Nama-nama kereta api di Indonesia tentu berasal dari nama pegunungan, sungai, kerajaan, tokoh pewayangan, dan bahkan diambil dari singkatan. Tentu kalian sudah mengenal bahkan menghafal kereta api apa yang sering dinaiki dengan destinasi favorit di Jawa dan Sumatera.
Selain itu, dari asal muasal nama-nama kereta api yang disebutkan tadi, ternyata ada pergantian nama kereta yang terdahulu. Tak hanya nama orang yang berganti nama, kereta api pun berganti nama namun rutenya tak jauh berbeda. Kali ini kabarpenumpang akan merangkum daftar nama-nama kereta api yang pernah berganti nama, sebagai berikut:
1. KA Harina sebelumnya sebagai KA Mahesa
Sebagai kita tahu bahwa KA Harina saat ini melayani perjalanan dari Bandung menuju Surabaya Pasar Turi pp. KA yang digadang-gadang satu-satunya dengan rute via Semarang ini memiliki okupansi penumpang cukup ramai. Bicara soal nama kereta api terdahulunya adalah KA Mahesa, pada 1 Juli 1998, Perumka meluncurkan layanan rute KA Bandung-Semarang via Kroya-Purwokerto ( tidak melewati Cikampek).
Namun sayangnya, okupansi KA ini tidak terlalu bagus. Akibat rute yang memutar sehingga waktu perjalanannya menjadi cukup lama. Perjalanan KA Mahesa akhirnya dihapus pada tahun 2000 dan digantikan dengan KA Harina pada 20 Mei 2003 dengan rute saat ini Bandung-Surabaya Pasarturi via Semarang.
2. KA Lodaya sebelumnya sebagai KA Fajar Pajajaran dan KA Senja Mataram
KA Fajar Pajajaran dan Senja Mataram yang mulai beroperasi pada 11 Maret 1992, melayani lintas Bandung-Yogyakarta. KA Fajar Pajajaran dari Bandung memiliki waktu keberangkatan pagi. Sementara KA Senja Mataram dari Yogyakarta memiliki waktu keberangkatan malam. Pada 1 September 1992, lintas pelayanan tersebut diperpanjang hingga Solo Balapan.
Walaupun saat ini dijalankan dengan nama yang hampir sama yakni KA Mataram dan KA Fajar, namun rutenya pun berbeda yaitu Pasar Senen – Yogya/Solo via Purwokerto. Pun KA Lodaya saat ini menjadi kereta api paling digemari warga Bandung dan Yogya karena memiliki destinasi yang sama-sama berpengaruh besar dalam sektor pariwisata. Tak heran KA Lodaya yang sekarang menggunakan rangkaian New Generation semakin ramai dengan penumpangnya.
3. KA Pasundan sebelumnya sebagai KA Badrasurya
Siapa yang tak kenal dengan KA Pasundan. Ya, rangkaian kereta api dengan kursi masih sekelas ekonomi subsidi namun harga tiketnya layaknya kelas premium merupakan kereta api dengan rute Kiaracondong – Surabaya Gubeng pp. KA Pasundan ternyata sempat berganti nama pada waktu itu sebagai KA Badrasurya yang dioperasikan pada tahun 1970-an dengan rute Bandung – Surabaya.
Walaupun kelasnya tetap ekonomi, tetapi kereta api ini berangkat awal dari Stasiun Bandung. Kereta api Badrasurya berhenti beroperasi pada tahun 1997 dan diganti kereta api Pasundan hingga sekarang dengan keberangkatan awal digeser yang semula dari Stasiun Bandung pindah menuju Stasiun Kiaracondong. Walaupun dengan tarif sekelas premium, KA Pasundan masih melekat di hati penumpang sebagai perjalanan siang hari karena bisa melihat pemandangan yang menawan.
4. KA Kertajaya sebelumnya sebagai KA Gaya Baru Malam Utara
Untuk kereta api yang satu ini tentu sudah pernah mencobanya sebagai perjalanan via utara dengan rute Pasar Senen – Surabaya Pasar Turi. Ya, KA Kertajaya kini merupakan rangkaian dengan badan stainless steel yang memiliki 13 kereta penumpang juga sempat berganti nama waktu itu dengan nama KA Gaya Baru Malam Utara. Sekilas mirip dengan nama kereta yang hingga saat ini masih bertugas melayani penumpang rute Pasar Senen – Surabaya Gubeng, yaitu KA Gaya Malam Selatan.
Fyi, KA Gaya Baru Malam Utara sebenarnya sudah ada sejak tahun 1960-an. Saat itu, layanan keretanya dikenal sebagai Kilat Malam dengan rute Jakarta-Surabaya. KA Gaya Baru Malam Utara diresmikan pada tahun 1976. Pada tahun 1980-an, populeritas KA Gaya Baru Malam Utara sempat melejit dengan jumlah okupansi tembus 114 persen, sebelum akhirnya meredup pada tahun 1990-an yang akhirnya dihapus pada tahun 2002 dengan kehadiran KA Kertajaya pada tahun 1996.
5. KA Argo Bromo Anggrek sebelumnya sebagai KA Suryajaya
Inilah kereta api paling pertama yang berada diurutan nomor 1 hingga 4, apalagi kalau bukan KA Argo Bromo Anggrek. Tentu saja kereta ini tetap digemari masyarakat apalagi kecepatan kereta ini sudah diijinkan mencapai 120 km/jam. Tapi ternyata KA Argo Bromo Anggrek pernah berganti nama sebelumnya menjadibKA Suryajaya.
Fyi, Pada tahun 1995, Perumka (KAI pada saat itu), melakukan tes pasar untuk mengetahui minat masyarakat terhadap layanan kereta api, dengan kode JS950 (Jakarta-Surabaya 9 jam di HUT RI ke-50). Setelahnya, diluncurkanlah KA Suryajaya pada 1994 dengan kelas spesial eksekutif. Ternyata, respons pasar terhadap Ka Suryajaya sangat baik, dengan okupansi 95 persen sampai 100 persen. Setelah itu, pada 31 Juli 1985, diresmikan KA Argo Bromo dan layanan KA Suryajaya berhenti beroperasi pada 17 Agustus 1995.
Yuk Kenali Nama Kereta Api yang Terinspirasi dari Kerajaan-kerajaan di Indonesia