Friday, November 7, 2025
HomeAnalisa AngkutanStasiun Purwosari: Saksi Sejarah Pertemuan Jalur Trem Kuda Menuju Boyolali

Stasiun Purwosari: Saksi Sejarah Pertemuan Jalur Trem Kuda Menuju Boyolali

Stasiun kereta api (KA) di wilayah Daerah Operasi (Daop) 6 Yogyakarta rasanya tak pernah habis akan sejarah. Ya, ada stasiun di wilayah tersebut yang cukup unik dan juga merupakan jalur percabangan menuju kawasan Boyolali, Jawa Tengah. Stasiun ini adalah Purwosari yang berada antara petak Stasiun Solo Balapan dengan Stasiun Gawok.

Selain tempat naik dan turun penumpang dengan disinggahi banyaknya KA, Stasiun Purwosari pastinya memiliki sejarah yang melegenda. Bangunan serta arsitektur yang mencerminkan gaya khas sejak jaman Kolonial Belanda ini, mampu menarik daya tarik masyarakat akan ukiran dan ornamen yang masih terlihat keasliannya.

Stasiun Purwosari juga digadang-gadang termasuk ‘stasiun pulau’ yang sangat mirip dengan Stasiun Kedungjati dan Ambarawa. Konstruksinya dari besi yang menopang atap dengan penutup seng gelombang. Kemudian di bagian tengah terdapat ruang-ruang pelayanan stasiun dan ruang-ruang tunggu dengan peron di kedua sisinya.

Disebutkan bahwa Stasiun Purwosari juga menjadi stasiun kedua setelah Stasiun Solo Balapan yang dibangun Nederlandsch-Indische Maatschappij (NISM) di Solo pada akhir abad ke-19. Stasiun ini dilintasi kereta rute Semarang-Vorstenlanden, Yogyakarta-Solo-Surabaya, dan sebaliknya.

Stasiun Purwosari juga jadi perlintasan/pertemuan jalur Boyolali-Solo-Wonogiri yang diprakarsai perusahaan swasta kereta api Solosche Tramweg Maatschappij (STM) pada awal abad ke-20. Sejarah mencatat Stasiun Purwosari juga menjadi terminal trem dalam kota.

Wajah Stasiun Trem Boyolali. (Foto: Dok. malayanrailways.com)

Fakta sejarah bahwa Stasiun Purwosari Solo menjadi terminal trem juga diungkapkan laman heritage.kai.id. Pada awalnya, STM menggunakan tenaga kuda sebagai penarik trem. Terdapat sambungan jalur trem menuju Boyolali milik perusahaan trem swasta, Solosche Tramweg Maatschappij [STM] yang dibuka untuk umum tahun 1897.

Selain itu, terdapat jalur trem menuju Wonogiri milik NISM yang diresmikan pada 1922 melewati Stasiun Solo Kota. Trem kuda yang dioperasikan STM melayani jalur sepanjang sepanjang 27 km dari Solo Jebres-Stasiun Purwosari-Boyolali.

Lokasi pemberhentiannya di dekat Warung Pelem, Pasar Gede, dan Benteng Vastenburg. Namun sayangnya trem kuda ini tidak bertahan lama. Pada 1899, banyak unit kuda STM yang terjangkit penyakit. STM lalu menjalin kontrak kerja sama dengan NISM dan diakuisisi oleh NISM pada 1 Januari 1911.

Bangunan Stasiun Purwosari yang ada sekarang selesai dibangun pada 1912. Kini Stasiun Purwosari masih terus melayani KA dari arah Surabaya maupun dari arah Bandung dan Jakarta.

Keunggulan lainnya adalah stasiun ini menjadi jalur percabangan KA menuju Stasiun Wonogiri di mana jalur kereta apinya sangat langka dan ikonik di Indonesia karena berdampingan dengan moda transportasi lain di tengah kota.

Ini Dia Alasan Kenapa Singkatan Stasiun Solo Jebres Adalah “SK” Bukan “SJ”

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru