokardiogram dan beberapa sensor lain yang dapat memantau fungsi jantung serta kognitif sang pengendali pesawat.
Instumen eksternal lainnya yang juga terpasang di headset ini mencakup accelerometer, altimeter, dan perangkat lainnya. Kombinasi dari beberapa instrumen tersebut memungkinkan pembacaan yang akurat terhadap orientasi ruang terbang pesawat, dan sang pilot dapat menerima beberapa informasi dari instrumen tersebut. Teknologi taktil dan pemantauan fisiologis yang sama dapat disesuaikan untuk mengingatkan pilot yang mengalami kekurangan saturasi oksigen yang dikenal sebagai hipoksia.
“Sama seperti Anda akan menggunakan mode ketinggian pada autopilot, sebuah sensor mencatat ketinggian barometrik. Ketika pilot menyimpang dari ketinggian yang diinginkan pun, alat ini dengan cepat akan memberikan sinyal kepada sang juru kemudi,” terangnya.
Baca Juga: Inilah Para Pengguna Augmented Reality di Industri Dirgantara
Di sini, kode suara akan menjadi penanda apakah pesawat sudah berada di ketinggian yang tepat atau belum. Nada beep rendah yang ditimbulkan mengindikasikan bahwa pilot harus menaikkan ketinggian jelajahnya, begitupun sebaliknya, jika nada beep tinggi, maka pilot harus menurunkan ketinggian jelajahnya.
Saat ini, tim mahasiswa penerbangan dan teknik tengah bekerja sama untuk menguji prototipe Smartsealz – nama headset tersebut – di kokpit pesawat terbang umum. Wilson sendiri mengaku bahwa saat ini, peneliti UND tengah berkolaborasi dengan beberapa raksasa kedirgantaraan global untuk menyempurnakan produk inovatif tersebut.