Saturday, June 14, 2025
HomeDaratStasiun Cirebon, Bernilai Strategis dan Menyandang Bangunan Cagar Budaya

Stasiun Cirebon, Bernilai Strategis dan Menyandang Bangunan Cagar Budaya

Tak seberapa jauh dari lokasi Keraton Kasepuhan, masih di pusat kota Cirebon ada obyek lain yang bernilai sejarah, bahkan telah masuk kategori sebagai cagar budaya. Inilah Stasiun Cirebon yang berada di Jalan Siliwangi, kelurahan Kebonbaru, Kejaksan, Cirebon. Berada di kawasan Pantai Utara Jawa (Pantura), stasiun ini memang hanya berada di ketinggian +4 meter di atas permukaan laut. Stasiun ini juga sering disebut dengan stasiun Kejaksan dan terletak di Daerah Operasional (Daop) III Cirebon.

Baca juga: Stasiun Sukabumi, Tak Jadi Dipindah dan Tetap Berada di Pusat Kota

KabarPenumpang.com merangkum dari berbagai sumber, mendapatkan fakta saat ini stasiun Cirebon ditetapkan sebagai Bangunan Stasiun Cagar Budaya sejak 2010 lalu oleh Menteri Budaya dan Pariwisata. Stasiun ini merupakan stasiun terbesar yang berada dalam pengelolaan PT Kereta Api Indonesia (KAI) tepatnya di bawah naungan Daop III Cirebon.

Memiliki tujuh jalur dan dilengkapi dengan dipo lokomotif serta dipo kereta di sebelah timur laut kompleks stasiun. Stasiun Cirebon memiliki letak strategis dimana tidak jauh dari persimpangan dua jalur yang menuju Purwokerto-Kroya dan jalur utara ke arah Semarang.

Sebagai stasiun besar, stasiun Cirebon menjadi perhentian kereta api eksekutif baik dari jalur utara maupun selatan. Sedangkan untuk kereta kelas ekonomi dan bisnis berhenti di stasiun Cirebon Prujakan.

Stasiun Cirebon masa lalu

Tahun 2011 stasiun Cirebon direnovasi dengan meninggikan peron stasiun dan menambah jalur serta fasilitas yang ada. Stasiun Cirebon di desain oleh arsitek belanda Pieter Adriaan Jacobus Moojen dan diresmikan pada 3 Juni 1912 silam bersamaan dibukannya lintasan Cikampek-Cirebon sejauh 137 km oleh Staatspoorwegen (SS).

Sedangkan dipo yang ada di stasiun Cirebon ini dibangun tahun 1913 dan didalamnya masih tersimpan lokomotif diesel pertama buatan General Electric tahun 1953 yang sering disebut Loko Sepur Gajah. Gaya arsitektur bangunan ini merupakan perpaduan ciri arsitektur lokal dengan aliran seni Art Deco yang merupakan ciri khas bangunan batu dan berasal dari periode 1900-1920.

Tampak bangunan stasiun ini sendiri yang cukup menonjol adalah susunan simetris gedung. Bila dilihat sekilas, siluet bangunan terdiri dari dua menara dengan atap berbentuk piramida yang mengapit bagian atas bangunan utama.

Zaman kolonial, pelayanan penumpang dan barang, masih dalam satu stasiun Cirebon, hanya saja dipisahkan dengan dua loket dimana bagian kiri untuk penumpang dan kanan bagasi. Hal ini yang membuat bagian depan dua menara tertulis KAARTJES atau karcis di sebelah kiri dan BAGAGE atau bagasi disebelah kanan.

Namun kini, di kedua menara tersebut bertuliskan CIREBON, sebab tahun 1984 gedung stasiun ini dicat putih dan tahun 2011 stasiun Cirebon direnovasi. Pada renovasi tersebut peron ditinggikan, jalur ditambah dan fasilitas yang ada diperbaharui.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru