Saturday, March 30, 2024
HomeDaratStasiun Maguwo Lama - Pernah Jadi 'Saksi' Agresi Militer Belanda ke II...

Stasiun Maguwo Lama – Pernah Jadi ‘Saksi’ Agresi Militer Belanda ke II di Yogyakarta

Stasiun Maguwo Lama mulai beroperasi tahun 1872 setelah jalan rel relasi Kalten – Lempuyangan sepanjang 30 km dibuka oleh perusahaan kereta api swasta Nederlandsch Indische Spoorweg maatschappij atau NIS. Jalur tersebut merupakan bagian dari jalur kereta realsi Solo – Yogyakarta.

Baca juga: Menjadi Saksi Sejarah Perang Kemerdekaan, Stasiun Rangkasbitung juga Sebagai Tombak Perekonomian

Stasiun Maguwo Lama terletak di dusun Kembang Baru, desa Maguwoharjo, kecamatan Depok, kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bangunan pertama dari stasiun pernah dibongkar tahun 1930 dan dan kemudian dibangun kembali menjadi bangunan baru yang bisa dilihat hingga saat ini.

Stasiun Maguwo Lama masa lampau (genpijogja.com)

Bangunan stasiun berbentuk persegi panjang dengan empat ruang yakni PPKA (pimpinan perjalan kereta api), kepala stasiun yang menjadi satu dengan loket tiket, dapur dan ruang tunggu penumpang. Bangunan stasiun yang terbuat dari kayu sebagian besar masih asli. Dinding stasiun Maguwo terbuat dari papan kayu dengan tiang-tiang yang juga terbuat dari kayu.

Pada tiang-tiang persegi terdapat hiasan-hiasan geometris dan ukiran sulur kerawang. Meski begitu, Stasiun Maguwo Lama merupakan satu-satunya stasiun kereta yang memiliki konstruksi kayu di lintas Yogyakarta hingga ke Solo.

Bahkan Stasiun Maguwo Lama ternyata juga menjadi saksi sejarah peristiwa agresi militer II Belanda ke Yogyakarta tahun 1949 silam. Stasiun Maguwo Lama kala itu sebagai pengangkutan pasukan tentara Belanda setelah terjun payung dari landasan bandara Maguwo yang kini dikenal sebagai Bandara Adisucipto.

Tak hanya itu, Stasiun Maguwo Lama juga dulunya ketika masih aktif melayani bongkar muat pupuk Sriwijaya ke gudang pupuk dan melayani angkutan ketel untuk memasok vaktur ke Bandara Adisucipto. Kemudian seiring selesaiya pembangunan jalan rel ganda relasi Solo – Yogyakarta, maka Stasiun Maguwo baru mulai dioperasikan tahun 2008 yang terintegrasi dengan Bandara Adisucipto.

Letak stasiun baru ini hanya 300 meter dari Stasiun Maguwo lama yang kini sudah nonaktif. Kini Stasiun Maguwo Lama masuk dalam salah satu bangunan cagar budaya dan tahun 2010 Pusat Pelestarian Benda dna Bangunan PT Kereta Api Indonesia (KAI) melakukan perawatan dengan memperbaharui warna cat agar terlihat lebih bersih dan rapi.

Baca juga: Jejak Sejarah Stasiun Muntilan, Kini Berubah Jadi Terminal Bus Prajitno

Selain itu PT KAI juga berencana menghidupkan kembali agar bermanfaat bagi masyarakat dengan menjadikannya galeri dan taman bacaan. Ini pun dilakukan melalui kerja sama degan PT Mustika Ratu Tbk, Pusat Studi dan Konservasi – Universitas Gadjah Mada serta Railfans Yogyakarta.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru